Part 5

9 1 0
                                    

*****

    Langkah kaki Kim semakin tidak beraturan. Bahunya pun terus menerus menyenggol tubuh seseorang di kanan kirinya. Genggaman tangan seseorang yang menariknya tidak juga mengendur. Sudah berkali-kali Kim berusaha melepaskannya, namun tetap tidak ada hasilnya.

    Kerumunan siswa sudah mulai berkurang. Entah sudah berapa lama Kim berjalan sambil terseret seperti itu. Langkahnya berbelok ke kanan menuju gang kecil di belakang sekolah. Kim sekarang bisa melihat punggung orang tersebut dan ternyata dia seorang laki-laki memakai seragam sekolah yang sama dengannya.

    " Dia. " Kim merasa tidak asing dengan laki-laki itu.

    Tiba-tiba laki-laki tersebut menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Untung saja Kim memiliki refleks yang baik dengan cepat ia menghentikan langkah kakinya sebelum tubuhnya menabrak laki-laki tersebut.
" Oh my god, Ray ada apa? Kenapa harus pake tarik-tarik segala sih? " Kim tidak lagi bisa mengontrol nada suaranya. Emosinya telah sampai ke ubun-ubun akibat insiden penarikan tangannya.
    " Apa maksud lo ngerjain gue? " nada suara Ray terdengar lebih tinggi dari biasanya. Tidak ada lagi kata-kata sopan yang selalu diucapkannya.

    " Ngerjain lo? " Kim mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Ray. "Ngerjain apa? Lo bahkan ga masuk kelas hari ini. Dan gue juga gak ngerasa ngerjain lo, aneh. " Kim menurunkan tangannya dan memalingkan wajahnya ke arah lain, mencoba untuk menahan emosinya.
 
     " Lo kemaren ngasih tau rumah yang salah, asal lo tau, gue udah nunggu satu jam di depan rumah itu, lo gak muncul dan ternyata lo bukan tinggal disana. Apa maksudnya semua itu? " Sepertinya emosi Ray sedang berada dipuncaknya. Dia masih tetap berbicara dengan nada tinggi dan tanpa jeda.
   
    " Oh soal kemaren " sudut bibir Kim terangkat sedikit. " Memangnya ada gue bilang kalo itu rumah gue. Gak ada kan!. Itu cuma opini lo doang berpikir kalo itu adalah rumah gue. " Kim mengangkat tangan kesamping separuhnya dan menggerakkan bahunya keatas sejenak.
    
    " Oke lo gak bilang, jadi itu adalah cara lo ngerjain gue, " Ray memalingkan wajahnya sambil memejamkan mata selama beberapa detik lalu membukanya kembali dan menatap Kim tepat ke manik matanya. " asal lo tau, gue tadi telat dateng gara-gara itu dan akhirnya gak diijinin masuk. Ini hari kedua gue sekolah disini dan gue bolos. Hebat. Hebat banget. "

    " Terus lo pikir ini salah gue?. Sejak awal lo udah boongin gue, katanya cuma nganterin sampe depan dan ternyata motor lo labas aja" Kim pun menatap Ray tepat di manik matanya tanpa merasa bersalah sedikit pun. " Gak salah dong gue berpikir negatif terhadap lo. "

    " Itu semua gak bisa lo jadiin alasan. Gue cuma berniat baik buat nganterin lo sampe rumah dan.... "

Just so you know
This feeling's taking control of me
And I can't help it
I won't sit around, I can't let him win now
Thought you should know
I've tried my best to let go of you
But I don't want to
I just gotta say it all
Before I go
Just so you know

Pertengkaran mereka terhenti oleh suara dering ponsel milik Ray. Ray memasukkan tangannya ke dalam saku celana lalu mengeluarkan ponsel berwarna putih, memencet salah satu tombol dan mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.

   " Hallo Oma, "
   
   "......" Ray menjauhkan ponselnya sejenak ketika mendengar suara orang yang disebutnya Oma lalu mendekatkannya kembali ke telinga.
 
   " Iya, Oma pasti tau aku gak masuk sekolah, aku terlambat dateng karena ada beberapa masalah. " Ray melirik ke arah Kim sebentar lalu kembali fokus berbicara dengan Omanya.
 
    "......."
 
    " Aku tau, Oma. Aku janji gak akan mengulanginya lain kali, tapi plis hukumannya dikurangin dikit yahh!"
   
    "........ "

    " Oke. Nanti aku pulang langsung potong rumput di halaman belakang, daah omma." Ray mematikan ponselnya lalu menyimpannya di dalam saku celananya kembali. Ray kini memfokuskan pandangannya kepada Kim.

    " Lo denger sendiri kan, gue dapet hukuman dari omma. " Ray menarik nafas lalu menghembuskannya cepat.

    " Jadi menurut elo, gue yang harus tanggung jawab atas kesalahan yang tidak gue perbuat, "

    " Jelas dong elo yang harus tanggung jawab, gue dapet hukuman dari oma bahkan mungkin besok gue dapet masalah karena absen. "

    " Oke gini aja, gue gak suka memperpanjang masalah yang gak penting ini, "  Kim mencoba mengatur nafasnya yang tiba-tiba memburu akibat menahan emosi. " Gue akan kabulkan satu permintaan elo apapun itu supaya kita impas, gimana? "

    " Permintaan? Apapun? " Ray berkata dengan menekankan setiap kata

    " Ya apapun, selagi itu masuk akal dan gue bisa melakukannya "

   " Oke " Ray menjulurkan tangannya ke hadapan Kim. Melihat itu Kim pun segera menyambut uluran tangan Ray. Sebelum Kim sempat menarik tangannya, Ray menahan tangan Kim dengan menggenggamnya erat beberapa detik dan memandang tajam kepadanya.

    " Deal. " Ray melepaskan genggamannya lalu pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Kim.
Kim hanya bisa mencoba mengatur emosinya yang tiba-tiba naik kembali melihat kepergian Ray.

Takkan SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang