Chapter 1

334 19 0
                                    

C H A P T E R 1

"Richard!" suara melengking itu menggelegar ke seluruh kelas membuat beberapa anak menutup telinganya karena merasa agak berdengung termasuk Richard.

"Bagaimana kamu ini? Ini udah ulangan ke enam dan nilai kamu masih dibawah KKM terus?! Kamu ini niat sekolah apa engga?" tanya Bu Heni guru yang memiliki suara melengking tajam.

Richard hanya bisa menghela nafas panjang. Ia memang benar benar tidak bisa menguasai pelajaran yang satu ini. Yakni pelajaran akuntasi. Pelajaran yang sangat amat dibenci Richard. Suruh ngitung uang tapi uang nya ga ada? Dan yang paling bikin Richard konyol, semuanya harus balance, equal, sama rata. Ya wajar lah Richard dongkol. Richard kan sukanya ngitung uang yang nyata, gak uang semu kayak gitu.

"Kan saya gak bisa suruh ngitung uang tapi ga ada uangnya Bu." katanya santai membuat beberapa temannya tertawa kecil dan membenarkan perkataan Richard.

"Ya pelajaran akuntansi emang seperti ini Richard." kata bu Heni sabar, lebih tepatnya mencoba sabar karena bu Heni tidak ingin membuat muridnya merasa tertekan.

Richard hanya diam saja tak membalas perkataan bu Heni. Percuma saja, kalau Richard membalas perkataan gurunya itu, dijamin nanti bakal menjadi ceramah yang sangat panjang. Richard sangat malas bila harus mendengarnya. Lebih baik ia mengikuti apa instruksi dari gurunya itu dan semuanya selesai.

"Contohlah Shiffa. Sudah rajin, nilainya selalu bagus dalam pelajaran apapun" lagi-lagi Richard hanya diam dan mendengarkan saja. Ia sudah kebal mendengar bahwa dirinya selalu dibanding-bandingkan dengan Shiffa.

"Richard, Shiffa. Nanti sepulang sekolah jangan pulang terlebih dahulu. Temui ibu di ruang saya nanti." kata bu Heni. Tak selang berapa menit, bel pun berbunyi menandakan jam pelajaran akuntansi ini sudah berakhir dan berganti dengan pelajaran lainnya.

"Baiklah hari ini sampai disini saja. Minggu depan ibu akan mengadakan quiz. Jadi siapkanlah diri kalian. Selamat siang" setelah bu Heni keluar, beberapa anak mendesah pasrah karena harus belajar akuntansi lagi. Sebenarnya tidak hanya Richard saja yang nilainya jelek, sebagian besar temannya pun nilainnya tak jauh berbeda dari Richard. Namun hanya Richard saja yang nilainya tidak mengalami perubahan yang signifikan.

"Cabut aja yuk bro. Gue mau muntah rasanya abis ketemu akuntansi, eh malah abis ini ketemu ekonomi deh" Richard hanya terkekeh mendengar keluhan sahabatnya.

"Kelar idup lo haha" ucap Richard seraya berdiri berjalan kekuar kelas.

"Eh eh mau kemana lo? Lo mau cabut beneran nih?" tanya Rendra bingung. Pasalnya Richard ini tidak pernah bolos dalam pelajaran apapun, bahkan pelajaran yang sangat dibencinya, ya walaupun nanti akhir akhirnya ia tertidur di kelas karena bosan.

"Gak lah. Gue mau ke kamar mandi. Mau ikut nggak?" goda Richard dengan senyum manisnya dan berhasil membuat Rendra jijik.

"Gue masih normal ya Ri, gak kayak lo" Richard hanya terkekeh dan segera berjalan meninggalkan kelas.

Ketika Richard baru keluar dari kelas, ia melihat guru ekonominya yang bernama pak Tri sedang berjalan akan masuk ke kelasnya. "Eh Bapak, saya ijin ke kamar mandi dulu ya Pak" katanya langsung ngacir meninggalkan guru ekonomi yang hanya bisa elus dada melihat tingkah Richard.

Setelah Richard sudah buang air kecil, ia segera kembali ke kelas dan mengetuk pintu kelasnya. Setelah diijinkan masuk ia lalu mulai berjalan menuju bangkunya.

"Bro, gue tidur dulu aja ya. Nanti kalo gue ketauan tidur, tolong bangunin gue. Oke?" dan Rendra hanya mengangguk dan mengacungkan dua jempolnya.

•••

"Richard!" kata Rendra kasar sambil mengguncang bahu Richard kasar. Seketika juga Richard langsung tersadar.

"Pak Tri manggil gue ya?" tanyanya seraya mengucek matanya yang masih agak mengantuk.

Rendra berdiri dan menaruh tasnya dipunggungnya mulai berjalan menuju pintu "Gak. Ini udah pulang bro. Oh iya, jangan lupa nemuin bu Heni ya." katanya nyelonong begitu aja.

Tanpa babibu lagi, Richard segera membereskan bukunya dan segera menuju ke ruangan bu Heni. Ketika ia sudah sampai disana, Richard melihat Shiffa duduk dengan manis membelakangi dirinya disana. Dengan segera, ia duduk disebelah Shiffa dan siap mendengarkan penjelasan gurunya itu.

"Jadi begini Richard, nilai akuntansi mu kan tidak pernah tuntas. Nah ibu mempunyai jalan keluarnya. Yakni Shiffa" jelas bu Heni membuat keduanya terkejut.

Richard mengeryitkan keningnya bingung dan ingin protes "Trus apa hubungannya sama Shiffa buk?" Shiffa terlihat mengangguk mendengar perkataan Richard.

"Pertama, karena sebentar lagi UAS. Ibu ingin nilai akuntansi kamu naik dan berhubung nilai akuntansinya Shiffa baik dan bagus, jadi ibu berharap kamu mau belajar dengan Shiffa" jelas bu Heni.

"Shiffa apakah kamu keberatan menjadi guru les sementara Richard? Agar ia bisa mendapat nilai di atas KKM?" Shiffa terlihat bimbang dan terlihat sedang menimbang nimbang jawaban apa yang benar.

"Em, baiklah bu saya bisa" katanya mantap.

"Nah kalau begitu hari ini kamu mulai mengajari Richard ya" Shiffa hanya mengangguk saja.

"Eh hari ini saya gak bisa Buk. Hari ini saya ada ekskul paskibra" Richard memang mengikuti ekskul paskibra.

"Oh begitu. Kamu bisanya kapan aja?" tanya Bu Heni.

Richard mencoba mengingat ingat kapan ia bisa les.

"Senin saya paski buk. Kamis saya ada basket" katanya.

"Oke. Berarti Shiffa ngajar kamu hari selasa sama rabu aja ya. Kamu bisa kan Shif?" Shiffa hanya mengangguk saja.

Ck. Ni anak ga bisa nolak apa? Batin Richard gemas melihat tingkah Shiffa yang sedari tadi hanya mengangguk saja.

Richard menengok jam tangannya dan betapa terkejutnya ia mendapati bahwa sekarang sudah pukul setengah empat. Dan itu tandanya ia terlambat mengikuti ekskul paskibra.

"Buk maaf sekali, saya harus segera pergi. Saya sudah terlambat mengikuti ekskul paski" katanya tergesa-gesa. Tanpa menghiraukan gurunya dan Shiffa, ia segera keluar dan menuju kamar mandi. Menggati baju osisnya dengan seragam paski. Ketika sudah sampai lapangan Richard menghela nafas kesal.

"Maaf kak saya terlambat" Richard berkata dengan tegas terhadap seniornya itu.

"Kamu tau kan kalau terlambat harus ngapain aja?" tanya seniornya itu. Dan tanpa banyak bicara, Richard segera mengelilingi lapangan sekolahnya. Richard memakluminya, karena ekskul paski mengajarkan bahwa kita harus disiplin.

•••

"Tasya" rengek Shiffa manja pada sahabatnya ini. Saat ini mereka sedang menghabiskan sore mereka di salah satu cafe terkenal di kotanya. Dan cafe ini merupakan tempat nonkrong para remaja.

"Eh iya, tadi lo bicarain apa aja sama bu Heni?" tanya Tasya teringat kejadian di kelas tadi.

"Gue harus jadi guru les nya Richard masa" Shiffa menyedot minumannya tidak sabaran karena saat ini ia gelisah.

Mata Tasya terbelalak. "Beneran nih? Lo? Jadi gurunya Richard?" tanya Tasya tidak percaya.

Shiffa hanya mengerucutkan bibirnya sebal. "Masa lo gak percaya sih?"

"Iyalah gue gak percaya. Masa lo jadi guru? Guru kan harusnya galak. Nah sedangkan lo? Marah aja ga bisa?" kata Tasya santai tanpa menghiraukan wajah Shiffa yang sebal.

"Emang guru harus galak apa?!" katanya kasar.

"Enggak sih. Kalo guru gak galak, nanti muridnya malah seenaknya sendiri. Richard kan agak bandel gitu"

"Au ah bingung gue. Pikirin nanti aja deh" kata Shiffa seraya menatap pemandangan jalanan sore ini sembari berpikir bagaimana caranya ia memberi tau tentang hal ini kepada David, pacarnya yang over protektif. Membuat Shiffa sebal sendiri karena terlalu dikekang.

•••

to be continue

Holaa! Ini cerita baruku lagi. Mainstream sih, tapi dijamin beda deh. Jangan lupa votment kuy? Thankyouu. See u next chapter.

Treat You BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang