Hmm, sudah sekitar tiga minggu aku tidak menulis. Imajinasiku tidur lelap, sepertinya gara-gara perempuan itu juga. Iya benar, Kian namanya. Apakah aku terlalu cepat memikirkannya? Atau dia yang terlalu cepat berjalan-jalan di pikiranku? Ah, aku tidak tau. Aku mau menulis saja..
Mungkin tidak hanya itu, kenyataanya aku memang sedang sibuk mempersiapkan makrab, tak sempat bercerita dan tak sempat juga membuka lembaran untuk menulis.
Sabtu ini kampusku cukup ramai dari biasanya. Ada kegiatan makrab gabungan yang di selenggarakan untuk semua angkatan, kulihat anak-anak sedang sibuk menyiapkan bekal dan semacamnya yang siap dimasukan kedalam bus. Kalau aku, satu tas ransel saja sudah cukup. Aku memang orangnya malas ribet, hmmm begitulah.
Di saat anak-anak lain sedang sibuk, aku berharap tidak satupun yang tahu, bahwa diam-diam mataku mencari Kian. Meskipun aku tidak yakin untuk apa juga aku mencari. Mungkin Cuma iseng ingin melihatnya ikut atau tidak, hanya sekedar ingin melihat! Tidak lebih.
Sayangnya aku tak melihat Kian. Dimanakah dia? Hatiku bertanya, apa jangan-jangan tidak ikut? Ah ngapain juga aku pikirin! Emang, dia siapa??
Tiba-tiba seorang dosen memberi komando untuk berkumpul dan berdoa sebelum berangkat menuju lokasi makrab. Aku memandang kedepan dan ternyata dia ada di sana bersama teman-temannya. Ada satu perempuan disamping kiri dan sialnya ada satu laki-laki yang akrab berbincang sekaligus merangkul pundaknya.
Aku berharap mataku salah melihat. Tapi tidak, itu benar-benar Kian. Sedikit kesal? Tidak, sama sekali aku tidak merasakan apa-apa. Memang dia siapa? Kalaupun itu pacarnya, aku tidak keberatan. Sekali lagi kutegaskan, aku tidak keberatan.
"Heh, liatin apaan ga? Serius banget" bisik Dika yang tiba-tiba nyelonong maju disampingku.
"Eh, enggak, itu tuh liatin Bu Anggi ngasih komandonya lama banget hehe" sedikit garukan kepala, pertanyaan Dika membuatku lumayan kaget. Iya, semoga dia tidak tau kalau aku memperhatikan Kian dari tadi. Bisa gawat kalau Dika tau, mulutnya benar-benar bahaya, kamu tau sendiri kan gimana Dika?
Itulah hari dimana aku tahu kalau Kian punya pacar..
---
Tak lama, Bu Anggi meminta semua anak-anak untuk masuk kedalam bus. Oh iya, makrab kali ini di selenggarakan di Tawangmangu, daerah pegunungan di bagian timur kota Solo. Rencananya acara hanya menginap satu hari. Iya, satu hari saja, satu hari saja sudah cukup terasa lama, apalagi setelah mataku tak sengaja melihat Kian sedang bergandeng tangan dengan pacarnya.
Tapi memang kenapa? Baiklah, kan aku masih bisa bermain dengan teman-teman lain, atau bermain harmonica mungkin.
"Kenapa ga, tumben banget diem terus gitu. Cemburu ya? Namanya Dito, satu kelas sama Kian." serasa disiram kopi tubruk mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan Dika!! Iya, Dika duduk di sebelahku sambil cengar-cengir melihat ekspresi kagetku!
"Hah? Enggak kok, cemburu? Lah emang aku ada apa sama Kian? Ketemu kan juga baru sekali. Jangan ngaco deh, udah diem jangan ngelantur kemana-mana." sekali lagi aku berusaha menutupi ekspresi kagetku, atau pucat, atau aku lagi mencoba menjadi aktor dadakan di depan cengiran Dika! Terserah kalian pilih yang mana.
"Ga, kita temenan tuh dari SMA, dan aku tuh tau kalau Raga Hiratta Bima lagi ngelamun itu pasti masalah gondrong. Lagian aku udah ngerasa, waktu kita ketemu Kian di toko buku. Cara ngobrol, kenalan, ekspresi muka dan sebagainya tuh enggak kaya Raga Hiratta Bima sebagaimana mestinya HAHAHA!" kalian bayangin aja sendiri ya gimana ekspresi Dika pas ngomong gitu, aku malas nulisnya!
"Udah deh Ga, kalau mau cerita ya cerita aja." kali ini Dika udah mulai serius.
"Iya iyaa, ntar sambil ngopi kita ngobrol serius. Harus beneran serius!" Sedikit lega atau apa aku belum tau pasti, tapi kalian jangan coba menebak.
---
Setelah perjalanan sekitar dua jam, akhirnya sampai juga ke tempat tujuan. 'VILLA MANGDADANG', lumayan mudah di ingat menurutku, karena besar, ada dua lantai, bangunan khas Jawa dan sedikit campuran Belanda tapi dinamai dengan kesan sunda. Dari halaman depan pemandangan langsung menatap ke arah Gunung Lawu, menurutku menyenangkan untuk menikmati senja dengan secangkir kopi, kalau pagi juga boleh. Nyaman, dan aku suka.
Jujur saja aku sudah beberapa kali ke Tawangmangu, tapi sampai sekarang aku belum bosan menginjakan kakiku di sini. Aku suka senja, namun aku tidak bisa menolak jika menikmati senja di pegunungan.
Acara makrab akan dimulai nanti malam, ada api unggun dan beberapa games, dilanjut esok harinya dengan outbound. Masih ada beberapa jam untukku mencari warung kopi terdekat, sedikit kafein mungkin bisa membuatku lupa terhadap Kian.
---
Acara selesai dengan lancar dan menyenangkan. Iya, kata anak-anak yang lain cukup menyenangkan. Kataku juga.
Aku memang sedikit menghidar dari Kian sejak tiba di sini. Tunggu, kalian jangan berpikir aku tidak jantan. Aku menghidar karena aku belum cukup kenal dekat dengan Kian, lagi pula dia juga sedang sama pacarnya. Jadi, aku tidak salah, kan?
Sebelum pulang ke Solo, Bu Anggi meminta semua anak untuk berkumpul di lantai bawah, ada sedikit pembekalan katanya. Tiba-tiba di tengah pembekalan ada suara teriakan dari lantai atas, diikuti dengan Dito yang entah kenapa lari menuju arah pintu keluar. Beberapa anak langsung menuju ke lantai dua, dan ternyata suara tersebut adalah suara Kian.
Salah satu perempuan yang berada di sebelah Kian waktu sebelum berangakat menghampirinya.
"Kian, kamu kenapa?" tanya perempuan itu pelan, berusaha menenangkan Kian.
"Dito Din, tadi... Dito...."
Aku sedikit kaget melihat Kian menangis, semua orang yang ada di lantai atas menjadi bingung dan mencoba menenangkan Kian.
Sayangnya aku hanya bisa terpaku, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Kamu kenapa Kian?" tanyaku dalam hati namun tidak bersuara. Kalian jangan memaksaku bertanya. Bibirku seketika membeku melihat air mata Kian. Terlihat tegas turun membasahi lesung pipinya. Baru kali ini aku melihat, air mata sendu dari perempuan, mampu membuatku tunduk terdiam.
YOU ARE READING
Lima Seperempat
RomanceKetika senja bersahabat dengan secangkir kopi, diparuh waktu antara siang dan malam. Disana, terdapat ujung dari cahaya.