oleh : Assyifa Ekananda Firdaus
Malam itu aku terbangun,melihat sekeliling dan mendapati diriku sendiri berada di sebuahranjang di tingkat dua, asrama putri lantai tiga. Tepat jam duamalam, aku baru tersadar ternyata memang sejak hari ini aku memulaikehidupan baruku di asrama. Semua kenangan indah masa SMP dan awalSMA di sekolah lamaku, kini hanya menjadi sebuah kerinduan yang entahkapan aku bisa melepaskan kerinduan tersebut.
Semilir Ac yangterpajang di sudut kamarku, terasa dingin menyahut, ingin sekalirasanya aku menarik sebuah selimut agar dapat membalutku untuk malamyang dingin ini, tapi apa daya aku tidak membawanya teringat dua hariyang lalu sang pembuat acara mengganti angenda acaranya. Dengansedikit upaya dan paksaan aku mencoba memejamkan kembali mataku danmulai menyamankan keadaan karena sejujurnya malam itu aku sangat takuakan hal-hal aneh yang mungkin sama sekali tidak akan menggangguku.
Pagi menyahut, subuhkali ini terasa sangat berbeda. Aku yang biasanya bangun kesiangantetapi hari ini bangun jauh lebih awal ketimbang hari-harisebelumnya. Tepat pukul setengah lima pagi aku beranjak memulairutinitas pagiku yakni bersembahyang setelah itu bersiap untuk pergimenuju sekolah baru. Di sinilah aku sekarang. Di salah satu bagianbangunan besar bulat berkacakan biru muda yang di dalamnya terdapatbanyak ruangan. Aku memasuki bangunan tersebut dan sedikit tercengangketika melihat arsitektur bangunannya. Karena bentuk bulatnya bukanhanya di luarnya saja tetapi tangga yang berada di dalam bangunantersebut juga melingkar mengikuti arus bentuk bangunan unik ini.
Menyenangkan sangatketika memiliki sembilan belas teman baru. Tidak kurang dan jugatidak lebih. Mereka berasal dari berbagai daerah. Sebut saja ada yangdari Banten, Aceh, Makassar, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Akumendapatkan sebuah kado special dari Tuhan yakni di beri kesempatanmendapatkan beasiswa dari Surya Institute. Rasa aneh dan masih takpercaya bahwa salah satu impianku kini mulai terwujud.
Aku duduk di kursi takterlalu depan dan juga tak terlalu belakang. Jangan bayangkan keadaankelasku saat ini sama dengan keadaan kelas SMA lainnya, atau janganjuga bandingkan dengan tempat Les yang kursinya langsung tersambungoleh meja. Aneh dan khususnya di kelasku saat ini merupakan perpaduanantara kelas SMA biasa dan kelas untuk bimbingan belajar.
Flasback ke dua hariyang lalu, sebelum menginap di asrama, aku dan temanku yang lain dipertemukan di Hotel Sahid Jakarta. Di malam pembukaan itu adakejadian yang takkan pernah aku lupakan. Di saat manusia lainbersenang memakai pakaian rapih dan tengah mendengar salam pembukadari pihak Surya Institue, aku masuk ke dalam ruangan tersebut dengankeadaan belum mandi. Garis bawahi itu. Yaaa dan aku hanyaberdoa semoga saja tak ada yang tahu bahwa aku memang belum mandi.
Di temani oleh tigalaki-laki yang berasal dari satu daerah denganku, sebut saja Rama,Adnan dan Fahry. Kami berempat berasal dari Banten, memang dekatdengan Jakarta, tetapi karena sebelumnya aku belum pernah diasramakan jadi maklum sajalah jika aku masih takut dan homesickketika jauh dari orang tua.
Seorang gadis duduk disebrang dengan menggunakan kaos berwarna hitam. Sepertinya diaketurunan Chinese, dan memang benar. Setelah beberapa saat kemudian,kami di perkenankan untuk berkenalan dan kini aku mengetahui namadari gadis itu adalah Angel. Nama yang unik yang sejak dulu akuinginkan. Tetapi sekarang manusia bernama Angel itu kini ada dikehidupanku. Selidik demi selidik, ternyata gadis itu kini masihberusia di bawah standar anak SMA, usianya kini masih 13 tahun,sangatlah muda dan dia menjadi siswi termuda di kelasku.
Selama minggu pertama diasrama, ada hal yang menarik perhatianku. Bocah kecil berperawakan'ndut itu, dia yang membuatku merasa aneh, apakah dia yang terlalumuda ataukah aku yang terlalu tua? Ohno. Aku suka sekali menatapnya,dengan tatapan tajamku, dan ketika aku menatapnya wajahnya berpalingdan menghindar seakan ingin sekali lari jika setiap bertemu denganku.Aku membaca aura matanya, terdapat sesuatu yang berbeda dan sangatspecial, matanya sungguhlah menarik tak seperti mata gadis lainnyayang ku kenal. Ia terlihat agak enggan mendekatiku hingga salahtingkah jika aku menatap matanya lagi.
Hari itu, hari keduamasa orientasi. Miss Esther masuk ke dalam ruangan dan memberikanpelajaran baru. Aku dan teman-teman lainnya di tugaskan untukmengomentari satu sama lain dengan cara mengelilingkan sebuah kertas.Tak lama kemudian , hinggaplah kertas bocah cilik itu di tanganku.
“ Semakin kamumemalingkan tatapan mata dari saya, semakin saya akan melakukan nyaagar kamu tidak takut lagi dengan tatapan saya. Tunggu saja. “
Setelah semua selesaimemberikan komentar, kemudian aku membaca komentar dari teman-temankuuntukku. Isi dari komentar itu bermacam-macam dan sungguhlah aneh.Aku tertawa ketika membaca komentar yang berisi “ kamu orangnyaserius banget, senyum juga hanya beberapa saat saja”. Setelahtergelitik dengan kata-kata tersebut, kemudian aku menelusuri semuamata yang masih serius membaca, kuperhatikan (lagi) bocah kecil itu,ekspresi wajahnya berkata seakan “ aaaaaa reesseeee banget sih iniorang apaaa coba maksudnya komentar kayak gini...”. Ia bersungutdan aku melepaskan tawaku kembali.
Keesokan harinya, padamalam hari virus insomnia ku kambuh lagi. Selain karena virus itu akupun belum selesai mengerjakan tugas fisika ku mencari sejarah meterstandar. Aku bergegas menuju ruang kamar bocah kecil itu danmendapatinya tengah duduk sambil mendengarkan lagu. Ia agak kagetdengan kedatanganku tetapi sepertinya ia sudah mulai terbiasa dengantatapan anehku. Teman sekamarnya sudah bermimpi entah sejak kapan danyang pasti aku ke sana ingin menyalin jawaban yang memang di beritahuketua asrama bahwa baru Angel lah yang memiliki catatan tersebut.
“ Angel, saya liatcatatan kamu boleh? “
“ Boleh … sebentar yatunggu... “
Kemudian bocah ituberanjak dan mencari kertas yang berisikan tugas tersebut.
“ Hem... ini...tapii... maaf yaaa kalau tulisan saya terlalu bagus... kalau ada yanggak ngerti tanya aja... “
Tanpa panjang lebar,langsung saja aku mengambil dan mulai menyalinnya. Baru satu dua katayang ku salin aku sudah kewalahan.
“ Oh My God. Initulisan di bacanya apaaaaaa????? Kenapa setiap manusia cerdas pastitulisannya nyerdasin orang jugaa.... howalaaah... “
Entah berapa kali akukeluar masuk dari kamar Angel ke kamarku sendiri. Karena terlalulelah aku memutuskan untuk melanjutkan nya di kamar Angel agar bisalangsung bertanya jika aku tidak mengerti. Dan di situlah akumemiliki kesempatan untuk mengetahuinya lebih dalam. Siapa dia,apakah dia dan bagaimanakah dia. Aku dan Angel bercakap tentangkehidupan masing-masing, tak ada maksud membandingkan hanya sajaberbagi pengalaman.
“ Saya orangnyatertutup, gak bisa ngasih kepercayaan begitu saja kepada oranglain... “, sahutnya di tengah percakapan.
“ Oh. Dan saya yakin,cepat atau lambat saya akan mengetahui tanpa saya harus memaksa kamuuntuk memberitahu saya.. “
Bocah itu terdiamsetelah mendengar perkataanku tersebut. Ia tersenyum manis seakantidak percaya bahwa aku bisa melakukannya. Setelah selesai menyalintugas dan bercakap ria, aku pun memutuskan untuk kembali ke kamarkudan mengistirahatkan tubuhku.
Beberapa hari kemudian,percaya tidak percaya, aku dan Angel semakin dekat dan Angel sudahmenganggapku sebagai kakaknya sendiri. Aku sudah mengetahui setengahdari rahasia nya yang dia katakan tak bisa membagi kepada orang lainbegitu saja. Di hari itulah, aku memiliki seorang adik kecil baru.
“ Free Hug maybe? Kamuakan selalu jadi kakak saya walaupun kamu sudah gak nganggap sayasebagai adik kamu lagi.. “.
Itulah perkataan yangdilontarkan oleh bocah polos bernama Angel. Perkataan murni yangtanpa ada paksaan untuk mengatakannya. Dan ingat selalu perkataan ituakan saya pegang entah sampai kapan. Angel sangat menyayangiku, danasal tahu saja aku juga sangat menyayangi Angel.
“ My Angel, always bethe best for me, for your family and for other... Free hug for a longtime for you “.