Sorry - Yeri Side

208 19 0
                                    

"Maaf..."

Satu kata beribu penyesalan
Tak ada jawaban namun air wajahnya telah menjawab semuanya
Dia kecewa
Kecewa pada diri ini, ya diri ini yang mengucapkan kata maaf

"Untuk apa?" ia berbicara

"Segalanya" sahutku

Hujan.. gelap.. sepi.. dingin
Hujan turun begitu juga dengan air mata ini
Hujan yang menopengkan air mata ini agar tiada yang tahu bahwa ia mengalir
Mengalir diantara sepasang mata yang menatap seseorang
Masih senantiasa berdiri dibawah langit yang menangis
Seolah-olah langit itu sedang ikut berempati

"Kenapa kamu kembali" ia berjalan mendekat

"Kenapa kamu bertanya seperti itu"

Suaramu, pandanganmu membuatku ingin berteriak menyesali semua ini

"Tapi kamu terlambat"

"Tidak-tidak ini belum terlambat!"

"Sifatmu belum berubah"

"Sifat apa kumohon jangan seperti ini
Kembalilah padaku, kumohon"

"Maaf aku tidak bisa"

"Kenapa tidak bisa? tiada yang tidak mungkin bukan"

Tersenyum, ya ia tersenyum lebih tepatnya senyum yang dipaksakan

"Kamu harus kembali kesana dimana seharusnya kau berada"

"Tidak! Aku tidak mau, aku ingin bersamamu"

"Kita tidak ditakdirkan bersama untuk sekarang"

Persetan semua omongan itu

"Aku janji akan mengunjungimu lagi tapi tidak sekarang"

Ia menatapku seakan-akan tidak ingin kehilanganku lalu menghembuskan nafasnya kasar

"Baiklah aku akan mengantarmu"
Pandanganku kabur
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Seketika saat itu juga mataku terbuka menatap sekeliling
Dimana ini

"Yeri ah kau sudah sadar? kau sudah bangun"

Orangtuaku

"Dimana dia? Dimana June"

Aku bertanya pada mereka dengan suara lirih
Sakit sekali, kenapa kau selemah ini
Bukannya menjawab, mereka menangis melihatku iba sambil menggelengkan kepalanya

"Jangan bercanda dimana dia, appa eomma"

"Yeri ah"

Mereka semakin histeris

"June... June..."

Hati ini terisak, air mata pun kembali tumpah
Tidak mungkin bahkan tadi ia masih bersamaku

"Yeri ah"

Suara itu ya itu suara June
Seorang pria berdiri di depan pintu

"Aku pamit, permintaan maaf diterima"

"June jangan pergi kumohon"

"Jaga diri Yeri, jangan menangis"

Tidak! kumohon tetaplah disini

"Aku pergi terimakasih untuk segalanya"

June... tidak... aku tidak mau kehilanganmu lagi
Orangtua ku memelukku dengan erat
Terisak dan terisak
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"June ah apakabar"
"Tentu saja baik kau bahagia disana hm?"

Sebuah senyum kini tergambar jelas diwajahku
Memandang sebuah foto di dalam lemari kaca kecil

"Aku datang untuk menemuimu"

Cairan bening kembali menetes dari pelupuk matanya
Oh tidak aku sudah berjanji tidak boleh menangis didepanmu
Persetan, ia kembali terisak

"June aku merindukan dirimu"

Pintu lemari kaca itu terbuka

"June bolehkah aku memelukmu?"

Foto seorang pria itu kini berada didekapannya

"June mengapa kamu menyuruhku kembali?"
"Mengapa kamu pergi sendirian
June kamu egois"
"Tidak mau berbagi kebahagian denganku"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hujan, gelap, sepi, dingin
Tempat dimana hari terakhir mereka berjumpa
Berjumpa satu dengan lainnya
Ya hari dimana mereka beradu mulut
Dan hari dimana mereka mengalami kejadian yang luar biasa
Kejadian yang hampir merengut nyawa Yeri dan telah merengut nyawa June
.
.
.
"June tunggu aku"

Sorry Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang