Kau, adalah gagasan utamaku tatkala dua pagi menyeru membangunkan ragaku.
Kau, adalah sarana berdosa kala ku tak sadar terlahap oleh rayuan manis nan menusuk.
Kau, adalah topik utama saat ku bermunajat dalam sepertiga malam dihadapan-Nya.
Kau, adalah definisi nihil yang selalu kuharapkan.Masih kuingat bagaimana kita berusaha mencocokan kesamaan kedua pribadi yang berbeda. Kuingat bagaimana kita menghubungkan titik kehidupan yang seakan mengukir rasi yang indah namun terurai pada akhirnya. Kuingat bagaimana kita merasa dipersatukan oleh takdir yang berakhir pada petaka. Sampai akhirnya kita terdiam, acuh tak acuh satu sama lain, seakan gerhana yang tiba pada masa berakhirnya, kita saling menjauh, berusaha tak mendekat agar tak membinasakan hati yang lain.
Ketika fajar bangun dari tidurnya, ketika sang surya terlelap dibalik cakrawala, ketika senja mulai melukis sedikit demi sedikit gugusan bintang, ketika rembulan saling menyapa bersama kejora di pelataran surga, kau ada disini, membawa sejuta cerita penuh kenangan yang menyentuh namun menyakitkan. Kau disini, membawa harapan dan mimpi penuh makna, lalu menghempaskannya bagai bintang jatuh yang penuh angan namun terasa hampa. Kau mengguratkan luka dalam penuh hikmah nan menginspirasi.
Janji hanya diucap, tanpa realisasi dalam kenyataan. Kini hanya terdiam dalam imaji, menunggu air berhenti menitik diatas dekik.
Tuhan mempertemukan dua insan saling mencinta. Tuhan memisahkan untuk mengajarkan arti merelakan. Kau menjauh ku mendekat, kau lari kukejar, kau benci kusuka, kau caci kudoakan. Namun usaha tak berbanding lurus sesuai jalannya. Kita tak searah, namun satu tujuan. Kita tak bersama, namun saling mendoakan. Kita tak bergandengan, namun jalan dalam mimpi yang sama.
Kau, terlalu indah tuk dilupakan, terlalu sakit tuk diingat. Terlalu manis tuk dibuang, terlalu menusuk tuk dikenang. Kau adalah dilema yang menghantui jiwa setiap detik. Kita sempat bermimpi membangun masa depan, namun dihancurkan oleh dinding pemisah. Terima kasih atas guratan memori dan luka yang diberi, wahai gagasan pukul dua dini hariku. Semoga kau tak terjebak dalam kisah suram yang sama untuk kedua kalinya.