-29-

461 15 0
                                    

"Akhirnya, apa yang menjadi ketakutanku kejadian juga....... Jadi, cuma sampe segini aja?!"

Cinta duduk dipinggir tempat tidur, tertunduk lesu menatap lantai kamar, setelah mendengar Stanley akan menceraikannya.

Ketika Stanley tahu soal pak Abu, dia begitu murka. Lalu pergi dan tidak datang lagi berhari-hari. Sejak itulah dia sudah menyiapkan mental.

Tanpa perlu beranjak dari sofa, Stanley kembali berkata, "anak-anak akan ikut denganku."

"Tidak! Malvin dan Malva akan tetap sama aku!" Cinta menganggat wajah lalu menoleh pada Stanley. Tak mau kalah, kini dia tunjukan kemarahannya.

"Jangan bodoh kamu! Kamu ga akan bisa ngurus mereka sendirian. Karna aku ga akan mau bayar suster kalo si kembar sama kamu. Ingat, kita ini ga punya surat nikah. Jadi kamu ga akan bisa nuntut apa-apa."

"Kamu jahat!"

"Aku harus ngelakuin ini. Demi anak-anakku! Juga mengakhiri semua dosa kita! Aku akan tetap ngasih uang belanja buat kamu. Lalu rumah ini beserta isinya, aku sudah serahkan sama kamu."

"Aku ga nyangka aku akan kalah. Apa kelebihan Renata dibanding aku?! Toh dia tidak bisa punya anak."

"Ini bukan soal Renata. Ini soal kita. Dari awal kita udah salah."

Sengaja Stanley tidak bercerita soal kehamilan Renata, sebab tidak penting untuk diberitahukan pada Cinta. Justru makin membuat panjang perdebatan.

"Jangan merasa kalo aku sudah bertindak tidak adil sama kamu. Dari pertama, kamu tau aku sudah punya istri. Aku juga salah karna tergoda, tapi aku ga mau terus mendua...... Poligami hanya bisa terjadi tanpa ada pihak yang tersakiti. Aku terlalu egois untuk tidak memahami itu. Egois untuk perpikiran bahwa aku bisa memiliki kalian berdua, tanpa memikirkan perasaan Renata. Dan dengan egois pula, sekarang aku putuskan untuk berpisah sama kamu."

"Jangan bawa anakku!" Sekali lagi Cinta membuat penegasan atas hak asuh si kembar. Matanya tajam menyorot Stanley ketika dia berkata.

Dengan adanya si kembar, secara tidak langsung masih akan membuatnya bisa bertemu Stanley. Itu salah satu alasan dia bersikeras mempertahankan hak asuh atas Malvin dan Malva.

Dia tidak tahu, bahwa diluar kamar itu, Stanley sudah memerintahkan kedua suster si kembar, untuk membereskan keperluan Malvin dan Malva, agar segera dimasukan kemobil, serta menunggu Stanley, sementara dia sendiri menyelesaikan urusan dengan Cinta.

"Aku tetap akan membawa mereka. Si kembar juga anakku. Aku bertanggung jawab penuh selama kamu hamil, melahirkan, dan setelah mereka lahir. Kalo mereka ikut kamu, aku tidak akan memberikan tunjangan buat kalian semua!" Ucapnya yang sekaligus berupa ancaman.

"Aku tidak mau perempuan mandul itu menyentuh anakku!! Aku yang hamil, dan sekarang dia mau mengambil anakku begitu saja?!" lantang suara Cinta ketika berkata.

"Ini bukan kemauan Renata. Dan jangan katakan Renata mandul!!" Balasannya tak kalah menyengat.

Senyuman sinis penuh kebencian, masih tampak jelas diwajah cantiknya. Dia berdiri menatap sengit pada Stanley. "Perempuan itu tidak akan pernah bisa hamil! Aku menyumpahinya!!"

"Ciihh.....kamu bukan ibunya, jadi serapahmu itu ga berguna! Percuma!"

"Tapi dia yang membuatku menderita. Karna harus kehilangan kamu."

"Lalu kamu akan bilang bahwa doa orang teraniaya akan dijabah?! Omong kosong! Tuhan tau siapa yang salah.... Kita!"

Sumpah yang sia-sia, karena kenyataannya, saat ini Renata tengah berbadan dua.

STANLEY CINTA RENATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang