Sedari tadi Zayn disibukkan memilih setelan jas yang akan dikenakannya nanti di acara PROM NIGHT sekolahnya, acara itu dilakukan untuk merayakan kelulusan semua angkatan Zayn. Black Dress itulah tema tahun ini, beberapa dari sekolah lain juga diundang ke acara prom night nanti malam.
Malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan, Zayn membatin.
"Bagaimana dengan yang ini ?" Tanya mom Trisha sambil mengangkat setelan jas hitam dengan dalaman biru yang agak gelap.
"Not bad" kata Zayn lalu meraih jas itu "Buatlah aku terlihat keren nanti malam" sambung Zayn dengan senyum kecil yang menghiasi wajahnya.
"Kalau orang yang memakainya kamu pasti jas itu akan terlihat keren" goda ibunya. "Oh c'mon mom ! jangan membuatku besar kepala" ucap zayn tetap dengan senyum manisnya.
Setelah menaruh setelan jasnya di dalam lemari, Zayn mengarahkan pandangannya keluar jendela dan menatap jendela kamar orang lain.
Rumah Zayn dan Nina bersampingan dan entah kebetulan atau tidak jendela kamar mereka saling berhadapan. Lewat situlah mereka sering mengobrol jika salah satu dari mereka dilarang keluar rumah.
Tidak jarang juga Zayn melihat gadis diseberang berganti pakaian dari balik tirai jendela kamarnya, itu jelas membuat zayn kaget dan malu walaupun hanya bayangan yang dapat ia lihat. Itu menjadi salah satu rahasia kecil yang dimilikinya, dia tidak pernah berani memberitahu Nina tentang hal itu, dia tak bisa membayangkan jadi apa dirinya jika Nina mengetahuinya.
Zayn menatap tajam ke arah jendela disebelah rumahnya itu. Aneh dia tidak melihat Nina di semua sudut ruangan kamarnya. Tanpa berpikir panjang pria itu meluncur cepat menuruni tangga rumahnya dan berlari memasuki rumah sebelah.
"Halo Zayn" suara wanita lembut menyapanya dari arah dapur rumah Nina.
Zayn membalas sapaan itu dengan senyum manis yang ia miliki.
"Apa Nina ada di rumah ?" tanyanya dengan nafas terputus-putus.
"Iya dia ada di dalam kamarnya" jawab wanita itu ramah.
Kenapa seorang ibu yang lembut itu dapat melahirkan Nina yang sekasar itu ? Nina ada di kamarnya tapi kenapa aku tidak melihatnya tadi ? aku rasa aku harus naik untuk menemukan jawaban dari dua pertanyaanku barusan, kata Zayn dalam benaknya.
Zayn menaiki anak tangga rumah Nina satu persatu
dengan sangat hati-hati. Mengingat tragedi 8 tahun yang lalu saat umurnya belum sampai dua digit dia dan Nina berlari menuruni tangga itu dan tanpa sengaja kakinya terbentur dengan sisi salah satu anak tangga itu yang membuatnya terjatuh dan dua belas jahitan di kening sebelah kanannya. Walaupun sekarang bekas jahitan itu telah hilang tetapi rasa takutnya masih melekat pada dirinya. Perasaan takut itu hanya muncul saat berhadapan dengan tangga rumah Nina.
Zayn akhirnya berhasil menaiki tangga itu, sekarang dia berhadapan dengan sebuah pintu yang tertuliskan "Welcome to my Paradise". Zayn tak pernah bisa menahan dirinya tertawa geli saat melihat tulisan itu meski sudah berpuluh-puluh kali dia membacanya.
Disentuhnya daun pintunya lalu membukanya secara perlahan. Tatapannya langsung tertuju pada seorang gadis yang sedang membaringkan tubuh mungilnya di atas tempat tidurnya.
"Tidur siang ?" suara Zayn lirih. Nina mengalihkan pandangannya dari rak-rak buku dikamarnya menuju sosok lelaki tinggi berkulit putih itu "Aku hanya tidak enak badan" jawabnya dengan agak malas.
"Jadi kau tidak ke acara Prom Night nanti malam?"
"Tentu saja aku pergi, itukan acara terakhir kita di SMA" suaranya naik dua oktaf.
"Apa black dressmu sudah siap ?" tanya Zayn sambil menduduki kursi putar milik Nina.
"Sure ! aku akan menjadi wanita paling cantik nanti malam dengan gaun hitamku itu"
"Pasti akan terlihat sama saja seperti hari-hari biasanya" ucap Zayn. perkataan Zayn membuat Nina bangkit dari ranjangnya dan memukuli lengan Zayn dengan kepalan tangannya. "Lihat saja nanti" kata Nina menyombongkan diri. "Yeah" ucap Zayn datar.
Keheningan memasuki ruang kamar Nina. Zayn dan Nina terlihat enggan untuk memulai perbicaraan. Karena bosan dengn keheningan yang menjadi-jadi Nina mulai angkat bicara.
"Aku ingin tidur dulu sebentar" katanya lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Zayn.
Zayn yang merasa kesepian berpindah tempat kearah wajah Nina menghadap. Dia mengambil seracik kertas putih milik Nina dan sebuah pensil yang terletak di atas meja belajarnya.
"Aku akan menggambarmu" bisik Zayn dan memulai menggarisi kertas itu.
..........................................................................
"Nina apa kau sudah selesai ?" teriak Zayn dari lantai bawah. Dia sudah menunggu anak gadis tetangganya itu selama sejam tetapi gadis itu tak kunjung turun dari tempat bertengkernya. "Zayn kau pergilah duluan ! persiapanku masih belum selesai. Kita bertemu di Aula sekolah" Suaru Nina terdengar samar-samar dari kamarnya.
"Apapun maumu nyonya" Teriak Zayn dengan nada agak kesal.
Siapa juga yang tidak marah jika menuggu selama sejam yang ditunggu itu tiba-tiba menyuruhnya pergi duluan.
Walaupun sangat kesal dengan Nina tapi Zayn tidak bisa marah terlalu lama dengan gadis kesayangannya itu.
"Selesai.." ucap wanita paruh baya itu saat selesai menata rambut anak kesayangannya.
"Apa aku terlihat cantik ?" tanya Nina sambil memandangi tubuhnya di cermin besar yang ada di kamarnya.
"Tentu saja ! kau harus berangkat sekarang nanti kamu telat"
"Okay mom" ucap Nina dan mengecup pipi ibunya
"Baby ! kau harus memberitahu Zayn malam ini". Ucapan ibunya membuat air muka Nina berubah menjadi tegang.
"Okay mom" kata Nina lalu melaju secepat mungkin menuju sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Would
FanficZayn dan Nina adalah dua sahabat aneh asal Irlandia. Sebagai sahabat Nina selalu berbagi cerita kepada Zayn, begitupun dengan Zayn. Namun, ada rahasia kecil Zayn yang tak diketauhi Nina. Sampai pada saat Nina pindah ke London Zayn tak pernah memberi...