PART 5

25 9 2
                                    

Sudah berjalan kurang lebih tiga bulan, aku tidak pernah lagi melihat Edward dan mendengar kabar tentang Edward. Terakhir kali ibu ke tokonya, ibu tidak melihat Edward. Kemana dia? Aku merasa sedikit penasaran dan khawatir. Tetapi aku berusaha utnuk tetap tidak peduli karena aku HARUS melupakannya. Meskipun kenangan yang dia berikan hanya sedikit, tetapi setiap detailnya selalu tersimpan dalam pikiranku.

"EMILYYYY!!! Kau harus tau berita gembira ini!!"

"Kenapa,bu?"

"Kau mendapat donor mata! 3hari lagi kau akan operasi! Siang ini, dokter memintamu untuk melakukan pemeriksaan dirumah sakit."

"Syukur deh, bu. Akhirnya aku bisa melihat wajah ibu dan ayah lagi,Juga wajahku sendiri."

Siang ini ibu membawaku pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan mata. Ibu sudah menunggu donor mata ini dengan waktu yang sangat lama bahkan, ibu pernah dikecewakan.

"Dokter, kalau boleh tau, siapa yang memberikan donor pada anakku?"
Tanya ibu pada dokter

"Ada. Pasien yang sudah lama menderita penyakit gangguan pada jantung. Pada saat dia meninggal, dia memutuskan untuk mendonorkan matanya."

"Boleh saya ketemu keluarganya,dok? Saya hanya ingin berterima kasih."

"Nanti saja,bu. Keluarga masih sedang berduka. Operasi anak ibu akan dilaksanakan 3hari lagi ya. Mohon menyediakan waktu dengan baik"

Aku hanya terdiam mendengar hal itu dan tidak ingin terlalu berharap. Karena berdasarkan pengalaman, saat itu aku sudah pernah mendapat donor mata, tetapi entah mengapa tiba-tiba donor mata itu jadi milik orang lain. Tentu aku sangat kecewa. Aku sudah berharap sangat tinggi lalu dijatuhkan lagi. Tetapi ya sekali lagi aku bukanlah tipe wanita melankolis yang segala hal direspon menggunakan perasaan. Aku hanya memerlukan waktu beberapa bulan saja untuk pulih dari depresi dan kekagetanku akan kebutaan yang aku derita. Setelah itu,aku hidup seperti manusia normal tanpa ada masalah atau apa dan orang tuaku sangat bangga terhadap sikapku yang menerima apa adanya. Bukan hanya orang tua, bahkan guru-guru terkagum-kagum melihat prestasiku yang selalu memborong piala tiap tahunnya. Begitupun dengan dosen yang terkagum karena seorang Emily Grace yang buta bisa menjadi salah satu lulusan terbaik. Sekali lagi, aku hanya buta! Bukan bodoh. Aku berharap kali ini, aku betul-betul akan bisa melihat.

3hari kemudian. Ini diluar dugaanku. Aku yang sudah terbaring diatas kasur dan berada di ruang operasi sudah tidak sadarkan diri. Sebelum operasi sebenarnya aku sedikit takut. Membayangkan mataku dicungkil, dicabut keluar, lalu mata orang lain dimasukkan..... Ah tidak tidak! Mungkin tidak sengeri itu, hanya aku yang terlalu berlebihan. Operasi berjalan selama beberapa jam. Kusebut beberapa karena pada saat diruang operasi aku tidak dapat menghitung berapa detik operasi itu berlangsung.

Saat ini aku sedang duduk dalam kondisi mata diperban. Kurasakan perlahan perban itu dibuka. Aku takut. Mataku masih dalam keadaan tertutup. Begitu seluruh perban sudah dibuka, aku mencoba membuka mataku.
AKU MELIHAT WAJAH IBUKU DAN AYAHKU. Saat itu ada juga ayah yang mendampingiku. Ayah dan ibuku wajahnya sudah berbeda dari 15tahun yang lalu. Ibu semakin cantik dan ayah semakin tampan. Kulihat wajah bi Amy yang juga semakin cantik. Aku meminta cermin dan melihat wajahku. Inilah Emily Grace yang dewasa! Emily Grace dengan rambut panjang dan kulit putih. Suatu kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Aku bisa melihat. Aku bisa menikmati terang. Dan sekarang.... Kuingat sosok pria tinggi itu lagi. Kemana Edward?

Let me to be your eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang