Aku ambil jaketku dan pergi kebawah. Aku sudah bosan dengan situasi rumah seperti ini,lebih baik aku keluar dan mencari udara segar.Suara langkah kakiku ditangga membuat mereka berdua terdiam dan memperhatikanku .
"Mau kemana Sya ?"Tanya ibu.
"Keluar."Jawabku ketus.
"Ini udah larut malam Sya.Kamu mau kemana ?"
"Aku bosen Bu denger kalian berdua yang selalu bertengkar tentang Andara. Dia udah tenang di alam sana.Kasian dia Bu !"
"Dia gak akan pergi kalo kamu gak ada disini !"Bentak ayah.
"Akupun berharap bahwa Akulah yang seharusnya Tuhan jemput bukan Andara yang menjadi anak kesayangan kalian berdua."jawabku dengan nada tinggi.Kubuka pintu rumah dan berjalan menjauh dari rumah.Mungkin ini hanya cara yang tersisa agar aku dapat melupakan masalahku dengan ayahku.Malam ini begitu gelap dan pekat.Jalanan sepi,rumah-rumah pun sudah terlihat sepi.Udaranya cukup hangat dan suasana yang tenang.Aku pandang sekitarku,akhirnya aku melihat kursi di tepi taman komplek.Tapi aku melihat seseorang duduk dengan berpakaikan jaket hitam yang dikuplukkan lalu dia menoleh dan melihatku.Wajahnya tak terlihat karena kupluk jaket yang menutupinya.Dia terlihat tergesa-gesa dan pergi entah kemana.Dari jauh,aku melihat sesuatu yang mungkin milik orang tadi.
Ternyata itu sekuntum bunga mawar biru dengan sepucuk surat dibawahnya.Aku lihat sekeliling yang sudah tak terlihat lagi siapa-siapa lalu aku mengambil surat dan bunga itu kemudian duduk dan membacanya.
"Kau membuatku mencintaimu,
Masha"Aku bingung,siapa yang menulis surat ini ? Apa pria tadi yang menulisnya? Untukku ?tapi siapa dia? Apa mungkin dia Mischa? Ku terus bertanya-tanya tentang semua ini. Malam semakin larut,aku hanya mendengarkan musik dari hand phoneku sambil sesekali memainkanya. Aku putuskan untuk kembali kerumah karna malam sudah menunjukkan pukul 12.00 tepat.
Aku terkejut saat seseorang tergeletak didepan tangga rumahku. Aku berlari dan berniat membantunya.
Aku mengangkat tubuhnya yang tergeletak dalam posisi telungkup. Saat aku balikkan tubuhnya."Mischa ?"Tanyaku terkejut.
Wajahnya begitu penuh dengan memar dan lebam juga darah dipelipis dan bibirnya. Dia terlihat begitu lemas dan nafasnya terengah-engah.
"Masya."Jawabnya lemas.
"Kenapa kamu bisa babak belur seperti ini?"
"Tadinya aku cuma sprint disekitar komplek ini,tapi tiba-tiba ada perkelahian dikomplek ujung dan yah inilah akhirnya."
"Aduhh,ya udah aku anterin kamu pulang yah?rumah kamu dimana?"
"Rumahku di sebrang perumahan ini."
"Kamu bisa jalan?"
Mischa hanya menggelengkan kepala sambil memegangi perutnya.
"Ya udah,kamu naik kepunggungku aja."Ujarku.
"Gak usah aku bisa jalan sendiri."
"liat kondisi kamu sekarang kayak gimana ? ayo naik?"
"Emang kamu kuat?"
"Aku udah nyelamatin kamu disini,jadi sekarang kamu punya hutang sama aku."
"Hutang?"
"Iya hutang."
"apa?"
"Kamu harus mau aku anterin kerumah kamu."
"Gak bisa nolak?"
"Apa waktu aku punya hutang sama kamu aku nolak?"
"Tapi .."
"Ayo cepett !"
"Tapi kalo kamu berat kamu bilang aja ya?"
"Iya.Ayo mau dianterin gak ?"
Mischa berdiri dan menyilangkan tanganya ke leherku,tapi dia tidak naik kepunggungku.Dia hanya merangkulku dari belakang.
"Loh,kok gak naik?"Tanyaku.
"Lihat badanmu.kamu mana mungkin bisa ngangkat aku.Ayo jalan!"
"Tapi .."
"Kamu mau antar aku pulang gak?Bawel banget sih !"
"Iya iya."Ternyata Mischa orang yang menyebalkan juga. Kami berdua berjalan pelan menuju rumah Mischa. Hanya suara malam dan cahaya lampu jalan yang menemani kita berdua.
"Kamu kuat jalan?"Tanyaku.
"aku kuat karna kamu yang menguatkanku."
"Badan kamu dingin banget."
Mischa terdiam.
"Kamu hipotermia ?"
"Disini mana ada penyakit hipotermia.Udaranya kali yang dingin."
"Hehe, mungkin."
"Kamu masih hubungan sama mantan kamu?"
Aku menggelengkan kepala.
"Aku selalu kehilangan kata-kata saat ada didekatmu."
"kamu itu terlalu berlebihan."
"Aku serius, Sha."
"Aku bukanlah orang penting, jadi kau tak perlu seperti itu bila ada didekatku."
"Kenapa kamu bicara kayak gitu?"
"Aku memang gak berharga dimata siapapun."
"Kamu berarti berharga."
"Aku bukan orang itu,aku bukan orang yang berharga.Dari dulu aku gak pernah dianggap ada,semua orang hanya menganggapku bayangan,semua mengasingkanku,bahkan ayahku sendiri membenciku."
"Kamu hanya perlu berusaha lebih keras."
"Sekeras apapun aku mencoba,bayangan tetaplah bayangan yang tak akan pernah berubah sampai kapanpun."
"Kalau begitu,tunggu dulu disini."
"Kenapa kita diam disini."
"Lihat kebawah.Apa yang kamu lihat?"
"Tidak ada,hanya bayangan kita berdua."
"Kamu bukanlah bayangan satu-satunya disini.Ada aku dibelakangmu,mendekapmu dan menjagamu. Kamu gak perlu takut,yang perlu kamu lakukan hanyalah berusaha lebih dari yang kamu lakukan saat ini. Cobalah melihat dengan sudut pandang yang berbeda,Sya."
Aku hanya terdiam melihat bayangan kita berdua.mischa benar,aku memang selama ini hanya melihat semua dari pandanganku saja.Kemudian kami berjalan kembali.
"Kau adalah magnet bagiku."Ujar Mischa.
"hah?"
"Kau adalah magnet yang teus menarikku untuk melindungimu."
"Kau jangan terlalu dekat denganku,aku hanya satu dari sekian banyaknya bintang yang menghiasi langit ini dan aku bukanlah bintang yang bersinar terang,aku hanya setitik bintang kecil yang tersembunyi oleh cahaya bintang-bintang lain."
"Kalau kau adalah bintang,aku yang akan menjadi bulan untukmu.Aku yang akan menemukan dimanapun kamu berada walaupun kau tak bersinar seperti yang lainnya.Aku akan menemukanmu.Aku akan memelukmu, seperti bulan yang memeluk bintang."Kata-kata itu, baru pertama kali seseorang mengatakan kata-kata itu padaku. Aku hanya tersenyum kecil mendengar kata-kata itu.
Akhirnya kami sampai dirumah mischa,dan jam sudah menunjukkan pukul 01.13 malam,Sesampainya disana aku langsung pamit pulang namun Mischa mencegahku untuk pulang."Aku harus pulang."
"Jangan pergi."
"Tapi ini sudah larut malam."
"Kumohon jangan pergi,temani aku disini,setidaknya bantu aku obati lukaku ini."Akhirnya aku mengiyakan dan masuk kerumahnya. Didalam rumahnya begitu hangat dan nyaman dengan hiasan-hiasan rumah yang sesuai. Kami berdua pergi ke lantai atas dan Mischa menyuruhku duduk disofa sementara dia mengambil kotak obat.
"Ini obatnya."ujarnya sambil memberikan kotak obatnya.
"Tahan ya ?"tanyaku sambil membersihkan luka yang penuh dengan darah bercampur tanah di wajahnya.
"Auwww.Pelan-pelan Sya !"keluhnya.
"Maaf "Setelah beres mengobati lukanya,aku baru sadar bahwa Mishca tertidur saat ku obati lukanya. Saat aku perhatikan ternyata Mischa mempunyai wajah yang tampan. Aku memperharikannya yang tertidur pulas,Aku pergi mencari kamarnya dan mengambilkannya selibut dan menyelimutinya. Kata-kata pria ini,selalu membuatku berfikir ketika bumi sudah menganggapku tak berharga,dia ada dan merangkulku dan membuatku berarti disini. Tapi tiba-tiba aku kembali teringat tentang surat dan mawar itu.Jika Mischa ada di depan rumahku dan terbaring lemah,lalu siapa yang menulis surat serta bunga itu?
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Frozen
Fantasía#1 dalam Vika Levina - 3 Maret 2021 #7 dalam Vika Levina - 27 Februari 2021 #1 dalam Avan Jogia - 11 Juli 2019 #2 dalam Avan Jogia - 7 Juli 2019 #11 dalam Avan Jogia - 6 Juli 2019 #96 dalam FANTASY - 13 Januari 2018 Hidup di keluarga yang berantakan...