9.Di rumah Mawar

916 59 0
                                    


"Mawar sekarang bisa kamu jelaskan siapa pemuda tadi ?" Albert bertanya dan menatap Mawar yang tertunduk. Mawar menarik napasnya dalam lalu menjawab.

"Dia pria yang beberapa hari ini selalu ada di pikiranku. Kami belum lama saling mengenal, tapi aku bingung dengan sikapnya Albert. Lima hari yang lalu dia menciumku, lalu dengan tiba-tiba dia pergi malam itu. Dan tanpa menghubungiku, tadi pagi baru dia menelpon dan mengajakku untuk ketemuan. Memangnya dia siapa? datang dan pergi sesuka hatinya."

"Apa kamu mencintainya?"

"Albert kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Jawab saja Mawar, bukankah kita sudah berteman dari kecil. Dan selama ini tidak ada yang kita sembunyikan satu sama lain bukan ?" Albert bertanya dengan lembut kepada Mawar. Dia tahu persis sahabatnya ini seperti apa. Jika salah intonasi maka bukan jawaban yang akan didapat tapi omelan Mawar.

"Aku tidak tahu bagaimana peraasaanku sesungguhnya. Karna you know la Om Santa. Kami baru beberapa kali bertemu."

"Baru beberapa kali tapi kamu langsung mau dicium olehnya?" Albert mengejek Mawar.

"Albert kamu nyebelin, memangnya kamu sama cewek-cewek bule disana gak seperti itu ? jangan sok bersih deh kamu."

Albert hanya tertawa melihat raut wajah Mawar yang merah merona akibat malu. Dia tahu betul sahabatnya itu seperti apa. Pasti sekarang Mawar memikirkan ciumannya semalam pikir Albert. "Oke Tuan Putri kita sudah sampai."

...

"Sore tante." Albert menyapa Mamanya Mawar dan memberikan bingkisan yang dia bawa.

"Albert, kamu makin tampan saja sayang. Bagaimana kabar orang tua mu?"

"Mereka semua sehat tante, Mama dan Papa juga titip salam sama Om dan Tante. Oh iya Om dimana tante?"

"Ada dibelakang, ayo kita kesana. Mawar kamu ambilkan kue di kulkas yang sudah Mama siapkan dan bawa kebelakang ya."

"Iya ma...," Mawar menjawab dengan senyum nya.

"Albert, Om senang melihatmu ada disini, sudah lama sekali rasanya kamu tidak ke Indonesia bukan ?"

"Iya Om, maklum tiket untuk ke Indonesia mahal." Albert menjawab dengan sambil bercanda.

"Bagaimana dengan Papa dan Mama mu ? kata mereka kamu dikirim mereka kesini karena masalah perusahaan ? ada apa sebenarnya ?"

"Iya Om, ada kerja sama perusahaan Papa dengan GEORGE COMPANY, dan kerja sama ini akan sangat menguntungkan bagi kedua perusaaan. Berhubung Papa tidak bisa ninggalin pekerjaannya disana jadi aku yang ke Indonesia."

"Tunggu dulu, tadi kamu bilang apa nama perusahaannya?" Mawar yang sedari tadi mendengarkan saja sekarang bertanya.

"GEORGE COMPANY. Kenapa memangnya ? kamu tahu ?" Albert bertanya.

"Yah...,aku pernah dengar namanya saja." Jawab Mawar berbohong. Dia tidak mau membahas soal Denish dulu dihadapan Papanya, karena dia masih belum yakin dengan semua yang terjadi antara dia dan Pria bernama Denish Albi George itu.

"Oh iya Mawar, bagaimana pekerjaanmu ? apa kamu sudah setuju untuk mengundurkan diri." Papanya Mawar tiba-tiba menanyakan kembali pertanyaan yang selalu dibahas saat mereka bertemu.

"Pa, come on . Sudah berapa kali Mawar bilang, Papa sudah ada Abang yang bantu diperusahaan, kenapa Mawar juga harus disana ? lagian kalau nanti Mawar menikah Mawar juga gak bisa kerja lagi, bukankah itu yang papa bilang ?"

"Iya sayang Papa tahu, tapi Papa sangat berharap saat ini kamu mau. Karena papa juga sudah tua dan capek bolak balik Jakarta dan Singapura untuk memantau perusahaan kita. Makanya kalau kamu ada, Papa akan percayakan perusahaan di Sumatra kamu yang pegang. Biar Abangmu siap resepsi pernikahannya dia stay di Singapura."

"Sayang kalau perusahaan di Sumatra kita lepas ke orang lain. Kamu ingat kan kejadian 4 tahun lalu." Papa Mawar mengingatkan kejadian yang tak ingin dia ingat lagi.

"Iya Pa Mawar ingat," jawabnya lesu.

"Mawar, apa yang Papa kamu bilang ada baiknya. Atau kamu yang pegang di Jakarta, biar bunda dan papa yang pindah ke Medan. Bagi kami tidak masalah. Toh disana kampung halaman bunda," kata bunda Mawar tersenyum manis ke anaknya.

"Ah...Bunda bisa aja rayuannya," ujar Mawar.

Albert tersenyum melihat Mawar. Dia tahu Mawar selama ini menutupi jati dirinya dari dunia luar. Jadi dia paham bagaimana perasaan Mawar saat ini. Dia pasti bingung untuk memutuskan apa yang harus dia pilih.

"Om, Tante kalau begitu saya pamit pulang dulu ya." Albert bersuara.

"Loh..,kamu gak makan malam disini Albert ?"

"Maaf Tante mungkin lain kali, nanti malam saya ada janji sama teman juga. Udah lama tidak kumpul sama mereka. Mungkin lain kali, Albert juga masih lama disini Tante."

"Iya Om maklum anak muda, h
haduh...jadi kangen muda lagi," kata papa Mawar bercanda. "Apa kamu juga ikut albert Mawar ?"

"Tidak Pa, Mawar hanya mengantarkannya saja ke tempat dia janjian. Habis itu Mawar mau balik ke apartemen, ada sedikit pekerjaan yang harus Mawar selesaikan malam ini."

"Ya sudah, tapi lusa kamu pulang ya. Abangmu akan datang bawa calon istrinya. Albert juga datang ya."

"Pasti Tante," jawab Albert sambil memberikan jempol ke Bunda Mawar.

...

"Kamu bener gak mau ikut aku masuk aja?" tanya Albert saat dia mau turun dari mobil Mawar. Saat ini Mawar sudah mengantarkannya kesalah satu klub di Jakarta.

"Enggak Om Santa, aku masih banyak pekerjaan . Besok aja kita lunch bareng ya. Ntar aku jemput kamu dihotel gimana ?"

"Besok siang oke, tapi jangan jemput dihotel. Karena aku ada janji sama rekan kerja aku diperusahaannya. Jadi kamu jemput aku disana aja."

"Oke, ntar kamu chat aja ya alamat kantornya. Biar aku susul kesana. Bye...selamat menikmati alunan musik Om Santa."

"Iya putri es," jawab Albert dengan senyumnya.

Mawar melajukan mobilnya sambil bersenandung. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Dia melihat nama Alya tertera disana.

"Iya Al ada apa ?"

"Loe dimana Mawar Cantika Derson ? abangnya si Rachel dari tadi nguberin gue nanyain lo."

"What ?? memang dia tanya apa sama lo?"

"Dia tanya, lo sebenarnya udah punya pacar atau belum. Lo sekarang dimana, karena dari tadi dia udah ada di depan pintu apartemen lo, tapi lo gak pulang juga. Makanya gue telpon loe sekarang."

"Trus, sekarang dia masih nungguin gue Al ?"

"Kayaknya sih dia udah pulang. Soalnya dari cerita dia tadi, dia dari sore nungguin lo."

"Syukur deh kalau dia udah pulang. Males banget ketemu dia."

"Lo kenapa memangnya sama kak Denish ?bukannya kemarin kalian masih baik-baik aja ya."

"Nanti aja kalau kita ketemu gue ceritain. Ceritanya panjang Al. Thanks ya infonya. Good night kutu." Mawar menutup telponnya. Dia masih berpikir apa yang harus dia lakukan kalau ternyata Denish masih menunggunya ?

MAWAR DERSON [ Edisi REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang