Namaku Ara Frisyata. Tinggal bersama kedua orang tuaku dan aku anak tunggal. Anak tunggal ayah ibu yang memiliki rambut hitam lurus panjang. Hidungku tidak mancung, kecil. Imut lebih tepatnya. Hehe.
Langsung saja. Kali ini, ada hal mengejutkan. Aku, keluargaku lebih tepatnya, diajak jalan-jalan oleh teman satu kantor ayah. Jalan-jalan ke Bali. Untuk urusan bayaran aku tak tahu-menahu katanya sih akan ada tiket murah, yang jelas besok pagi aku akan berada di bandara untuk pergi ke Bali. Tentunya bersama teman kantor ayahku.
Kurang lebih katanya hanya menghabiskan waktu setengah bulan disana, tak lama. Namun lumayan dapat liburan dengan harga murah.
Aku mengambil beberapa atasan dan bawahan tak lupa serta pakaian dalam lalu menaruhnya di koper berwarna biru.
Butuh waktu 1 jam aku berkemas hingga akhirnya beres dan kuputuskan untuk turun ke bawah.
"Ayah, ibu!" Panggilku kepada mereka yang tengah asik menonton televisi. "Ada apa sayang?" Tanya ibu sambil menengok ke arahku.
"Besok jadi kan?" Tanyaku balik.
"Ya, sudah berkemasnya?" Kali ini ayah yang menyahut. Aku yang mendengarnya hanya tersenyum senang lalu ikut berkumpul di karpet sambil menonton televisi.
"Berapa banyak teman ayah yang ikut?" Tanyaku basa-basi. "Mm... tiga, tiga orang," jawab ayah sambil manggut-manggut.
"Kata ayah ada anak dari teman kantornya yang seumuran sama kamu. Laki-laki dan perempuan. Jadi ibu harap kamu jangan dingin sama mereka." Ucap ibu dengan mata yang masih menatap televisi. Memang sikapku terkadang dingin terhadap anak yang baru kukenal.
"Kamu mendingan tidur, udah jam sembilan," perintah ibuku yang langsung kujawab dengan anggukan. Aku naik ke atas kembali. Tak sabar menunggu esok hari.
1000 Tahun
Guy's!
Pagi ini. Hari senin lebih tepatnya. Aku berada di bandara, betapa senangnya aku hari ini. Oh iya, aku bertemu anak dari teman kantor ayah yang laki-laki dan perempuan.
Sifat anak laki-laki itu dingin nan cuek seolah-olah aku bukanlah manusia membuatku membalas tatapan dinginnya itu juga membuatku lupa ucapan ibuku agar tidak dingin padanya. Kalau bukan dia yang mulai aku takkan dingin seperti ini.
"Brayson Vano Albern." Ucapnya singkat dan dingin tanpa menatapku. Hm... dari mukanya seperti orang luar negeri dengan marga Albern. Entahlah. Untuk apa aku memikirkannya?
"Ara Frisyata." Balasku juga dingin. Mama yang melihatku hanya menggelengkan kepala. Toh, siapa yang menyuruhnya bersikap dingin?
Lain halnya dengan anak perempuan yang tampaknya manis. Dia sangat ramah dan penuh senyuman. Kelihatannya sih dia masih polos. Terlihat dari wajahnya yang seperti anak-anak.
"Perkenalkan namaku Claria Agnesia. Salam kenal." Ucapnya memperkenalkan diri.
"Salam kenal juga. Aku Ara Frisyata." Balasku dengan ramah juga. Dia hanya mengedipkan mata berulang kali. Kurasa ia bingung karena tadi sikapku dingin kemudian berubah menjadi ramah.
Saat semuanya beres, kami bergegas menaikki pesawat. Dan saat di tengah perjalan aku berakhir tidur karena kelelahan.
1000 Tahun
Yes...
Sudah sampai di Bali. Akhirnya, sudah lama juga aku tidak ke Bali. Sekitar 3 tahun. Ternyata pemandangannya sudah berubah sebagian.
KAMU SEDANG MEMBACA
1000 Tahun
FantasyApa yang akan kalian lakukan jika berada di masa depan. Masa depan dunia maksudku. Tentu mustahil. Namun apa daya, inilah yang kualami bersama 2 orang temanku. Berada di masa depan dunia. 1000 tahun kemudian lebih tepatnya.