~~~ 4 ~~~

1 0 1
                                    

Jalanan begitu macet petang itu. Membuat hampir semua pengendara depresi dan ingin marah. Tak terkecuali Ariani.
Ariani: "Kapan sih, Jakarta bakal bebas dari macet?"
Ariana: "Mestinya kita naik helikopter tadi.."
Ariani: "Emang punya, haaa??"
Ariana tertawa. Ariani makin kesal dan gak sabaran.
Ariana: "Tenang dong, Kak.. Ntar keringetan, loh.. Luntur deh make upnya.."
Ariani: "Iya, sih.."
Supaya lebih tenang, Ariana memegangi tangan Ariani.
Ariana: "Sabar, Kak.. Kita pasti sampe, kok.."

Acara pesta sudah mau dimulai. Seorang entertainer kenamaan didapuk menjadi MC. Semua tamu undangan menempati tempat duduk yang telah disediakan. Tapi, Mara masih di ambang pintu hallroom.
Gloria menghampirinya.
Gloria: "Come on, Mara.. Pesta akan segera dimulai.."
Mara: "Tapi, Mom.. My special guest is not coming yet.. Please, wait her.."
Gloria: "Ok. I give you 10 minutes. Kalau dia gak datang juga.. You know.. The party must go on.."

Akhirnya, mobil memasuki halaman parkir gedung serba guna tempat pesta diadakan.
Beruntung, Ariana tak memakai high heels. Ia jadi bisa membantu Ariani yang baru belajar pakai sepatu hak tinggi.
Ariani: "Gimana penampilan aku? Masih oke, kan?"
Ariana: "Perfecto!"
Ariani: "Syukurlah.. Ayo, buruan!"
Mereka berjalan melintasi jalanan yang telah dipaving. Menuju jalanan masuk yang sedikit berundak di depan pintu hallroom A.

Pernahkah engkau berdiri di ruangan terbuka, yang anginnya mendesir pelan menyibakkan semua kegalauan yang melanda hatimu? Seperti itulah perasaan Mara ketika melihat dua dara, yang salah satunya adalah sang pujaan hati, datang. Gadis itu tampak cantik, mempesona, berkilau, dan bercahaya. Mara tercengang akan aura menawan yang terpancar dari dalam diri gadis itu.
Mara: "Welcome.."
Katanya, ketika mereka sudah mendekat. Matanya enggan berkedip. Ia terus memandangi Ariana.
Sedangkan Ariana sendiri cukup terkejut. Rupanya.. si nyebelin ini yang berulang tahun, dan.. apakah ialah si Sweet Prince yang membuat Ariani galau belakangan ini?"
Ariani: "Happy Birthday, Mara.."
Kalimat itu membuyarkan tatapan antara Mara dan Ariana yang mengandung sejuta makna.
Mara: "Makasih, Ariani.."
Lalu, Mara mengajak mereka masuk. Tangan kanannya tiba-tiba meraih tangan kiri Ariana. Berjalan mendahului Ariani.
Mara: "Ayo, masuk!"
Ia tak sadar, sepasang mata menatap hal itu dengan perasaan terkejut. Ya. Ariani heran. Kenapa Mara malah menggandeng tangan Ariana? Salah orang, kah?

Bukan hanya Ariani.. Ariana sendiri tak kalah herannya.
Ariana: "Eh, stop..! Kayaknya kamu salah narik tangan.. Liat baik-baik!"
Mara: "Sebelum kamu datang pun, aku udah hafal, mana tangan yang harus aku gandeng. Siapa cewek yang harus mendampingi aku di acara ulang tahun ini.. Kamu.."
Cara bicara Mara pada Ariana juga berbeda. Tak lagi "Elo-Gue".
Ariana: "Apa?!"
Ariana tak bisa berkata apa-apa. Apa lagi ketika Mara membawanya ke hadapan Gloria, dan memperkenalkannya.
Mara: "Mom, please.. meet Ariana.."
Gloria: "Hmm.. What a gorgeus gir..!"
Gloria memperhatikan Ariana. Cantik, anggun.. Tapi.. Dalam hati, Gloria merasa gadis ini tampak terlalu muda bagi Mara.

Lalu, Mara mengisyaratkan pada MCnya untuk memulai acara.
Musik dimainkan oleh band profesional. Juga seorang penyanyi telah dibayar. Lagu-lagu ulang tahun pun dimainkan.

Ketika Mara tengah sibuk menyapa tamu lain bersama Gloria, Ariana mencari Ariani, yang rupanya duduk di antara para tamu lainnya.
Ariani: "Ri.. Apa-apaan ini? Kenapa Mara malah menggandeng tangan kamu, bukannya aku..?"
Ariana: "Aku juga gak tau, Kak.. Aku juga kaget.."
Perasaan Ariani campur aduk. Tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dan, puncaknya adalah saat acara potong kue tart.


MC: "Mara akan memotong kue tart ulang tahunnya yang setinggi 1 meter ini dengan didampingi oleh mommy tercinta.."
Tangan kanan Mara memegang menghunus pedang kecil khusus untuk memotong kue tart. Gloria di sampingnya.
MC: "Ayo semuanya, kita sama-sama nyanyikan lagu.. Potong Kue..!"
Musik menghentak. Suara riuh para tamu undangan pun kompak menyanyikan lagu tersebut, mengiringi pemotongan kue."

Ariana dan Ariani masih bicara.
Ariani: "Ri.. Kamu jujur aja.. Ada apa ini?"
Ariana: "Dari tadi aku udah ngomong apa adanya, Kak.. Kejujuran seperti apa lagi yang Kakak minta?"

Setelah memotong kue, dan meletakkannya di sebuah piring kecil, MC bertanya..
MC: "Potongan kue tart pertama kan, biasanya diberikan pada seseorang yang special bagi hidup kamu.. Siapa tuh, kira-kira?"
Mara: "Tentu aja.. Mommy yang udah melahirkan dan membesarkan aku.."
Semua tamu bertepuk tangan ketika Mara memberikan kue tart itu, lalu memeluk sang ibu erat.
MC: "Katanya, kamu ada tamu spesial ya, malam ini? Apakah kamu akan berikan potongan ke dua untuk dia?"
Mara: "Ya. Potongan ke dua ini adalah untuk dia yang sangat spesial. Dia adalah.."
Sengaja atau tidak, band memainkan musik tegang ala acara pencarian bakat yang hendak mengeliminasi kontestannya.
Semua orang pun dibuat penasaran.
Mara: "Ariana.."
Ketika nama itu disebut, spontan kedua gadis itu menoleh pada Mara yang berdiri di atas panggung, di samping kue tartnya. Keduanya lebih terkejut dibanding siapa pun. Terutama Ariani yang seketika didera rasa kecewa, sedih, dan.. sakit hati. Ia menoleh pada Ariana, menggelengkan kepala. Isyarat, agar adiknya itu jangan naik ke panggung.

Apa yang harus Ariana lakukan sekarang? Semua mata di ruangan itu tertuju padanya. Dan, dari atas panggung, ia dapat melihat kakaknya di antara tamu undangan. Seperti sebongkah batu menyedihkan, sendirian di tengah padatnya mutiara-mutiara cantik.
Mara menyodorkan potongan kue tart pada Ariana. Sungguh, Ariana tak menginginkan hal ini terjadi. Maka..
Ariana: "Maaf, aku gak bisa.."
Ia segera berlari turun dari panggung. Mara dan semua orang di ruangan itu menyaksikannya.
Mara: "Ariana!"
Lalu ia pun ikut turun dan mengejar gadis belia itu.
Mara: "Ariana, tunggu!"
Yang dipanggilnya tak mau berhenti berlari.
Ariana menghampiri Ariani dan menariknya pergi.
Ariana: "Ayo, Kak.. Kita pergi dari sini..! Aku gak mau ada di sini.."
Ariani: "Tapi.."
Kakaknya itu seolah enggan melangkah.
Ariana: "Sekarang terserah Kakak.. Mau ikut aku pulang atau engga. Yang jelas, aku gak mau ada di sini.."
Di belakangnya, Mara semakin dekat. Membuat Ariana tak lagi merasa sempat membujuk Ariani. Ia pun kembali berlari.

Sampai keluar hallroom, ada semacam jalan berundak. Di situlah.. Ariana kehilangan fokus. Ia lupa kalau jalannya berundak, sehingga ia hilang keseimbangan, dan jatuh terguling.
Mara melihat itu, dan spontan berteriak.
Mara: "Arianaa..!!"
Ia langsung menghampiri Ariana, dan membantu gadis itu berdiri.
Mara: "Kamu terluka!"
Setitik merah merembes di bagian bawah gaunnya. Lututnya berdarah. Namun, rasa sedih dan marahnya mengalahkan rasa perih luka itu.

Ariana: "Lepasin aku!"
Ia menarik lengannya dari tangan Mara.
Mara: "Tolong, dengerin aku ngomong..!"
Ariana: "Kamu yang harus dengerin aku! Kamu itu udah mempermalukan aku.. Kamu udah melukai perasaan kakak aku.. Puas kamu?"
Mara: "Mempermalukan? Melukai perasaan Ariani? Emang dia kenapa? Aku gak merasa melakukan itu semua."
Ariana: "Gak heran.. Kamu kan orangnya udah begitu ahli ngelakuin hal-hal buruk. Udah seperti hobi.."
Mara: "Kamu salah paham, Ariana.."

Ariana makin geram.
Ariana: "Usiaku emang 6 tahun lebih muda dari kamu. Tapi soal cara berpikir, aku bisa berpikir lebih matang dari kamu!"
Mara: "Tolong, biar aku jelasin dulu.."
Ariana: "Penjelasan kamu itu lebih pas dijabarin ke Kak Ariani. Bukan sama aku!"
Mereka tak sadar.. Ariani tengah menyimak dan menyaksikan mereka. Tak terasa, air matanya jatuh berlinang.
Mara: "AKU SUKA sama KAMU, Ariana!"
Langit seakan runtuh. Kepingan hati yang telah retak pun semakin luluh lantak. Seketika hancur tanpa bisa diperbaiki lagi. Air mata kian bercucuran seperti kran rusak. Ariani patah hati di usianya yang belum genap 17 tahun.
Ariana: "Kamu keterlaluan! Kamu lihat.. Aku masih 13 tahun! Aku benci sama kamu sejak hari itu kamu siksa Kakak aku secara fisik. Dan sekarang, aku semakin benci sama kamu, karena kali ini kamu mengoyak-moyak batinnya! Aku benci kamu!"
Ariana meninggalkan Mara yang mematung setelah mendengar kata-katanya. Sedangkan Ariani.. Ia telah masuk mobil lebih dulu.

Ariana melihat kakanya menangis di dalam mobil. Sementara Pak No menunggu di luar. Sungguh.. Ariana merasa tak enak hati. Ia bingung harus bagaimana.
Ariana: "Kak.."
Ia hendak menyentuh tangan Ariani, namun ditampik.
Ariana: "Kakak marah sama aku?"
Ariani tak menjawab.
Ariana: "Kak.. tolong jangan marah.."
Setelah menyeka air mata..
Ariani: "Ayo, masuk! Kita pulang.."
Namun, sepanjang perjalanan pulang, situasinya berbalik 180 derajat dibanding saat berangkat tadi. Begitu dingin dan hampa.
Ariana terus memandangi Ariani yang mengacuhkannya, bahkan seolah menganggapnya tak ada. Apa lagi yang harus Ariana katakan dan lakukan, supaya Ariani tak marah lagi? Tak terasa.. air mata Ariana ikut menetes.. Ia sedih akan situasi ini..

Malam itu merupakan ulang tahun terburuk sepanjang hidup Mara. Penolakan Ariana menjadi kado terpahit yang ia terima.
Ditambah, ia bingung.. Kenapa malah Ariani yang sakit hati? Ada apa ini?

TAKDIR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang