"Duh, Put, mana sih temen lo? Ngaret banget kalo dateng. Sekarang udah jam berapa coba?" Naura berceloteh terus menerus karena bosan menunggu.
Putri yang mendengar ocehan Naura hanya bisa berdecak kesal. "Ck, lo rame banget, sumpah. Tunggu aja kenapa sih? Nggak sadar tadi sendirinya telat?"
"Ya tapi tadi kan gue cuma telat 5 menit! Ini udah 30 menit, Put!" seru Naura mengelak.
Karena bosan, Naura akhirnya berdiri dan berjalan-jalan sebentar mengelilingi Taman Kota ini. Hari ini, Naura dan Putri akan pergi ke suatu tempat yang Naura tidak tahu dimana. Putri tiba-tiba saja mengajaknya. Dan Naura mau-mau saja karena Naura ingat namanya disebut-sebut dalam telepon Putri waktu itu, yang artinya memang Putri berniat mengajaknya pergi, entah dengan siapa.
Pandangan Naura terjatuh pada ayunan yang terletak di tengan-tengah taman ini, dengan beberapa alat bermain lainnya. Naura segera menghampiri ayunan itu, dan menaikinya selagi kosong. Saat sedang asik mengayunkan ayunan miliknya, mata Naura membulat kala melihat ke salah satu sudut pintu Taman Kota, yaitu tempat parkir berada.
Eh, ini mata gue salah liat nggak, sih? Masa itu Valdo? Yang bener aja! Batin Naura dalam hati sambil terus memperhatikan seseorang—yang sepertinya Valdo— memasuki Taman Kota.
Dengan cepat, Naura berdiri dari ayunan yang tadi ia duduki, berlari mencari kemana Putri berada karena Naura lupa dengan tempat dimana ia dan Putri tadi menunggu.
Setelah hampir mengelilingi seluruh taman, Naura akhirnya menghampiri Putri dengan nafas yang tersengal-sengal akibat berlari.
"Akhirnya lo balik juga. Kemana aja lo daritadi?" tanya Putri saat Naura tiba di hadapannya.
"Put, gila! Masa gue kaya liat Valdo?!" seru Naura ketika sampai di depan Putri.
"Gue tanya malah nggak dijawab, njir," kata Putri karena Naura tidak menjawab pertanyaannya. "Eh tapi seriusan lo liat Valdo? Di mana?"
"Itu tadi gue liat di—"
Omongan Naura terputus saat ada dua orang dari arah lain datang dan menuju kearah Putri dan Naura.
"Sorry ya, kita lama," seru salah seorang di antara mereka berdua, yang Naura tahu itu adalah teman Putri yang bernama Reon.
Tapi fokus Naura bukan ada pada Reon, tapi orang di samping Reon. Dan Naura seketika membulatkan matanya kala melihat orang di sebelah Reon—yang tadi jalan berdua bersama Reon— adalah Valdo.
Iya, Valdo yang Naura taksir. Valdo yang tadi Naura lihat, dan ternyata itu memang benar Valdo.
Naura sampai mengucek matanya berkali-kali untuk memastikan yang dihadapannya ini benar Valdo atau bukan.
"Ra, lo ngapain, sih? Gatel mata lo? Udah ah, yuk berangkat." Putri berjalan bersama Reon dan Valdo sementara Naura masih diam di tempat.
Ini ceritanya pergi sama Valdo, gitu?
"Eh! Lo ngapain diem di situ? Sini, Ra! Lo mau kita tambah lama berangkatnya?" teriak Putri menyadarkan Naura dan akhirnya Naura berlari untuk mengejar Putri, Reon, serta Valdo yang sudah berjalan lebih jauh.
"Put, ini mau pergi kemana? Gue kira tadi mau muter-muter di Taman Kota," tanya Naura kebingungan.
"Udah, lo ikutan aja ya. Kesini cuma buat ketemuan doang, bukan buat muter-muter," jawab Putri yang kemudian mendahului Naura untuk menuju keparkiran.
Setelah sampai di parkiran, Naura melihat Putri sudah berada di motornya. Reon dan Valdo juga sedang mengambil motor, tetapi di tempat yang lumayan jauh dari motor Putri. Naura akhirnya segera menghampiri Putri, mengambil helm miliknya yang masih menggantung di kaca spion Putri dan langsung memakainya.
Naura hendak naik ke motor Putri saat tiba-tiba Putri menghentikannya.
"Eh! Siapa suruh lo naik?"
Naura menatap Putri dengan tatapan bingung. "Lah? Kan kita mau jalan, Put? Ke tempat lain kan?"
"Iya, tapi lo nggak berangkat sama gue," jawab Putri sambil menarik tangan Naura, bermaksud menyuruhnya turun dari sepeda motor.
"Duh, ini maksudnya gimana, sih, Put? Gue bingung. Lagian itu tadi kenapa ada si Reon sama Valdo? Gue ga paham, Put. Gue gapaham," seru Naura terlihat kesal dan lelah.
Dan secara tidak terduga, Putri malah tertawa.
"Ih, lo kok ketawa, sih? Gue bingung beneran ini, sumpah. Mana ada Valdo lagi, duh."
"Abisnya lo lucu kalo bingung, Ra. Gini ya, kita kan mau jalan. Nah lo kan tau yang kemarin gue di telepon kan? Itu Reon yang nelpon. Dia ngajak jalan, dan ya gue bilang gue ngajak lo." Putri menjelaskan pada Naura.
Naura mengangguk-angguk mengerti. "Oh, gitu. Terus itu kenapa ada Valdo?"
Putri mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. "Nggak tau deh. Kemarin Reon bilangnya dia juga mau bawa temen karena gue bawa lo, eh gue mana tau kalo Valdo yang dibawa."
Tepat setelah itu, Reon datang dengan Valdo yang ada di boncengannya.
"Jadi gimana, nih?" tanya Reon.
"Ya karena tempatnya jauh, gue ga mungkin berani bawa. Jadi, lo mau bantu gue bawa motor kan, Do?" Putri bertanya pada Valdo yang hanya dijawab dengan anggukan.
"Oke deh, kalo gitu. Put, lo bareng gue ya? Ntar temen lo itu biar sama Valdo. Ya?" Reon meminta persetujuan pada Putri maupun Valdo serta Naura yang ada di sana.
Naura yang mendengar itu membulatkan matanya. "Eh? Gue sama Put—"
"Udah, lo nurut aja sama Reon. Valdo, titip temen gue, ya? Jangan lo tinggalin lagi, tuh, temen gue!" seru Putri sebelum akhirnya Putri naik ke motor Reon. Naura melihat Putri mengedipkan sebelah matanya pada Naura.
Kampret banget emang temen macem Putri mah! Naura mengumpat dalam hati.
Akhirnya, mau tidak mau Naura naik ke motor Putri yang kini sudah diambil alih oleh Valdo. Naura hanya bisa berdoa dalam hati semoga cepat sampai tujuan karena, ya, bisa dibayangkan akan seperti apa perjalanan jika keduanya saling tidak mengenal dekat?
Pasti bakal garing abis!
=====
sebenernya agak kurang sreg sama part ini entah kenapa. Tapi tetep aku publish aja. Ntar kapan-kapan mungkin bakal ku edit. dan part ini lumayan panjang, loh.
oiya, special thanks buat ka @grey010 yang udah mau baca cerita ini dan ngasih komentar sehingga readers nya bisa tembus 600 yeay:)
makasih juga buat semuanya yang mau baca dan ngasih cerita ini votes:)
sampai ketemu di part selanjutnya!
-IGN-
[27/06/16]
KAMU SEDANG MEMBACA
Nauracamera
Short StoryValdo menyukai fotografi. Bisa dibilang, fotografi adalah hidupnya, dunia nya. Kamera tidak pernah terlepas dari genggamannya, saat berada di sekolah sekalipun. Naura menyukai Valdo. Dapat dikatakan bahwa Valdo juga sebagian dari hidupnya, dunia nya...