Part 3

118 8 5
                                    

"ariieeee...........loe mau bunuh gue ?!!" teriak puri histeris sehingga menarik perhatian pengendara sekitar yang melihat aksi arie yang membawa motor dengan kecepatan tinggi diantara kendaraan yang bergerak merangkak.

"udah gue bilang ke loe tadi.. ini gak bakal lama !! justru kalau loe masih duduk meluk tas loe gitu loe gak bakal selamat !!" Arie kembali fokus melihat kedepan , aksinya membawa motornya bak seorang pembalap Moto GP yang sedang lomba di tracknya. Puri mencoba mengatur pernafasannya, antara udara yang masuk dan yang keluar , ia coba mengatur semuanya agar berimbang .. tidak banyak sepihak, semua itu ia lakukan agar ia tidak sampai pingsan karena kehabisan nafas dibonceng Arie seperti ini. Puri bisa merasakan dan melihat jelas bagaimana Arie membawa motornya seolah-olah seperti terbang di udara, bukan di jalan raya. Matanya kerap kali menyipit melihat Jarak yang diciptakan Arie dengan kendaraan yang berada di depan mereka sangat lah tipis, bahkan jika Arie tidak punya keahlian dalam mengontrol laju motornya , sudah dari tadi mereka menjadi korban Lakalantas. Dan seolah mulai mengerti dengan keadaan ,perlahan tangan Puri maju kedepan , melewati celah yang sedari tadi tercipta diantara meraka.. tangannya perlahan melewati pinggang Arie maju kedepan dan berhenti diperut Arie. Kedua tanganitu kini bertemu kembali dan saling menggengam seolah berlindung, sementara kepala Puri kini ia tundukkan di punggung Arie, tak kuat ia rasanya jika harus terus melihat kejadian yang hampir membuat jantungnya berhenti berdegup,menyaksikan betapa sesungguhnya kematian berada tepat di depannya. Sementara itu , tanpa Puri tahu dari balik kaca pelindung helm wajah Arie terlihat sumringah, garis senyum tercipta di kedua sudut bibirnya, matanya pun seolah memancar kan kemenangan.Terang saja ia sumringah, Puri yang sedari tadi keras dengan pendiriannya , akhirnya luluh pula. Arie melepas tangan kirinya dari stang motor, sementara tangan kanannya tetap saja mengatur kecepatan motornya. Seolah mengerti , digenggamnya tangan Puri yang ada diperutnya dan tak akan dilepaskannya sampai gadis itu duluan yang melepas pelukannya dari perut Arie. Kemacetan Jakarta pagi ini , seolah menjadi kenikmatan tersendiri bagi Arie, betapa ia bisa merasakan perasaan hangat menyelinap masuk dan memenuhi seluruh rongga tubuhnya, senyum pun tak habis terukir di bibirnya.. betapa ia ingin semua ini menjadi akhir yang membahagiakan.

**********************************************

Serangkaian bunyi klakson kendaraan memekakan gendang telinga dan saling bertumburan tak teratur membuat siapapun ingin bersembunyi dan lari dari bunyi-bunyian tersebut. Sepasang mata yang tertutup rapat sebelumnya perlahan mulai terbuka,mengedip-ngedip karena refleks melihat kilauan cahaya yang sangat kontras berbanding terbalik dengan warna dari dunia mimpi nya yang cenderung hitam dan keabu-abuan. Serangkaian bunyi yang seperti terompet isrofil tersebut membuatnya terpaksa harus terjaga untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didunia nyata nya kini. Seolah mahluk asing yang baru menemukan dunia yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya , ia menatap sekeliling ... kepala nya di tolehkan ke kiri dan ke kanan menatap sekerumunan kendaraan yang berjalan lambat , berbaris rapi bak segerombolan semut pekerja , memasuki sebuah gerbang bercat coklat keemasan yang terbuka lebar dan dilengkapi dengan dua orang polisi lalu lintas disetiap gerbangnya, sementara itu dilihatnya keatas sebuah gapura besar bertuliskan nama sebuah institusi pendidikan tinggi.. dibacanya perlahan dan dicerna nya tulisan yang berdiri gagah tersebut " POLITEKNIK NEGERI..........." . ia menganggukan kepalanya sejenak usai membaca tulisan tersebut,kesadarannya belum pulih utuh

"Puri... gue duluan yaa, gue tunggu loe di depan parkiran gedung kita ya !" sapa seorang anak perempuan dari dalam mobil dengan kaca jendela yang terbuka tersebut, dengan nada sedikit memerintah. Hingga akhirnya mobil yang membawa anak tersebut melaju mendahului Puri yang masih duduk di belakang kemudi seorang pengendara motor. Baru lah ia sadar apa yang kini tengah di jalaninya kini, ia terlonjak kaget,hampir saja terjatuh dari motor yang ia tumpangi ketika merasakan sebuah kehangatan menyelimuti kedua tangannya yang berada di dada seseorang..

"arrrrghhhhh... tangan gue !! lepasin gak ? lepasin " teriaknya sedikit memberontak , membuat seorang yang memegang kemudi tersebut bergidik dan melepaskan tangan yang sedari tadi digenggamnya tersebut. Arie masih saja diam seolah tak tejadi apa-apa sejak kejadian ia menggenggam tangan Puri tersebut.

"awww... loe ngapain gue tadi!!" sulut Puri sembari mengelus telapak tangannya yang tidak sakit tersebut. Kepalanya sedikit dimajukannya kearah bahu Arie agar ia bisa mendengarnya. Arie masih saja diam dan berkonsentrasi membawa motornya. . tak sedikitpun mulutnya terbuka untuk menjawab pertanyaan Puri barusan. Karena geram,berubi-tubi pertanyaan pun ia lontarkan pada arie..

"Loe gak macem-macemin gue kan waktu gue tidur tadi ?? koq pakek pegangin tangan gue segala ?"

"hmm.. loe ngaku aja deh, loe cari kesempatan kan ?"

"ri..issshhh !! Arie jawab gue dong kalau loe cuma diem gitu berarti gue bisa narik satu kesimpulan nihh.. kalau LOE itu..."

"berisik Loe ! gue lagi konsen nyetir nih . Loe gak liat apa tadi pagi itu macetnya gimana, malah kita hampir aja nyerempet motor orang, bukannya tadi loe ya yang meluk perut gue dari belakang gitu karena takut ?? terus loe pura-pura gak ingat lagi kalau dari tadi tu loe tuh tidur di punggung gue , makanya gue pegang tangan loe biar loe gak jatuh dari motor gue,.. enak kalau cuma jatuh dan gue sadar loe udah gak duduk di kemudi belakang .. kalau gue gak sadar dan gue tetep bawa motor terus pas gue sampai loe udah gak ada , dan pas ditemuin Cuma tinggal nama... mau loe ??" jawab Arie telak membuat Puri bergidik ngeri.

Dangerous BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang