Naruto menarik napasnya dengan kasar, ia tidak habis pikir mengenai isi kepala Namikaze Minato selaku Ayahnya, yang dengan sesuka hatinya membawa laki-laki kurang waras itu kerumah mereka dan mengatakan bahwa laki-laki itu adalah saudaranya yang lebih tua darinya dan berarti adalah kakaknya.
Cuih
Cuih
Cuih
Naruto tidak akan pernah sudi memanggil si autis itu sebagai kakaknya atau pun Saudara.
Karena sampai nafas si autis itu tak lagi berhembus pun ia tidak akan pernah mengakui keberadaannya. Tidak akan pernah.
Naruto © Masashi Kishimoto
Chara : Sasuke Uchiha dan Uzumaki Naruto
Warning :
Cerita ngasal dan terkesan memaksa, omong kosong dan yang pastinya OOC.
.
.
Happy Reading
.
.
"Jangan mengangguku idiot!" desisnya tidak suka, menepis tangan berkulit porselein yang ingin menyentuhnya.Kedua iris birunya kembali menatap televisi didepannya ketika si pemilik tangan mulai menjauh, mengambil tempat duduk diatas lantai di sudut sofa.
Naruto melirik sekilas pada orang yang baru di usirnya sebelum akhirnya mendecih dan meninggalkan tempat duduknya.
Ia tidak suka jika harus duduk ditempat yang sama dengan kakak angkatnya.
Sedangkan si raven hanya bisa menatap kepergiannya dengan tatapan sendu.
.
.
Sasuke Uchiha yang kini telah resmi menjadi Sasuke Namikaze tidak pernah mendapatkan senyum yang ia inginkan dari adiknya yang kata ayah angkatnya adalah senyuman terbaik yang akan Sasuke sukai.Tapi hingga kini senyum biasa saja tidak pernah Sasuke dapat dari sang adik.
Mungkin karena ia yang seperti ini. Tidak sempurna dan hanya membuat adik angkatnya malu saja.
.
.
.
"Naruto aku juga mau tidur, beri aku sedikit tempat!"Ia duduk disisian tempat tidur, mencoba membangunkan Naruto yang mengambil alih semua tempat tidur, tidak menyisakan sedikitpun tempat untuk Sasuke mengistirahatkan diri. Padahal Ia juga lelah dan mengantuk.
"Naru-"
"Aakhh BERISIK! Mulai sekarang kau tidur dilantai saja! Itu tempat yang cocok untukmu."
Dengan kasar si pirang menendangnya hingga terjungkal ke atas lantai. Sasuke meringis sakit, ia melihat sekilas pada Naruto yang sudah menyembunyikan dirinya di dalam selimut yang tebal.
"Baiklah, kalau kau memang tidak mau." ujar si raven, membaringkan tubuhnya diatas lantai yang dingin. Baru seminggu ia di rumah ini, dan ia belum merasakam kenyaman sama sekali.
Ayah mereka sedang pergi dinas keluar kota kemarin. Jadi hanya ada mereka berdua dirumah. Sasuke berharap Ayah akan cepat pulang karena ia merindukannya. Ia merindukan Ayah yang mengusap kepalanya dan tersenyum kearahnya.
.
.
.
Sasuke melihat Naruto yang sedang memakan sarapannya di ruang makan. Ia menghampiri si pirang karena ia pun merasa lapar, belum makan apa pun sejak semalam."Naruto apakah ada makanan untukku, aku juga lapar."
Ia berdiri di samping Naruto yang sedang memakan makanannya dengan khidmat. Namun tidak khidmat lagi ketika Sasuke sudah berdiri di sebelahnya.
Tangan berkulit tan yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya terhenti tatkala si raven memegang lengannya. Naruto meletakkan kembali sendoknya keatas piring. Kemudian menatap berang pada Sasuke yang kedua onyxnya bergerak liar, takut melihat sapphire si pirang yang menyiratkan kemarahan.
"Tidak ada."
Naruto menepis tangan sang kakak dari lengannya.
"Tapi, kau bisa memakan yang ada di piring itu." lanjutnya menunjuk menggunakan dagunya piring berisi nasi di atas tepian wastafel mencuci piring.
Itu sisa makanannya semalam.
Sasuke ikut melihat, sebelum akhirnya berjalan mendekati wastafel dan mengambil makanan yang Naruto maksud.
"Habiskanlah kalau kau memang lapar!" Naruto berucap dengan nada memerintah sebelum memakan kembali sarapannya. Mengabaikan sang kakak yang mulai menyuapi makanannya juga.
Sasuke duduk diatas lantai karena tahu Naruto tidak akan suka jika ia duduk di meja makan bersama si pirang.
Dan tanpa rasa jijik sedikit pun ia menghabiskan makanannya. (*Aku tahu aku terlalu berlebihan. Ya ampun ╥﹏╥ aku tida kuat. Sasunyan,, aku tidak kuat kalo harus nyiksa dirimu. *lambai tangan kekamera*)
.
.
.
"Apakah aku boleh ikut?"Sasuke bertanya penuh harap ketika melihat Naruto bersiap ingin pergi keluar. Si pirang akan pergi kerumah temannya. Itulah yang Sasuke tahu karena tidak sengaja mendengar pembicaraan sang adik di telphone.
Naruto telah selesai memakai sepatunya. Dan bersiap membuka pintu keluar dari rumahnya.
Akan tetapi sebelum benar-benar membuka pintu ia berbalik, melihat kearah Sasuke yang tiba-tiba saja mengalihkan perhatiannya.
"Kau bercanda? Apakah kau ingin agar teman-temanku tahu jika aku punya kakak autis dan idiot sepertimu? Heh brengsek."
Naruto membanting pintu rumahnya kasar dan pergi meninggalkan sang kakak dalam keterkejutan.
Sasuke merasa Naruto tidak akan pernah mau menerimanya.
Sepertinya ia dirumah saja, menunggu Naruto pulang. Atau mungkin menunggu ayah mereka pulang.
"Sasuke, jaga adikmu ya!"
Akan tetapi ia teringat pesan ayahnya kemarin. Bukankah sebagai kakak yang baik ia harus menjaga adiknya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Naruto nanti. Bisa saja Ayahnya membencinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada sang adik karena Sasuke tidak menjaganya dengan baik.
Maka dengan pemikiran seperti itu akhirnya Sasuke memutuskan untuk mengendap-endap mengikuti sang adik dari belakang.
.
.
.
Ngk tahu sebenarnya apa yg sedang saya pikirkan.. Kenapa juga bikin cerita baru?Maaf2 ngk ninggalin jejak juga ngk papa..
Yg penting terima kasih karena masih mau membaca cerita saya.
Salam A.S :)