Aku duduk, termenung menatap tiga bungkusan lain yang belum dibuka. Terus terang aku takut membukanya. Jangan-jangan ada bom. Eh, salah. Maksudnya, isinya sama kayak dua bungkusan tadi.Aku menghela nafas, dan akhirnya memutuskan untuk membukanya. Bagaimanapun juga, aku harus membukanya. Kubuka sebuah bungkusan biru dengan pita biru pula.
Di dalamnya ada Chocolate Cake dan sebuah surat. Kutaruh Chocolate Cake itu di meja, dan kuperhatikan surat itu. Warnanya biru. Karena aku penasaran a.k.a kepo, aku membukanya perlahan. Kubaca surat itu sekilas.
"Sepertinya ini dari Mary" gumamku. Kemudian kubaca dengan seksama. Begini tulisannya:
A Librarian's Love
By: Mary
Tik.
Tik.
Tik.
Waktu terus berlalu. Sudah cukup lama aku dan dia, Jack, berhadapan. Kulirik Jack yang tengah membalikkan halaman bukunya. Mata coklatnya nempak serius membaca buku itu. Kembali kutatap bukuku. Tapi kemudian aku beralih menatap Jack lagi. Kembali ke bukuku. Kembali ke Jack. Itulah yang kulakukan dari tadi. Aku sangat gelisah.
Jantungku terus berdetak kencang. Sesekali aku menghela nafas. Aku sangat bingung. Aku sudah memikirkan tentang hal itu semalam. Pokoknya aku harus berani mengatakannya! Ayo Mary!
Sebelum aku membuka mulutku, ternyata Jack bicara duluan.
"Kau tahu, Mary? Novel ini sangat menarik! Bolehkah kupinjam beberapa hari?" tanyanya sambil menutup buku yang sedari tadi dia baca.
"I-iya. Silahkan"
"Terima kasih! Well, aku harus pergi sekarang. Lagipula perpustakaan ini mau tutup kan? Kalau aku sudah selesai membacanya, akan segera kukembalikan" kata Jack sambil bangkit dari kursi.
"J-Jack?"
"Hmm?"
"Eh... T-tidak apa-apa..."
Jack tersenyum dan menuju pintu. Dia membuka pintu itu dan berkata:
"Bye, Mary. Besok aku akan kemari lagi"
Blam. Pintu tertutup. Uh. Betapa bodohnya aku. Tapi... Aku harus mengatakannya. Ya. Harus. Aku segera bangkit dari kursi dan keluar dari perpustakaan kecilku. Nampak Jack belum terlalu jauh berjalan. Aku segera mengejarnya.
"Jack!"
Jack menoleh dan berhenti berjalan. Akhirnya aku sampai di dekatnya.
"Uh... Umm... Maaf sebelumnya aku mengganggumu. Tapi, ada hal yang harus kukatakan."
"Apa?"
"Ummm... Ng..." wajahku tiba-tiba memerah, dan tubuhku gemetaran.
"Mary? Tenang... Ada apa? Kau ada masalah?"
"Ti... Tidak! Aku hanya..."
"Ya?" tanyanya, menunggu.
"Ehm... Jack... Terima kasih selama ini kau sudah baik padaku. A-aku selalu nyaman ketika berada di sisimu, dan... aku jadi ingin selalu berada di sisimu"
"Dan... aku akhirnya tahu bahwa... aku... aku mencintaimu Jack. Aku sangat bahagia mencintaimu dan memiliki rasa ini. Terima kasih..."
Aku segera berlari menuju perpustakaanku. Aku tak berani melihat ekspresinya lagi setelah aku mengatakan hal itu.
"Mary!" panggilnya.
Aku tak menoleh, dan masuk ke perpustakaanku. Kukunci pintunya. Air mata membasahi pipiku. Aku sudah lega mengatakannya. Aku bahagia. Akhirnya dia tahu apa yang kurasakan. Tidak penting apakah dia juga mencintaiku atau tidak yang penting aku sudah mengatakannya.
THE END
NB: Jack... Kuharap kau mengerti.
Aku menghela nafasku. Ini seperti yang kutakutkan. Mary... juga mencintaiku. Tapi, aku yakin hanya menganggapnya sebagai teman.
____________________________________
To be continue
____________________________________Terus baca kelanjutan ceritanya,
dan jangan lupa Vote and share ketemen kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harvest Moon : Story Of Season
Romance[Tamat] Jack pemuda yang diberi warisan kebun dan peternakan oleh kakeknya. Dan ia mencari cinta pertamanya yang bertemu di bukit Mother Hill, saat ia pertama kali mengunjungi kebun kakeknya dulu di Mineral town.