Prologue

85.9K 528 8
                                    

Entah sudah berapa shots vodka Rain tenggak sedari tadi. Ia tidak terlalu memusingkannya karena ia yakin ia akan baik-baik saja. Setelah muak dengan celotehan temannya yang mabuk di apartemennya, ia pergi ke dapur selagi membuka kotak rokok ke-4nya hari ini. Ia sengaja mengajak sahabat-sahabatnya hari ini mabuk di apartemennya. Ia bosan ke club setiap hari.

Rain menyalakan rokok pertamanya sambil mengecek ponselnya yang hampir rusak karena tersiram vodka yang ia tuang tadi.

"Raaaaainnn! Rain! Kesini! Tolong gue!!"

Mendengar teriakan tersebut, sambil sempoyongan karena pengaruh alkohol ia berlari mencari datangnya suara tersebut.

"Revan? Lo kenapa?" Tanya Rain sambil menghembuskan asap rokoknya dari hidungnya dengan cepat.

"Sini. Temenin gue. Gue butuh lo." Ucap Revan sambil menepuk lantai dibalkon yang sedang ia diduduki sejak ia mulai mabuk.

"Okay."

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Rain.." Ucap Revan memecah keheningan.

"Ya Revan?"

"Gue sayang sama lo. Jangan tinggalin gue"

"Iya gue juga. Gue juga sayang sama yang lain. Ga akan gue tinggalin kalian sampai kapanpun." Jawab Rain sambil menyalakan batang rokok ke-4 nya.

"Gue sayang sama lo sebagai cowo, Rain! Lo kenapa ga sadarin sih sejak dulu?!" Bentak Revan dengan mata yang berkaca-kaca. Ia mabuk. Rain yakin sekali ia sangat mabuk untuk membicarakan hal seperti itu.

"Tenangin diri lo dulu deh Rev, baru kita ngomong lagi nanti pas lo sober." Rain langsung berdiri dan mematikan rokoknya sambil membanting pintu balkon meninggalkan Revan menangis.

Rain tahu dengan baik kalau Revan menyukainya sejak dulu. Rain hanya belum siap memulai segalanya lagi setelah apa yang telah terjadi belakangan ini kepadanya.

Dengan langkah gontai ia berjalan melewati sampah makanan yang berserakan dari party yang ia adakan tadi, serta teman-temannya yang tertidur dilantai karena terlalu mabuk untuk tidur di sofa.

Ada sekitar 20 orang di apartemennya sekarang, dan semuanya sudah bertebaran entah kemana semua.

Ia duduk disofanya dan mulai meneggak setengah botol vodka lagi. Pikirannya sedang berantakan sekarang ini. Ia butuh penenang. Tetapi, alkohol terasa belum cukup saat ini.

Ia memasuki kamarnya dan menemukan Dave duduk di ujung kamarnya bertelanjang dada. Mata tajamnya memperhatikan satu tubuh Rain yang membuat Rain terasa terbakar.

"Kemarilah." Bisik Dave dengan penuh godaan sambil memberi isyarat Rain untuk duduk disebelahnya.

Rain menghampirinya dengan jalan sempoyongan. "Gue butuh penenang."

Brukkk

Rain tersandung dan jatuh diatas badan dingin Dave. Kamarnya sangat gelap, ia tidak sadar ia baru saja menendang mejanya.

Entah setan dari mana yang merasukkinya, tatapan mata Dave membakar tubuhnya. Keduanya terdiam dan hanyut dalam tatapan.

'Persetan dengan alkohol' batinnya.

Dengan brutal dan ganas ia melumat, menggigit dan menginvasi bibir panas Dave yang masih diam karena ia shock.

Ia meraih jarinya sendiri dan menjilat jari Dave dengan penuh nafsu yang menggebu mencoba menggoda Dave.

Rain mulai menggigit bibir bawah Dave dan mulai menciumnya dengan lembut. Dave yang tergoda mulai membalas ciuman Rain dengan perlahan.

"Kau yakin takkan menyesali ini besok, Rain?" Bahkan nafas panas Dave dapat membuatnya sangat terangsang sekarang juga.

"Persetan dengan segalanya Dave! Cium gue sekarang!" Gusar Rain sambil menjilat ujung hidung Dave.

Tangan Dave tidak tinggal diam, ia mulai meraba paha mulus Rain. Ia menjilat, mencium telinga Rain yang membuat Rain hanyut dalam hasrat yang melanda.

Ia menghirup dalam-dalam leher Rain dan kemudian menjilatnya tanpa ampun sambil bergumam. "You smell so good, Rain."

"Hmmmm." Suara igauan seseorang menghentikan kegiatan mereka berdua.

Keduanya terdiam saat mereka baru menyadari adanya orang lain juga di kamar ini.

Keduanya tertawa pelan.

"Pelan-pelan." Bisik Rain dengan nafas yang panas.

Rain dengan liarnya menjilati tubuh Dave yang membuatnya mengerang. Dave dengan frustasi menahan kenikmatan yang Rain berikan.





-

Stuck In His EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang