PART 1

342 13 6
                                    

Puri duduk manis didepan meja rias nya. Sekali lagi ia tersenyum mendapati pantulan dirinya kini di depan cermin juga tersenyum manis ke arahnya. Sesaat kemudian ia mulai beraksi, di polesnya wajah nya dengan make up tipis yang ia gunakan untuk menyempurnakan penampilannya , dimulai dengan sapuan lembut bedak padat yang setia ia gunakan sejak SMA,pemakaian pensil alis , eyeliner, dan terakhir sebuah lipstik berwarna soft pink di bibirnya... sempurnaaa , batin Puri. Dan hal wajib yang harus selalu melekat pada tubuh Puri adalah sentuhan warna biru ! baik itu dari hijab,pakaian,maupun aksesoris yang ia kenakan. Memang Puri bukan maniak Biru seperti para Alayers lainnya, dimana dari ujung kepala sampai keujung kaki harus dipenuhi warna Langit tersebut, melainkan ada beberapa sentuhan biru yang melekat di tubuhnya, dan tidak mutlak Biru sepenuhnya, Puri tidak mau dikatakan "Doraemon" berjalan oleh orang-orang yang melihatnya karena kesan biru yang terlalu berlebihan.

Pukul 05:45 wib .

Puri pun selesai mempermanis penampilannya, ia berjalan keluar kamar hendak segera pergi ke acara Seminar Tahunan yang diadakan di Kampusnya hari ini. Puri memang tergolong aktif untuk urusan turut serta dalam acara seperti ini , alasannya sederhana... hanya untuk sekedar menambah pengetahuan,cuci mata melihat mahasiswa tampan dari jurusan lain atau pun yang datang dari kampus lain,refreshing otak... dan The point is untuk menambah koleksi Piagam nya karena telah berpartisipasi dalam kegiatan ini.

"bun....Puri pergi ya.. udah mau jam 6 ni."

Puri berjalan mengelilingi setiap sudut rumah mencari sosok Bunda sekedar untuk berpamitan dan melakukan sungkem sebelum ia berangkat ke kampus. Yang perlu diketahui Bunda bukanlah ibu kandungnya. Puri berada dari terpisah dari orang tua kandungnya yang ada di Bandung sejak ia memutuskan untuk berkulliah di Jakarta, ia tinggal bersama Keluarga dari Mamanya, lebih tepatnya kakak perempuan kandung dari mamanya yang ia panggil Bunda dan paket lengkap seorang keluarga yang terdiri dari ayah , dan 2 sepupunya, sementara sepupu yang lebih tua darinya tinggal merantau di depok untuk bekerja disana.

Puri melihat pintu depan yang ada diruang tamu terbuka , barangkali Bunda ada disana mengecek kondisi tanaman hiasnya. Dilihatnya sosok Bunda tengah bercakap dengan sosok laki-laki yang mengenakan jaket kulit hitam dan duduk manis di atas motor ninja nya. Puri terkejut bukan main, laki-laki itu ternyata adalah Arie, teman sekampusnya yang ia kenal sejak kegiatan ospek tahunan di Kampus. Arie adalah teman satu kelompoknya saat ospek dulu, perawakannya kerap kali membuat setiap anak perempuan di kampusnya berdecak kagum melihatnya.

Wajah tampan,berpostur tinggi tegap,plus gelarnya sebagai Putra Kampus yang baru-baru ini didapatnya karena mengikuti pemilihan Putra Putri Kampus di Perguruan Tinggi yang sama dengan Puri.

Bukan tanpa alasan Puri begitu kaget melihat Arie yang telah stand by di depan rumahnya, Arie menganggap hubungan nya dengan Puri adalah teman (untuk saat ini), namun tidak bagi Puri yang menganggap aneh hubungan "pertemanan " mereka. Setiap kali bertemu,jalan bareng, bahkan sekalipun hanya sekeda berbincang via telephone keduanya pasti selalu bertengkar,berbeda paham, tidak pernah akur. Puri ingat betul peristiwa semalam saat Arie menelponnya dan memaksanya untuk pergi kekampus bersamanya pagi ini , tentunya hal it ditolak keras oleh Puri... hingga akhirnya pertengkaran tersebut diputus sepihak oleh Arie yang membuat Puri kembali mengerang kesal.

"ohh.. gitu ya , si Puri kok gak pernah cerita ya sama tante.. sayang banget kan ?'

"iya tante, gak apa-apa ... Puri emang suka gitu.." arie melirik jam tangan nya sekilas, jarum jam telah menunjuk pukul 6 lewat 5 menit, hari senin, kalau mereka tidak segera berangkat bisa-bisa mereka terjebak kemacetan Jakarta yang sudah menjadi tradisi bertahun-tahun lamanya.

"haiii... " lambai Arie begitu melihat sosok Puri yang masih berdiri di muka pintu dengan tatapan tajamnya. Bunda pun menoleh kearah yang dimaksud Arie tersebut

"ehh..aduh tante lupa hari udah siang, kalian mau berangkat kan... duhh tunggu bentar yaa.." bunda pun berjalan masuk ke muka pintu dan menghampiri puri yang sedari tadi berdiri mengawasi setiap obrolan antara Arie dan Bundanya.

"bunda kok gakk suruh dia pergi aja sih, malah diladedinin.."protes puri

"kamu nih gimana sih, dia udah dateng pagi-pagi kesini Cuma buat jemput kamu kok malah marah-marah lagi... udah kamu pergi sana, lagian juga kamu udah siap kan ?? dahh ayoo.." paksa bunda sembari mendorong tubuh Puri keluar rumah .

"iihhh...bunda tapi Puri gak mau pergi bareng dia... ah udah puri gak usah kampus aja deh ...."Puri terus saja menolak. Tapi Dewi Fortuna masih belum berpihak padanya , Arie telah berada tepat didepan Puri kini, turun dari motor dengan mengenakan Jaket Kulit Hitam ala genk Motor. Arie sudah siap menyeret Puri dengan senyum Evil yang terukir di wajahnya.

"udah siap ya ?? yuk berangkat.." Lirik Arie pada sosok Puri yang makin menatapnya dengan tatapan buas seolah-olah siap untuk menerkamnya kapanpun.

"tante, kita berangkat ya .. takut keburu macet nanti.."

"iya-iya hati-hati ya...Puri...."ingat bunda pada Puri agar tidak bersikap dingin kepada Arie.

Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang