Richie menyandarkan kepalanya pada sofa, tangannya asik memainkan rubik 3×3 milik Anita. Dirinya masih berada disana, di ruang tamu rumah Anita.
"Canggung banget, ya?" Anita menghembuskan nafasnya, matanya fokus pada serial kartun di televisi.
"Terus, mau ngapain? Lu gak ada niat belajar main rubik?"
"Nggak ah, udah belajar di youtube, bikin stress."
Richie menaruh rubik yang telah ia selesaikan diatas meja. "Kalo belajar langsung mungkin gak stress, mau?"
"Gak, besok ulangan harian, belum pengin pusing sama yang gak penting."
"Yaudah, gua pulang aja, ya?"
Anita menegakan punggungnya yang bersandar pada sofa. "Eh, kok pulang? Jangan lah."
"Kalo disini juga mau ngapain?"
"Yaudah deh, minum dulu tuh tehnya, terus pamit sama Bunda didalem."
"Oke."
~~~~~~
Anita membuka pagar rumahnya, memberi jalan bagi Richie untuk lewat.
"Yaudah, gua pulang, ya?"
"Hmm."
"Oke."
Richie tak juga melangkahkan kakinya, dia tetap pada posisinya, berhadapan dengan Anita. Dirinya terus memandangi Anita sambil tersenyum.
"Ngapain, sih? Sana pulang, jangkung." Anita mendorong dada Richie pelan.
"Yang beruntung itu sebenernya gua atau lu, sih?" Tanya Richie, dirinya terus memandangi gadisnya sambil tersenyum.
"Kalo dari ramalan zodiak sih, Leo lagi beruntung minggu ini. Tapi, kayanya bukan lu yang beruntung."
"Jangan gitu, gua beruntung lah, pokoknya hari ini gua itu Leo paling disayang sama Dewi Fortuna."
"Gua juga beruntung hari ini, iya gua beruntung." Anita tersenyum memandang manik mata Richie.
Richie balik tersenyum. "Yaudah, gua pulang dulu, doain selamat sampe rumah. Arrivederci!" Richie melambaikan tangannya sekilas.
"Iya."
Anita memandangi Richie yang berjalan menjauh, dari belakang tubuhnya yang tinggi berjalan dengan tegap, namun kepala itu menunduk, menunjukkan kerendahan hati pria itu, kedua tangannya ditempatkan pada kedua saku celananya, kemeja panjang yang digulungnya hingga siku, membuat lengannya yang kekar terlihat. Dilihat dari posisi Anita berdiri sekarang, Richie terlihat semakin keren, walaupun sebenarnya dimata Anita, kapanpun, dimanapun, Richie akan tetap keren.
Sebuah sedan terlihat berhenti disebelah Richie, Richie terlihat menyapa orang didalam sedan itu. Kemudian sedan itu kembali melaju mendekat dan berhenti didepan Anita, seorang gadis keluar dari pintu belakang sedan itu dengan wajah sumringah.
"Kak, itu tadi siapa? Dari sini, kan? Ganteng banget, pacar Kakak? Tapi masa ganteng banget, sih." Tanya gadis itu padat, dia adalah Vira, adik Anita.
"Bukan pacar." Anita mendekatkan wajahnya ketelinga Vira. "Kekasih." Bisiknya pelan kemudian ia berjalan masuk kerumahnya.
"Eh, Kak, sini dulu dong, bohong banget. Masa ganteng banget." Vira berlari kecil mendekati Anita.
"Ih, udah ayo masuk, Mas Abra mau masukin mobil, tuh."
~~~~~~
Anita berbaring diranjangnya, pukul delapan malam, dirinya terus membuka pesan diponselnya, memastikan jika ada pesan yang masuk. Tentu ia mengharapkan pesan dari Richie, pria itu pacarnya sekarang, menunggu pesan singkat darinya adalah wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot and Cold Richie (revisi)
Teen FictionAda kehangatan yang terselubung dibalik tebalnya bongkahan es. Dia sendirian, dia kesepian, mencoba bertahan dalam diam. Dia rapuh, mencoba sembuh tanpa penawar. Cinta datang, cinta menolong, cintalah sang tabib penyembuh, cintalah penawarnya.