Mata Nina terasa berat untuk menyambut sinar fajar yang masuk disela-sela tirai jendela kamarnya.
Mungkin ini akibat dari tangisan semalam yang membuat matanya sangat lelah. Dia mencoba sekuat tenaga untuk membuka matanya yang bengkak itu, setelah benar-benar terjaga dia mulai membangkitkan tubuhnya yang tak kalah lelahnya. Seperti pagi-pagi biasanya dia melangkah turun menuju dapur untuk melihat menu sarapan apa yang dibuatkan ibunya pagi ini.
Mata Nina terbelalak ketika melihat sosok lelaki tampan sedang menaruh mangkuk dengan isinya di atas meja. Dia mengusap matanya beberapa kali untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak terganggu. Ternyata benar itu adalah Cowok yang menyebabkan matanya bengkak sejadi-jadinya.
Cowok itu merasa sedang diamati, diapun menoleh dan menyunggingkan senyuman pada gadis yang sedang berdiri menatapnya.
"Kau sudah bangun ya !" sapa cowok itu.
"Zayn"
"Tidak usah kaget, ayah dan ibumu pergi ke rumah tantemu pagi-pagi sekali. Mereka berpesan agar aku membangunkanmu" jelas Zayn.
Gadis itu hanya diam menatap Zayn yang terlihat biasa-biasa saja. Ada apa dengannya ? semalam dia terlihat sangat terpukul, Nina membatin.
"Sudahlah ! sana mandi ! sekarang kau terlihat lebih mirip seekor singa yang baru bangun ketimbang seorang gadis, tidak ada manis-manisnya" ejek Zayn.
Senyum Nina melebar dan langsung berjalan kecil menuju kamar mandi yang terletak di lantai dua.
Zayn mencium aroma parfum Nina yang semakin mendekat, tetapi pandangannya tak berpaling dari sebuah kertas.
"Sepuluh tahun bersamamu, aku tidak pernah tahu kau bisa membuat sup seenak ini" kata Nina
"Enak ? kau sama sekali belum memakannya" bantah Zayn.
Nina hanya tersenyum lalu duduk tepat di depan Zayn.
"Ayo makan lalu beritahu aku bagaimana rasanya"
Nina menatap Zayn dan mengikuti perintah Zayn.
Satu suap..
Dua suap..
"Bagaimana ?" tanya Zayn dengan menaikkan satu alisnya
"Speechless"
Zayn dan Nina tertawa
Zayn menuliskan sesuatu di atas kertas kecil yang panjang. Sesekali dia terlihat berpikir lalu melanjutkan tulisannya.
"Apa itu ?" tanya Nina
"Kertas" jawab Zayn cuek
Nina mengerutkan dahinya
"Maksudku apa yang kau tulis?"
"Kau tidak bertanya seperti itu" Goda Zayn
"Sudahlah" cetus Nina
Zayn nyengir-nyengir kuda melihat ekspresi Nina yang berubah menjadi sangat badmood.
"Ini adalah daftar hal-hal yang akan kita lakukan selama seminggu terakhir kita bersama" kata Zayn
tanpa berpaling dari kertas yang ditulisinya.
Nina menatap Zayn kosong. Ada apa ini ? Matanya terasa panas dan berair dadanya terasa sesak. Digigitnya bibir bawahnya untuk menahan isakan yang keluar tiba-tiba.
Zayn tetap pada posisi semula berpura-pura tidak mendengar isakan tangis Nina.
Gadis itu bangkit dari meja makan lalu berjalan pelan menuju kamarnya berusaha setenang mungkin agar Zayn tak menyadari tetesan air mata yang turun membasahi pipinya.
Setelah Nina tidak terlihat lagi, Zayn meletakkan bolpoinnya di meja lalu berlajan keluar dari rumah Nina.
..........................................................................
"Aku rasa seminggu ini adalah hari-hari paling menyenangkan selama sepuluh tahun hidup sebagai sahabatmu" Ucap Nina sambil menarik kopernya menuju mobil ayahnya.
Zayn hanya terdiam dan terus mengekor pada Nina
Setelah meletakkan koper merah jambu miliknya ke dalam bagasi mobil harmer silver milik ayahnya, gadis itu menatap Zayn lekat-lekat sampai membuat pernapasan Zayn terganggu
Shit ! tatapan itu lagi batin Zayn. Walau saat ini dalam dada Zayn terjadi gempa bumi yang dashyat tapi dia berusaha sekuat mungkin untuk terlihat tenang.
Hening.
Zayn tak dapat menahan diri lagi, dia meraih tubuh Nina dan menyandarkannya ke tubuhnya, memeluknya erat.
Nina memeluknya tak kalah erat.
"Tenang ! London dan Irlandia tidak terlalu jauh. Jika ada waktu aku akan mengunjungimu" bisik Zayn lembut ke telinga gadis yang sekarang ada di pelukannya.
Senyum Nina mengembang.
"Aku akan rajin mengirim surat dan juga menelponmu" Mereka melepaskan pelukan masing-masing saat terasa cukup.
"Take care boy"
"You too"
mereka melemparkan senyum manis satu sama lain sebelum mobil Nina melaju cepat menjauhi Zayn yang berdiri menatap kepergiannya
KAMU SEDANG MEMBACA
I Would
FanfictionZayn dan Nina adalah dua sahabat aneh asal Irlandia. Sebagai sahabat Nina selalu berbagi cerita kepada Zayn, begitupun dengan Zayn. Namun, ada rahasia kecil Zayn yang tak diketauhi Nina. Sampai pada saat Nina pindah ke London Zayn tak pernah memberi...