Yusa
-
Aku menghampiri cowok yang sedang fokus pada laptopnya itu, pasti dia sudah lama menungguku di kantin kampus. Suara tumpukan buku yang aku letakkan di meja membuatnya sadar kalau aku sudah di sini. Ah, senyumnya.
"Maaf ya lama, Dim." Aku langsung duduk di bangku sebrangnya.
"Gakpapa. Makan dulu." Matanya mengarah pada siomay dan es jeruk kesukaanku yang sudah ada di meja.
Aku langsung makan siomay yang sudah di pesan Dimas. Sedangkan Dimas, dia kembali sibuk dengan laptopnya. Tapi hanya sebentar sebelum dia menginterupsi acara makanku dan mematikan laptopnya.
"Kamu udah gak ada mata kuliah lagi, kan?"
Aku melihatnya sebentar dan menggeleng sebagai jawaban, aku sedang fokus dengan makananku karena memang perutku sudah sangat minta di isi dari tadi. Ini gara-gara dosen botak itu yang masih sempatnya memberikan mata kuliah lagi di saat semua fakultas sudah libur.
"Kapan pulang?" Dimas menopang kepala dengan satu tangannya di dagu, memperhatikanku makan.
Aku mengunyah habis siomay yang ada di mulut sebelum menjawab pertanyaan Dimas. "Belum tahu," aku meminum setengah dari jus jerukku terlebih dahulu. "Aku belum pesen tiket keretanya. Pasti lama nyari tiket di musim liburan gini, apalagi juga deket lebaran."
Dimas malah tersenyum dan menatapku lekat. Dia mengambil tisu dan mengusapkannya di ujung bibirku. "Kalau makan gak bisa anggun dikit ya? Depan cowok juga."
Wajahku rasanya panas. Udah satu tahun, tapi masih aja malu di depan Dimas. "Biarin aja, kamu kan juga udah tahu cara makanku." Aku membuang muka ke arah samping pura-pura marah.
Dimas malah tertawa melihat tingkahku. Matanya menyipit dan senyum lebarnya membuat aku ingin melihatnya. Aku suka melihatnya tertawa, senyumnya itu selalu menular padaku. Tapi kadang aku suka sebal sendiri saat Dimas menertawakanku seperti ini.
"Kalau kamu kapan pulang, Dim?" Dimas pasti tahu aku hanya ingin mengalihkan perhatiannya agar berhenti tertawa lagi.
"Belum tahu juga." Dimas sudah menghentikan tawa sepenuhnya.
Aku hanya manggut-manggut mendengarkan jawaban Dimas karena aku sedang fokus dengan ponselku. Kalau aku sedang fokus dengan sesuatu, maka tidak ada yang bisa menggangguku. Dimas beranjak dari duduknya ke arah kasir, sepertinya dia sedang membayar makanannya.Aku melihat pesan yang baru saja dikirimkan ayah, tidak biasanya ayah mengirim pesan.
From : Ayah
Yusa, ayah sudah kirimkan dua tiket kereta ke alamat kost kamu. Sekalian ajak Dimas ke rumah lagi ya! Ayah tunggu.
Apa? Aku jelas kaget membaca pesan dari ayah. Sudah ayah jarang mengirim pesan, dan sekarang ayah mengirim pesan untuk memintaku mengajak Dimas ke rumah? Padahal aku baru sekali mengajak Dimas menemui ayah saat liburan semester kemarin. Memangnya Dimas dan ayah sedekat itu?
Masih heran dengan permintaan ayah, ponselku berdering menunjukkan bahwa sekarang Ibu yang memanggil.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab suara di seberang.
"Ada apa, bu?" Aku melihat Dimas yang sudah kembali di tempatnya dan hanya melihatku yang sedang menelpon.
"Yusa, kapan pulang? Harusnya kan kamu sudah libur."
"Iya, bu. Ini juga mata kuliah terakhir. Secepatnya Yusa pulang."
"Bagus kalau begitu. Ada undangan buka bersama nih dari temen kamu. Katanya boleh bawa pasangan. Jadi sekalian kamu ajak Dimas ya?" APA? Sebenarnya kenapa dengan semua orang tuaku? Tadi ayah yang memintaku mengajak Dimas ke rumah, sekarang ibu. Bukannya aku gak senang, hanya saja ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory [5/5 END]
Short StoryJangan pernah membandingkan kamu dengan orang lain di masa lalu. Jangan pernah memintaku memilih antara kamu atau masa lalu. Karena jawabanku tidak akan pernah berubah. My choice is you. -Yusa