"Saranghae-yo Ji Hyo-ya."
Song Ji Hyo mulai mencerna kata-kata dari lelaki di hadapannya. Ia tak mengira Kang Gary akan mengatakan hal seperti itu. Ia bingung menghadapi situasi semacam ini. Selama ini, Ia memang terbiasa sering menerima pernyataan cinta dari dari orang-orang di sekitarnya-baik teman sekolah maupun rekan kerjanya- Namun situasinya cukup rumit untuk yang satu ini. Selain karena Kang Gary adalah bosnya,Ji Hyo juga kerap kali mendapat banyak bantuan selama bekerja di kantor cabang Pohang. Song Ji Hyo tak ingin melukai hati atasannya, apalagi sampai memutus tali pertemanan mereka.
"Oppa..." Ji Hyo mulai berbicara. Ia tak punya pilihan lain. Ia tak mungkin menerima Kang Gary hanya karena tak enak hati. Tentu hal tersebut sama saja dengan mempermainkan hati orang yang mencintainya.
Kang Gary menangkap pesan di balik mata itu. Ia merasa menyesal telah menyatakan cintanya. Bukan, bukan karena Ia takut hatinya akan terluka. Ia justru lebih takut Song Ji Hyo akan menghindarinya. Tubuhnya lemas seketika memikirkan kemungkinan terburuk. Sungguh Ia tak ingin membuat Ji Hyo tak nyaman. Matanya semakin tertunduk menyadari perbuatannya yang akan merusak hubungan mereka.
"Apa tidak masalah jika kita hanya berteman?" Ji Hyo melanjutkan kata-katanya dengan gugup. Jauh di dasar hatinya, Ia ingin berterimakasih untuk segalanya. Ia bersyukur memiliki atasan sebaik Kang Gary. Ia juga sadar bahwa pencapaiannya selama ini berkat bantuang Kang Gary. Dan lagi-lagi kini Ia harus berterimakasih karena telah dicintai lelaki setulus Kang Gary.
Kang Gary mengangkat kepalanya. Matanya menatap dalam pada Ji Hyo. Ia ingin mencari tahu makna dibalik kata-kata Ji Hyo. Ia sangat berharap bahwa Ji Hyo tulus mengatakannya. Bahwa mereka tetap akan berteman selepas insiden ini.
"Oppa. Mianhe. Jeongmal-yo Mianhe." Ji Hyo menatap Kang Gary gusar. Ada rasa bersalah di sana. Rasa bersalah yang mulai bersarang di hatinya. Ia tak tahu harus mengatakan apa selain maaf.
"Ji Hyo-ya..." Kang Gary berdehem sebelum melanjutkan kata-katanya. "Komawo." Ia tersenyum begitu tulus. "Aku harap tidak ada yang berubah setelah ini."
"Oppa, Komapseubnida. Gamsahae." Ji Hyo terperangah tak percaya. Ia tak percaya Kang Gary tak marah sedikitpun. Bahkan Kang Gary masih mau berteman dengannya.
"Gereuso, Oppa harus pergi dulu. Ini sudah masuk jam kerja." Kang Gary bangkit sembari melihat jam tangannnya. Ia menggaruk telinga kanannya. "Perasaan canggung macam apa ini." Ia mengatakannya sembari tertawa ringan. Deretan giginya terlihat jelas.
Ji Hyo segera berdiri setelah melihat Kang Gary hendak pergi. "Oppa, berhati-hatilah di jalan." Ia hendak mengantarkan Kang Gary menuju mobilnya. Namun Kang Gary menahannya. Pertemuan mereka di Pohang hanya di akhiri dengan lambaian tangan dan perasaan lega.
Song Ji Hyo berharap Kang Gary dapat menemukan wanita yang jauh lebih baik dari dirinya. Ia juga berharap bosnya akan meraih karir yang lebih cemerlang, selalu sehat dan tetap damai bersahaja seperti biasa. Ia terus saja menatap punggung Kang Gary, hingga tak terlihat lagi dari pandangannya.
***
"Ah, ye?" Kim Jong Kook sedang sibuk menatap laptopnya ketika seseorang mengetuk pintu. Muncullah gadis dari balik pintu yang tak lain adalah sekretarisnya sendiri.
"Jong Kook Oppa, Yoo Jae Suk Oppa memanggilmu."
"Ah, Ye. Aku akan segera kesana." Kim Jong Kook tersenyum dan segera menutup laptopnya. Ia tidak tahu mengapa hyungnya memanggil. Mungkin masalah peluncuran produk baru yang mengalami masalah. Jika memang benar demikian, dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Untuk saat ini, dia pribadi belum tahu mengapa proses produksi produk baru mengalami kendala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Of Love
FanfictionSong Ji Hyo, gadis berhati beku namun memiliki tanggung jawab moral yang luar biasa. Ia tak percaya cinta namun percaya akan kewajiban. Ia tak tergila-gila dengan harta maupun kasih sayang, satu-satunya yang dikejarnya hanyalah pengalaman. Ia berhar...