Manda's POV
Aku memotong-motong siomay yang aku beli lalu memakannya. Ditemani dengan Kezia dan Luna yang duduk berhadapan denganku. Sambil menyantap makanan ku itu, aku melihat ke sekeliling kantin.
siapa tau jika beruntung ada Devan juga di kantin pikirku.
"Man!" seru seorang cewek di sampingku tiba-tiba yang hampir membuatku tersedak karena kaget.
"Ha?" "Eh dil, kenapa?" jawabku menoleh ke arah dilla, cewek yang memanggilku tadi.
"Gapapa pengen manggil aja" jawabnya "Eh, lo pacaran ya sama devan?"
Aku terdiam mendengar pertanyaannya itu, bagaimana bisa ia berbicara seperti itu? Siapa dalang gosipnya? Sudah jelas jelas aku dan Devan tidak ada apa-apa. Atau jangan jangan kita memang ada apa-apa?
"Amin" batinku.
"Eh? Apaan? Kaga lah astaga, gosip dari mana lo" ucapku sambil meminum air putih yang aku beli tadi.
"Sumpah? Boong ah. Banyak tau yang bilang lo sama Devan pacaran" jawab nya sambil tertawa kecil.
"Hoax dil hoax, jangan percaya gosip" Kezia angkat suara membela ku.
"Lah? Tapi banyak yang bilang gitu" jawab Dilla.
"Dah, gini deh. Mending lo tanya aja ke devan. Beres kan?" sahut Luna.
Aku langsung menatap Luna dengan agak sinis. Kenapa ia malah menyarankan hal itu. Bagaimana kalau nanti nya setelah Devan mendengar gosip itu, dia malah mengira kalau itu aku sendiri yang menyebarkannya?
"Luna!" ucap Kezia.
Ah, bagus lah kezia lebih dukung gue batinku.
"Boleh juga ide lo lun! Mending lo tanya langsung aja deh dil ke devan nya" lanjut Kezia.
Aku mendecak kesal. Mendengar Kezia yang ternyata lebih mendukung saran Luna.
"Iya ya, yaudah deh gue balik dulu mau tanya devan" "dadaahhh" ucap Dilla dan langsung berlari ke kelasnya.
"Ngapain dia lari?" tanya Luna.
Aku dan Kezia hanya membalas ucapan Luna dengan gelengan kepala. Tak lama, Rio datang seperti biasa. Untuk menghampiri Kezia.
"Ga makan kez?" Rio yang baru datang langsung duduk disebelah Kezia.
"Engga, aku kenyang. Kamu ga makan?" tanya Kezia.
Aku dan Luna yang mendengar percakapan itu hanya bisa meratapi nasib ke-jombloan kita sambil melanjutkan makan masing-masing.
"Eh, man. Ga nyariin devan?" tanya Rio.
Aku langsung menyadari kalau Devan tidak ada bersama Rio. Tidak seperti biasanya yang selalu bareng.
"Weeh, lo gue cariin malah disini" ucap seorang lelaki sambil menepuk pundak Rio dari belakang yang ternyata adalah Abrian.
"Eh, manda" lanjut Abrian yang melirik ke arahku.
Hanya senyuman yang bisa aku beri untuk menjawab sapaan Abrian. Aku menyadari kalau Devan juga tidak bersama Abrian. Lantas dimana devan? pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible [EDITING]
Fiksi Remaja"Seharusnya aku sadar bila kenyataannya kamu masih bergantung pada masa lalu dan menganggapku satu dari seribu.." -M -10 juli 2016- [ON EDITING]