『Airmataku,
senyummu.
Cintaku sendu,
Kebahagiaan bagimu.』
.
.
CHAPTER 7
Alarm berbunyi tepat pada pukul 05:30 am, membangunkan Keneha dari tidurnya yang sama sekali tidak membuatnya nyaman. Dia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan, mencari-cari keberadaan Kyuhyun diruangan ini dan berharap Kyuhyun sedang memandanginya dari sofa diujung kamar.
Tangisnya pecah ketika tidak menemukan apa yang diharapkannya. Baru saja 24 jam yang lalu, ketika bibir Kyuhyun yang amat sangat menggoda itu menciumnya untuk pertama kali. Dia masih bisa merasakan setiap kehangatannya, dekapan erat Kyuhyun serta aromanya yang memabukkan. Tapi sekarang Kyuhyun tidak disini, dan Kenesha berusaha menghibur diri bahwa Kyuhyun tidak akan menghianatinya.
Perlahan Kenesha turun dan menuju ruang kerja Kyuhyun dan mendapati ruangan itu juga kosong. Hatinya bagaikan diiris sembilu ketika melihat kenyataan bahwa Kyuhyun belum juga pulang hingga pagi. Sekali lagi, Kenesha menyeka airmata yang menggenangi pelupuk matanya dengan mencoba berbesar hati.
Begitu tiba didapur, Kenesha menghidupkan mesin pembuat kopi dan membuat segelas susu untuk dirinya. Dia menghabiskan satu jam diruangan itu untuk meyakinkan dirinya kalau Kyuhyun benar-benar keluar untuk urusan yang gawat. Kenesha bahkan berjanji akan tersenyum kepada namja itu ketika dia pulang nanti. Dia harus menjadi Kenesha yang 'biasanya' dan akan berada di sisi Kyuhyun sampai kapanpun.
Kenesha masih berada di kamar mandi ketika dia mendengar suara seperti bel pintu menggema di penjuru ruangan.
Kyuhyun sudah pulang.
Dengan cekatan Kenesha memakai pakaian dan menyempurnakan penampilan, menyemprotkan parfum stroberi ke sekeliling pergelangan tangan dan lehernya. Dia buru-buru keluar dan memasang senyum terbaiknya untuk mengahadapi namja itu.
Akhirnya dia bisa melihat wajah itu lagi—betapa dia sangat merindukannya.
"Oh, wasseoyo (Kau sudah pulang)?" sapanya semringah.
Kyuhyun menggumam kata, "ne," bahkan tanpa repot-repot melihat Kenesha. Dia melepas jasnya dan melemparkan ke sembarang tempat, menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur lalu meletakkan tangan kirinya dikepala, menutupi mata dari paparan sinar lampu diruangan itu.
"Nan jeongmal pigeunhaeyo (Aku sangat lelah), Kenesha-ssi. Jangan bangunkan aku." Ucapnya pelan dengan nada dingin.
Kenesha terlalu syok bahkan untuk menjawab lebih keras. Dia hanya mampu mengucapkan "ya" dengan suara lirih dan menggigit bibir bawahnya agar tangisnya tidak meledak.
Dengan suara pelan Kenesha menutup pintu lalu turun menuju dapur. Dia berhasil menahan air matanya agar tidak jatuh. Dan sepertinya menggumamkan lagu-lagu ceria serta membereskan peralatan dapur bisa menghilangkan sedikit kegelisahan hatinya, kendatipun wajahnya masih murung.
Namun hingga 4 jam lamanya Kyuhyun belum juga turun ke dapur. Dia sendiri tidak berani naik ke kamar untuk memastikan apakah Kyuhyun sudah bangun atau masih terlelap. Kenesha sama sekali tidak memiliki nyali untuk mencari tahu apakah Kyuhyun mulai membencinya. Oh, Tuhan dia membenci pikirannya sendiri.
Sebongkah kesedihan merayap masuk ke hatinya, menggoyahkan penghiburan yang sedari tadi dibisikkan Kenesha pada dirinya sendiri. Dia menatap gelasnya yang berisi air mineral tanpa semangat, mendesah pelan sambil memain-mainkan sendok tanpa menyentuh isi piringnya sama sekali. Pikirannya berkelana membentuk pertanyaan-pertanyaan yang sama muramnya dengan wajahnya sekarang. Apakah memang ini semua hanyalah ilusi? Kebaikan Kyuhyun.. Senyum tulus namja itu.. apakah memang hanya tipuan? Tapi mengapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
A Genius Living Next To My Hotel Room
FanficKenesha Osidils tadinya berpikir bahwa liburannya ke Seoul, Korea Selatan akan menjadi hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya-hal yang sudah ia nantikan seumur hidup. Tapi siapa sangka Kenesha malah terlibat dengan kejadian-kejadian aneh semen...