LIMA PULUH SATU

171K 16.6K 2.3K
                                    

"Sepertinya..." Jacqueline mendekatkan tubuhnya dan membisikkan kata – kata berikutnya kepada Warren, "Pak Warren, Bu Catherine sedang menatap ke arah kita dengan marah. Aku tidak yakin sebaiknya kita terlihat bersama."

Warren yang sedari tadi sama sekali tidak memedulikan Catherine menatap Jacqueline dan hanya kepadanya ia menatap, agar wanita itu tahu betapa marah dirinya karena melihatnya dengan gaun merah sialan yang dikenakannya.

"Jack, menurut kamu aku peduli?"

"Pak Warren, Bapak sedang memainkan permainan Bapak dengan Bu Catherine ya?" tanya Jacqueline yang membuat Warren sedikit bingung.

"Permainan apa Jack?" tanya Warren.

"Membuat Bu Catherine cemburu kan ya Pak?" tanya Jacqueline dengan begitu polosnya hingga Warren hampir saja tersedak mendengarnya.

Warren mendekatkan tubuhnya dan menarik tubuh Jacqueline hingga sekarang mereka benar – benar berhadapan dan juga bersentuhan, "Kamu sudah tidak waras Jack?"

Jacqueline yang merasa bingung karena Warren tiba – tiba menarik tubuhnya hingga sekarang mereka saling merasakan suhu tubuh masing – masing yang memanas, Jacqueline lalu menjawab Warren, "Pak, maksud saya kalau Bapak ingin membuat Bu Catherine marah..."

Jacqueline dengan ragu menatap Warren, lalu menatap kepada kerumunan orang yang menatap mereka, ia tahu kalau Catherine sedang menatapnya dari kejauhan dan Jacqueline benar – benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Jack, kamu sangat membingungkan. Ini cara kamu main kejar – kejaran dengan aku?"

"Eh... bukan begitu," Jacqueline menggeleng – gelengkan kepalanya dan sialan ketika Jacqueline melakukannya Warren dapat mencium harum tubuh wanita itu yang membuatnya hampir saja gila. Mawar.

Jacqueline lalu kembali mendekatkan wajahnya dan berbisik, walaupun sekarang Warren sulit berkonsentrasi mendengarkan apa yang Jacqueline katakan, wanita itu berkata, "Pak, sekarang Bu Catherine sedang berjalan ke arah sini."

"Bisa kamu berhenti memanggil aku dengan panggilan Pak?" tanya Warren yang sama sekali tidak menanggapi kata – kata Jacqueline mengenai Catherine yang sedang berjalan ke arah mereka. Bagi Warren sekarang adalah membuat Jacqueline mengerti kalau apa yang dilakukan wanita dihadapannya malam ini... salah.

"Pak Warren, aku serius," Jacqueline kembali mengatakan kata – kata yang sama sekali tidak Warren pedulikan dan kembali Warren tidak menanggapinya.

Warren membalas kata – kata Jacqueline dengan topik pembicaraan lain, dengan luapan amarah di dalam dirinya ia berkata, "Apa kamu tahu semua orang memandangimu? Kamu menjadi tontonan malam ini karena gaun merah yang kamu kenakan ini!"

"Oh ya? Kata Alle aku memang..."

"Sudah aku katakan kan kalau aku tidak suka kamu dekat dengan Alle?"

"Pak Warren, sebenarnya Bapak mau apa?"

"Kamu mau aku mengejar kamu, aku akan melakukannya."

Jacqueline lalu menjelaskan, "Maksud saya tadi dengan kata – kata saya bukan untuk menantang Bapak. Just pure sarcasm Pak. Aku kira Bapak memerlukannya once in a while, karena terkadang aku tidak mengerti dengan apa yang Pak Warren inginkan. Masa saya minta Bapak mengejar saya, saya belum gila Pak Warren. Sepertinya Bapak salah mengartikan kata – kata saya tadi."

Warren menyipitkan matanya dan tidak dapat mengerti dengan apa yang Jacqueline katakan, "Kita pulang sekarang."

"Tapi Bu Catherine..."

Belum selesai Jacqueline menjelaskan kata – katanya, Catherine berjalan ke arah mereka dan menatap Jacqueline yang berada di dalam dekapan Warren dengan posesif, lalu berkata, "Jadi kamu bahagia sekarang tanpa aku?"

Jacqueline tidak ingin Catherine memandanginya seperti itu, seakan – akan dirinya adalah wanita yang merebut Warren dari dirinya. Jacqueline mencoba untuk melepaskan dirinya dari dekapan Warren, namun Warren menahannya dan pria itu berkata, bukan kepada Catherine, namun kepada dirinya, "Kamu mau pulang atau aku akan menyeret kamu dan kita bisa membuat keributan yang lebih banyak lagi malam hari ini?"

Ia mengalihkan pandangannya dari Catherine kepada Warren, lalu kepada Catherine, dan kembali kepada Warren dengan tatapan bingung. "Pak Warren, aku benar – benar tidak mengerti permainan apa yang Bapak ingin mainkan. Membuat Bu Catherine cemburu ya?"

"Pak, bagaimana kalau Bapak melepaskan saya dan eh... baikan saja dengan Bu Catherine?"

"..."

"Pak Warren, kasihan Bu Catherine Pak. Saya bisa pulang dengan Alle kok atau teman – teman Alle, atau taksi, gampang Pak Warren," Jacqueline meneruskan kata – katanya dengan begitu polosnya.

"..."

Catherine yang sekarang merasa dikhianati kembali berkata kepada keduanya, tidak memedulikan semua orang yang memandangi mereka di ruangan itu seolah – olah mereka bertiga adalah tontonan malam hari itu, "Warren, kamu dan aku, kita mempunyai Max. Aku salah aku tahu. Aku mengerti sekarang kesalahan aku. Berhenti menyiksa aku seperti ini."

"Pak Warren, sepertinya rencana Bapak berhasil. Pak Warren bisa melepaskan aku sekarang dan berbaikan dengan Bu Catherine," bisik Jacqueline.

Warren sama sekali tidak peduli dengan Catherine dan kata – kata wanita itu yang membuatnya semakin kesal. Ia tidak peduli dengan Catherine yang mencampakannya dan Warren merasa sesuatu dari dalam dirinya terlepas.

"Jack," Warren menatap Jacqueline dan merengkuh tubuh wanita itu, menutup jarak apapun yang tersisa dari tubuhnya dan tubuh Jacqueline, "Berhenti berbicara Jack, aku lelah mencoba menjelaskan apa maksud aku kepada kamu. Jadi, diam sekarang karena aku akan mencium kamu di depan seribu orang dan seribu pasang mata yang sedang menatap kita."

"Ini maksud aku," Warren menundukkan wajahnya dan dengan perlahan menurunkan bibirnya ke bibir wanita itu, lalu mencium Jacqueline dengan cara yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Di dalam pelukannya Jacqueline berubah menjadi tegang dan ketika wanita itu menjauhkan bibirnya setelah kecupan ringan dari dirinya, dengan canggung Jacqueline bertanya, "Pak Warren, sejauh mana Bapak ingin membuat Bu Catherine cemburu?"

Warren mengerutkan dahinya dan bertanya kembali, "Jack, kamu tidak mengerti juga setelah aku mencium kamu dihadapan semua orang? Aku yang cemburu melihat kamu dengan pria – pria sialan ini!" 

EAT, METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang