Part 8

2.7K 164 9
                                    


Part 8

Cakka berhasil menyelinap ke dalam klinik ESC dan membunuh beberapa orang yang menghalanginya, ia mengambil beberapa peralatan medis yang ia butuhkan dan membawanya ketempat Shilla.

Gadis itu sudah seputih kapas, seperti tak ada darah yang mengalir dalam tubuhnya, Cakka langsung mengobati luka itu semampu yang ia bisa, ia menyuntikkan Shilla obat penghilang rasa sakit, bahkan Shilla tidak tau kalau Cakka bisa menjadi dokter mendadak.

Shilla terperanjat kesakitan ketika Cakka tanpa sengaja menekan pahanya.

"Oh sorry, gue gak bisa sepenuhnya nyembuhin luka lo, tapi in akan buat lo bertahan sampai beberapa jam," ucap Cakka.

Shilla sudah dapat berdiri, walaupun tidak cukup baik untuk bisa berjalan, Cakka membantunya hingga mereka berada dijalur belakang.

"Kita gak akan bisa lewat dari jalur utama, ini pintu keluar nomor 2," ucap Shilla.

Cakka mengangguk tak keberatan, dan mereka pun merangkak naik keatas menuju pintu.
"Kita akan lewati air," ucap Shilla.

"Apa?"

"Ini termasuk keamanan markas ESC, lo harus tahan nafas selama 3 menit,"
Cakka tidak punya pilihan dan hanya mengangguk pasrah.

"Gimana luka lo?" tanya Cakka.

"Gue bisa bertahan kalau cuma 3 menit," jawab Shilla.

Keduanya menghirup udara sebanyak yang mereka bisa dan kemudian masuk kedalam air.

Airnya sangat dingin, jalan keluar itu seperti pipa besar berlapis kaca, tidak ada udara, kecuali mereka berbalik atau terus meluncur maju mengikuti jalur itu.

Shilla berenang dengan sangat cepat, mungkin gadis itu bisa sampai sebelum tiga menit jika melihat bagaimana ia berenang, sayangnya Cakka tidak dapat berenang selincah itu.

Telapak tangan dan kakinya terasa ditusuk-tusuk karena dinginnya air, Cakka mulai merasa kalau jalur itu terasa sangat panjang, dan beberapa detik kemudian seluruh tubuhnya terasa menggigil dan kebas, ia berusaha mencari-cari pasokan udara yang tentu saja tidak ia temukan.

Shilla sudah tidak terlihat, gadis itu sudah membelok dan Cakka merasakan seakan pori-pori kulitnya terbuka, ia mencoba terus merangkak namun tidak ada gerakan yang dapat ia hasilkan.

Matanya mulai terpejam dan terbuka, sepertinya tingkat kesadarannya mulai menurun, semakin menurun, menurun dan ...

--

Shilla sudah sampai diujung pipa itu, ia berdiri dan menghirup udara sebanyak-banyaknya, ia terengah namun baru menyadari kalau Cakka tidak muncul.

Shilla kembali mencelupkan dirinya ke dalam air dan berenang kembali secepat yang ia bisa, setelah berbelok Shilla dapat melihat Cakka yang hanya berada ditempatnya tanpa bergerak, ia mempercepat gerakan kaki dan tangannya untuk segera sampai ke tempat Cakka.

"Cakka..." panggilnya yang tentu saja tidak dapat didengar siapapun.
Mata Cakka terpejam dan terbuka sejenak, begitu sampai ke tempat Cakka, Shilla langsung merangkul wajah pemuda itu dan mendaratkan bibirnya ke bibir Cakka untuk memberikannya pasokan udara.

Dinginnya air dan rasa pedih dipahanya sudah tak lagi Shilla hiraukan.

Seolah tersadar Cakka langsung membuka matanya, gelembung-gelembung kecil keluar dari hidungnya, Shilla menarik tangan Cakka terus melewati pipa itu.

Begitu mereka dapat menjatah udara, Shilla menghirupnya dan terengah-engah.

"Cakka?" panggilnya.

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang