Epilog

30 2 0
                                    


Hari itu jam 7 pagi ketika seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku segera membukanya. Doug berdiri di depan pintuku dengan muka yang tak beraturan... eh, maksudku terlihat cemas. Jantungku langsung berdegup kencang. Eh, bukannya aku deg-deg-an karena melihat Doug, tapi aku khawatir sesuatu terjadi sesuatu pada Ann.

"Ada apa, Doug?" tanyaku was-was.

"Maaf aku datang sepagi ini. Tapi Ann..."

"Kenapa Ann?"

"Dia... menghilang dari rumah sakit"

Jantungku serasa mencelos ketika mendengar hal itu. Ann menghilang dari rumah sakit? Bagaimana bisa?

"Tadi pagi ketika Elli mengeceknya, dia sudah pergi dengan kursi rodanya" tutur Doug.

"Baiklah, aku akan mencarinya" kataku seraya menelan ludah.

"Aku sudah mencari di perumahan dan pantai, tapi dia tidak ada"

"Serahkan padaku. Sepertinya aku tau dia dimana"

Tebakanku benar. Disanalah Ann, berbaring di atas rumput. Di dekatnya ada kursi rodanya. Ya, tentu saja dia berada di sana-di ladang bunga. Aku segera menghampirinya. Belum sempat aku membuka mulutku, Ann sudah mengatakan sesuatu.

"Aku hanya ingin melihat matahari terbit"

"Orang-orang sangat khawatir" aku memberitahunya. "Termasuk aku" sambungku tegas.

"Maaf" Dia bangkit dan duduk. "Aku hanya rindu tempat ini" sambungnya sambil tersenyum tipis.

"Aku akan memaafkanku jika kau berjanji kau tak akan melakukannya lagi" kataku sambil duduk di sebelahnya.

"Datang kesini?" tanyanya seraya menggigit bibir. Terlukis di wajahnya kalau dia keberatan jika aku meminta hal seperti itu. Bagaimanapun juga, tempat ini berarti baginya. Dan juga bagiku.

"Tentu saja bukan. Mana mungkin aku melarangmu pergi kesini"

"Jadi apa?"

"Berhentilah membuatku khawatir" kataku sambil menatap matanya.

"Selama aku masih bisa mengingatnya" katanya, "Aku akan berupaya. Kau tau, aku payah dalam mengingat"

"Aku tau hampir semua tentangmu" ulangku.

"Dan aku tau tentangmu" jawabnya sambil tertawa kecil.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa kesini?"

"Kau bisa menjawabnya sendiri. Kau kan tau hampir semua tentangku"

"Aku tau kau hampir akan melakukan segala cara agar kau bisa melakukan apa yang kau mau" Aku berpikir sejenak, "Apa kau mencuri kunci rumah sakit dari ruangan dokter dan keluar dari sana pagi-pagi sekali?"

"Tepat. Kau memang hampir tau segala tentangku" jawabnya seraya tertawa.

"Dan kau juga tau hampir segala hal tentangku" balasku sambil tersenyum.

Ann tertawa mendengarku mengucapkan hal konyol seperti itu.

"Kau ingat ketika kita masih kecil dan kau mengatakan hal konyol tentang benda yang paling menakjubkan yang kau punya?" tanya Ann padaku.

"Tentu saja. Aku bilang topikulah benda paling menakjubkan" Kami berdua pun tertawa bersamaan.

"Sekarang pun kau masih menjunjung tinggi topimu?" tanyanya sambil tertawa kecil.

"Tidak lagi. Tapi masih ada sesuatu yang paling menakjubkan dalam hidupku"

"Apa? Bajumu?" tanyanya sambil tersenyum konyol.

"Kau"

"Hah?"

"Ya. You're the most wonderful thing in my life"

Ann tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Kau juga sesuatu yang paling menakjubkan di hidupku" balasnya pelan. "Dan aku rindu memanjat pohon dan berlari bersamamu"

"Aku juga. Tapi aku yakin itu akan terjadi lagi"

"Ya..."

"Aku mencintaimu" kataku seraya mengecup kepalanya.

"Aku juga"

Begitulah. Inilah kisahku sebagai seorang Jack. Takdir telah menuntunku ke kota ini, bahkan sejak aku kecil dulu. Coba bayangkan jika waktu itu aku datang lebih awal atau lebih lambat ke pelabuhan, belum tentu kapal yang kunaiki membawaku ke Mineral Town. Kalau itu terjadi, aku tak akan mengenal Ann, bahkan tak akan menjadi Jack si petani.

Ngomong-ngomong, Ann sedang berjuang keras untuk bisa berjalan lagi. Ya, dia lumpuh, tapi Dokter memberitahuku bahwa lumpuhnya tidak permanen. Ann pasti akan bisa berjalan lagi. Pasti. Aku yakin.

Oh ya, aku sudah melamar Ann. Saat aku memberinya Blue Feather, dia langsung menangis. Bukannya dia sedih atau apa, tapi dia bilang dia sangat bahagia. Waktu kami memberitahu Doug pun, Doug juga menangis terharu. Dia bilang, gadis kecilnya akhirnya akan menikah juga. Ternyata Doug bisa menangis juga. Heh.

Tapi sayangnya, Ann memintaku untuk menunda pernikahan sampai dia bisa berjalan.

"Jika berjalan masih memungkinkan," katanya, "Aku ingin berjalan di sepanjang lorong gereja" sambungnya lirih.

Aku menyetujuinya tanpa pikir panjang, karena rasanya terlalu egois untuk memaksanya menikah jika keinginan kecilnya itu tak dipenuhi. Dia hanya ingin berjalan di sepanjang lorong gereja. Dan itu akan terjadi. Tanpa tapi, jika, dan kecuali.

Dan inilah Epilog-ku, pelengkap dari chapter-chapter sebelumnya. Aku tak akan bilang hidupku bahagia selamanya, karena itu tidak mungkin. Masih ada halangan dan rintangan yang akan menghadangku, dan aku mempercayai Ann untuk menemaniku melewatinya.

Cause she's the most wonderful thing that I ever had.

The end
_

___________________________________

Thanks buat kalian yang udah baca cerita ini, mohon maaf tulisan dan bahasanya kurang rapih. And the next seri yang ke duanya akan dirilis tanggal 0 Bulan

Harvest Moon : Story Of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang