4. Jangan Datang Lagi

2.6K 178 6
                                    

Begitu tahu yang datang Khairul, Asma cepat-cepat menutup pintu. Tapi Khairul tak kalah cepat mencegahnya. Mereka saling mendorong.

“Asma tolong! Sebentar saja!”

“Enggak mau! Pergi sana! Mau apa lagi kamu?!”

“Please, Asma!” kata Khairul. “Kamu enggak malu apa kalau tetangga dengar kamu teriak?”

“Biarin! Biar kamu digebukin warga!”

“Asma, please! Aku mau ngomong sesuatu!” Khairul masih mencoba mendorong pintu itu lebih kuat. “Tentang kita!”

Asma lengah. Tiba-tiba Khairul mendobrak pintu kamarnya sampai perempuan itu terjengkang ke belakang.

"Sialan banget ini cowok!" hardik Asma dalam hati.

Ia meringis kesakitan. Khairul masuk kemudian mengunci pintu. Ia membantu Asma untuk duduk. Tangannya membelai wajah Asma. Walaupun kelembutan yang Khairul tunjukkan padanya, Asma malah ketakutan.

“Dari mana kamu tahu aku di sini?” tanya Asma, ia menghindari tatapan Khairul.

“Siapa yang enggak kenal Asma?”

Mereka saling menatap. Tatapan mata Khairul yang tajam sangat memesona, membuat Asma tertunduk karena tak mau jatuh hati lagi dibuatnya. Ia mengacuhkan tatapan Khairul. Ia tak mau luluh lagi. Khairul mengangkat dagu Asma dengan lembut.

“Maafkan aku, Asma. Maaf!”

Asma menepis tangan Khairul. “Apa kamu tahu alasan kenapa kamu minta maaf sama aku? Apa kamu bisa mengakuinya?”

Khairul terdiam. Raut wajah Asma yang berubah sedih menyiksa hatinya.

“Kamu enggak bisa, kan?!” Asma mulai menangis. “Kamu bilang ke Yuni, kalau aku yang dekati kamu. Nyatanya kamu yang dekati aku. Dan Yuni, dia bilang dia enggak cinta sama kamu! Tapi nyatanya apa?!” Suara Asma mulai meninggi. “Dia malah balikan sama kamu! Kalian tuh jahat!”

Asma memukul Khairul saking marahnya, ia tak terima diperlakukan seperti itu. Ia bahkan memaki Khairul berkali-kali.

“Kecilkan volume suara kamu. Malu.” Khairul membendung pukulannya. Ia memeluk Asma.

“Yuni dan kamu balikan lagi. Itu benar, kan? Jawab! Enam bulan aku tunggu jawaban kamu! Enam bulan aku digantung! Aku dicaci banyak orang sampai hari ini!” Asma meronta-ronta. “Aku benci kamu!”

“Aku salah. Aku memang salah.” Khairul mengakui kesalahannya. Asma terus meronta dan memukuli tubuh pria jangkung itu. “Asma jangan begini, donk.”

“Kenapa saat aku mau pergi, kamu selalu minta aku menunggu kepastian dari kamu? Sekarang lihat! Aku enggak dapat apa-apa!” Asma menyeka air matanya. Dan ia melepaskan diri dari pelukan Khairul. “Aku mau pergi sejak awal. Saat perasaanku belum dalam, aku enggak akan sesakit ini.”

“Mau dengar penjelasanku?”

Asma menggeleng. Ia terus memukul Khairul.

“Asma, malam itu dia mau bunuh diri di depanku. Dia mau tenggak obat nyamuk cair. Aku bisa apa?!” seru Khairul.

"Kamu peduli dengan dia yang mau bunuh diri. Tapi kamu mengabaikan aku yang setengah mati melawan rasa sakit karena ulah kalian!"

Asma segera menggulung lengan seragam kerjanya. Kulit lengannya penuh bekas luka sayatan. Garis-garis tipis itu beberapa ada yang menonjol menunjukkan kalau luka sayatan di sana cukup dalam.

“Aku sempat begini gara-gara kamu! Itu akan selalu jadi alasanku untuk benci sama kamu! Kamu yang tanpa kepastian! Kamu yang sebut aku gila! Pergi!” Asma membuka pintu kamarnya dan menarik lengan Khairul dan menendangnya sekuat tenaga keluar kamarnya. Kemudian ia membanting pintu. Di luar Khairul memanggil namanya dan mengetuk pintu kamarnya berkali-kali namun tak dipedulikan. Asma  menangis lagi. Beberapa menit kemudian selembar kertas masuk lewat sela di bawah pintu, Asma membaca isinya.

Asma,

Betapa kau rasa luka karena diriku, kumohon, jangan pernah kamu lukai dirimu lagi. Aku menyayangimu lebih dari yang kamu tahu. Ada alasanku kenapa aku lakukan itu padamu. Jika kamu pikir aku bahagia disini, kamu salah.

Maafkan aku, Asma

-Khairul-

Tak lama, Asma mendengar deru mesin motor menjauh dari depan kamar kosnya. Dan malam itu dihabiskan Asma dengan menangis pilu.

"Mas Khairul kamu itu jahat! Kamu sama sekali enggak merasa berdosa karena ulahmu! Kamu yang minta aku menunggu, kamu yang bilang aku pantas untukmu! Tapi kenapa kamu kembali lagi dengan Yuni?! "

*

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang