DAM (1)

21 0 1
                                    

"Yeay, akhirnya bentar lagi gue lulus."

"Lulus ? Baru juga semester 7 kelarin dulu skripsi loe, Mil."
ucap Jeremy dengan nada licik dan tertawa sirik.

"Apaan sih lu, Jer. Nyolot mulu deh kerjaannya. Biarin napa gue seneng udah semester 7, kan bentar lagi skripsi trus lulus." ucap  Mili sambil berdiri dari posisi awal dan menatap Jeremy dengan tajam.

"Oke oke, kali ini lu bener adik kecil. Makin semangat yaa." tutur Jeremy sambil tangannya mengusap lembut kepala lawan bicaranya.

"Iiih, nyebelin lu Jer."

Yah. Tahun ini Mili baru saja memasuki semester 7 setelah libur panjang yang dirasa Mili cukup membosankan. Mili begitu bahagia karena dengan beberapa langkah lagi ia akan segera lulus dan akan semakin dekat dengan cita-cita yang diimpikannya yaitu menjadi akuntan yang hebat.

Jeremy atau yang biasa Mili panggil Jery memang baru berkenalan di awal semester 1. Tapi tak disangka Mili dan Jeremy di hari pertama ospek sudah terlihat sangat akrab bak sahabat karib yang saat itu dipertemukan kembali setelah beberapa waktu berpisah. Bahkan keakraban mereka melebihi kedekatan Mili dengan Indah yang telah bersahabat sejak balita.

"Hey, Mil. Masih mikirin kejadian di depan tadi?" tanya Indah yang tengah menyadari sedari tadi Mili tengah melamun di kelas.

"Hmm. Di depan? Kejadian apa?"

"Kejadian tadi pagi lo ama si Jeremy."

"Lah? Lo kok tau, Ndah? Bukannya tadi kita ga berangkat bareng ya?"

"Iya. Gue denger dari anak -anak. Loe baper yaa sampe lupa gitu." tertawa Indah pun memecahkan  keheningan di kelas.

" Anak-anak pada tau?"

" iyalah, Mil. Udah jadi gosip terpanas malah."

Hahahaha.suara tertawa Indah semakin menggelegar ke seisi kelas yang masih kosong.

" isssh, gara -gara si Jery nih. Bakal banyak cowok yang takut deketin gue dong."

"Hadehh, Mil. Sadar dong lu mil, udah ada Jeremy gitu loh."

"Si Jery itu? Apa coba ndah alasan loe bilang gitu. Loe kan tau gimana selera gue."

"Iyaa gue tau, Mil. Pertama, Jeremy dasarnya bukan cowok yang mudah akrab sama yang namanya cewek tapi bisa jadi akrab banget sama loe. Kedua, dia jadi makin rajin sejak kenal lo dan semenjak kita sering memuja cowok pinter. Ketiga, kejadian tadi pagi dan ditambah panggilan sayang 'Adik kecil'. Oke selesai loe mau ngelak apa lagi?"
jawab Indah dengan penuh semangat dengan berkacak pinggang seperti tengah berpikir keras.

"Pernyataan loe yang pertama bener sih. Yang kedua juga bener. Tapi.... yang ketiga salah. Masa iya gitu panggilan sayang. Itu mah ngatain gue aja dia."

*.........*

Setiba di rumah dengan biasa Mili tiduran di kasur dengan main hp. Tiba-tiba hp-nya berbunyi. Dilihatnya di layar ternyata Jeremy. Dengan sengaja Mili tak mau mengangkat panggilan dari Jeremy.

"Yaelah si Jery. Kalo dia butuh gue, pasti bakal telpon lagi."

Mili dengan refleks bicara seperti itu sebab kerapkali Jeremy menelpon Mili dengan alasan yang tidak jelas.

Handphone Mili kembali berdering.

"Hallo"

"Hai adik kecil"

"Aishh, apaan sih lo Jer?"

"Jangan marah dong, Adik kecil nanti unyunya ilang loh."

"Jijikkk dah, Jer. Ngapa telpon gue?"

"Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Lo mau tanya apaan lagi?"

"Sabar dong Mili sayang. Ngapain buru-buru sih."

"Ettdahhh. Buruan ngomong. Kalo loe ga jawab gue tutup nih."

"Oke oke, gue mau minta bantuan lu, Mil."

"Bantuan apa? Kok tiba-tiba suasananya berasa sedih, Jer. Padahal daritadi lu ketawa mulu."

"Soalnya ini serius, Mil. Penting banget. Makanya loe janji yaa mau bantuin gue."

"Okee gue janji."

" jadi, gue......."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dicintai Atau Mencintai (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang