Rio tengah berjalan-jalan keliling sekolah, berjalan di koridor sekolah yang sepi karena sekarang adalah waktunya proses belajar-mengajar. Rio kini sudah ada di taman sekolah. Semua masih sama seperti yang diingatnya. Dan kini matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk di kursi panjang taman ini. Rio pun mendekati gadis itu. Matanya berbinar begitu mengetahui siapa gadis ini.
"Boleh duduk disini?" Tanya Rio, yang sebelum gadis itu menjawab ia sudah duduk lebih dulu.
"Ngapain izin kalo lo sendiri udah duduk sebelum gue izinin." Cibir Ify -gadis itu tanpa menatap orang disebelahnya. Rio terkekeh akan tindakan nya barusan. "Oh iya gue lupa kalo lo kan pemilik sekolah jadi tanpa izin dari gue pun lo udah punya hak." Tukas Ify pedas masih tak menatap Rio. Rio hanya tersenyum miring menanggapinya.
"Dan lo juga akan punya hak kayak gue." Jawab Rio sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ify mengangkat alisnya sebelah dan menatap Rio.
"Maksud lo?"
"Lo akan punya hak yang sama seperti gue Nyonya Haling." Ujar Rio menekan kata-katanya.
"Ck, jangan ngarep deh gue jadi pendamping lo. Gue gak akan sudi kali, mimpi itu jangan ketinggian." Desis Ify tajam.
Rio mendekatkan wajahnya pada Ify yang buang muka. Ify yang merasa ada hembusan angin dipipinya kemudian memalingkan wajahnya ke arah Rio. Nafas Ify tertahan saat mengetahui wajahnya dan wajah Rio hanya berjarak beberapa centi. Rio memperhatikan setiap lekuk wajah Ify yang cantik natural, kemudian tatapan nya terhenti pada bibir mungil milik Ify. Jantungnya berdebar, Darahnya mendesir. Rio tak pernah mengalami hal ini. Walupun ia bisa dibilang pria berpengalaman tapi ini baru pertama kalinya Rio rasakan.
Ify sedari tadi jantungnya sudah berdetak tidak normal sejak Rio menatapnya dengan intens. Saat Rio mulai mendekat dan mendekat hingga tak ada jarak diantar mereka. Ify memejamkan matanya, sungguh ia ingin menolak pria ini tetapi tubuhnya terasa membatu.
Rio terkikik geli melihat tingkah gadis didepannya ini. "Ckck. Gue kira lo gak suka sama gue tapi lo berharap banget ya buat gue cium." Tukas Rio meremehkan cukup membuat Ify terbelalak mendengar ucapan pria yang ada disebelahnya ini.
Pipi Ify memanas mendengarnya, ia menyumpah serapahi dirinya sendiri juga pria ini. Tapi sebisa mungkin ia mencoba untuk bersikap biasa dengan wajah datarnya. "Sorry gue gak tertarik sama lo. Kalo lo pikir sama otak lo yang pas-pasan itu, lo harusnya tau gimana keadaan gue tadi." Bela Ify. Rio terkekeh untuk membalas tatapan tak suka dari Ify itu, sungguh pembual yang cukup cerdik pikir Rio.
"Hahaha gak usah sok jual mahal deh lo, kalo gue beneran jadi lo tadi harusnya lo dorong gue buat ngejauh dari lo." Ify mendelik sebal.
"Awas lo gue bales entar." Ancam Ify yang berlalu dari hadapan Rio.
Ify berjalan cepat ke kelasnya, suasana hatinya sedang buruk sekali hari ini. Sumpah serapah diucapkannya seiring dengan langkah kakinya, hingga saat tiba di kelasnya ia duduk dengan kasarnya. Sahabat-sahabatnya menatap Ify dengan tatapan bingung.
"Lo napa fy?" Ify tak menjawab masih asyik dengan kekesalannya sendiri.
"Lo kenapa Ify?" Teriak Shilla sambil menggebrak meja membuat Ify langsung menutup kedua telinganya.
"Ck. Lo bisa gak sih gak teriak Shill? Sakit kuping gue." Decak Ify kesal.
"Ya salah lo sendiri fy, ditanya kagak dijawab." Bela Agni pada Shilla. Shilla tersenyum kemenangan karena ada yang membelanya. Ify melengos tak mengindahkan teman temannya.
"Lo kenapa sih?"
"Badmood." Tukas Ify.
"Napa? Ada yang gangguin lo?" Tanya Via. "Atau lo ganggu orang tapi gagal?" Sambung Shilla. Ify memutar kedua bola matanya malas.
"Gue abis ketemu sama cowok aneh itu." Jelasnya singkat.
"Lo ketemu pak Mario? Dimana? Lo udah minta maaf kan?"
"Di taman. Gak ada niat tuh." Jawab Ify.
"Kok bisa ketemu di taman? Lo udah janjian ya?" Tuduh Agni yang berhasil dapat toyoran dari Ify.
"Janjian pala lo Ag, mana mau gue ketemu cowok aneh kayak dia tadi itu cuma kebetulan." Elak Ify .
"Dia nuntut maaf ya fy dari lo?" Tanya Shilla penasaran. Ify menggeleng untuk jawabannya.
"Terus gimana tadi ketemuannya Kalian ngomingin apa aja? Atau kalian ngelakuin apa aja?" Tanya Via kepo. Seketika pipi Ify langsung memerah mengingat kejadian tadi.
"Gak ada." Tak lama itu masuk lah pak Anton yang akan mengajar pelajaran sejarah.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Seluruh siswa dan siswi pun berhamburan untuk pulang ke rumah masing masing. Begitu pun dengan Ify, Shilla, Via dan Agni. "Ag, gue pulang bareng lo ya?" Pinta Shilla.
"Boleh. Emang lo gak bawa mobil Shill?" Tanya Agni. Shilla hanya menggeleng lalu menjawab "Males." Ujarnya singkat.
"Yaudah yok."
"Kita duluan ya." Pamit Shilla pada Via dan Ify.
"Fy, lo ada acara gak hari ini?" Tanya Via. Ify menggeleng karena memang tak ada kegiatan penting setelah pulang sekolah.
"Kenapa?" Tanyanya.
"Ke rumah gue yuk, di rumah gue sepi." Ajak Via.
"Gue mau langsung pulang." Tolak Ify.
"Yaudah kalo gitu gue aja yang kerumah lo. Gimana?" Usul Via.
"Terserah." Jawab Ify seadanya. Via kegirangan mendengarnya. "Udah lama gue gak kerumah lo fy, kangen gue." Ujar Via sambil berkhayal.
"Kangen kak Iel kan?" Tebak Ify. Via hanya senyum malu-malu. "Tau aja lo fy isi hati gue, lo emang adik ipar terbaik deh." Ujar Via sambil memeluk Ify.
"Cih, Sekarang aja lo baik baikin gue."Cibir Ify.
"Ayo fy, gue gak bawa kendaraan jadi nebeng mobil lo ya." Pinta Via. Tanpa persetujuan Ify, Via langsung menarik tangan Ify menuju ke parkiran dimana mobil Ify berada. Di perjalanan menuju parkiran, Ify teringat ada sesuatu yang tertinggal.
"Vi, barang gue ada yang ketinggalan di laci meja. Lo duluan aja." Suruh Ify. Tanpa penolakan Via mengangguk dan pergi duluan ke parkiran seperti yang Ify ucapkan.
Setelah mengambil barang yang tertinggal, Ify segera menuju parkiran. Ia melangkah dengan santainya tanpa melihat kebawah dan ada kulit pisang yang tergeletak di bawah sana. Ify tak menyadari dan menginjak kulit pisang itu. Saat ingin terpelanting,
"Aaaaaa....."
Ada tangan yang menarik Ify. Ify memejamkan matanya, ia tak merasakan sakit akibat jatuh atau apapun karena penasaran ia pun membuka matanya. Rio sudah ada di hadapannya dengan posisi pria itu dan dirinya sungguh memalukan, karena tubuh Rio terhimpit di dinding oleh Ify.
Mereka masih bertatap lama, hingga Ify menyadari dan terbesit sebuah ide di otaknya. Mungkin ini kesempatannya untuk balas dendam dari yang terjadi di taman.
Jari-jari Ify yang lentik sengaja menyentuh dada bidang Rio. Tubuh Rio menegang kaget karena perlakuan Ify, Ify menyadari nya dan hanya bisa terkekeh geli didalam hati. Tangan kirinya terus mengelus dada bidang Rio yang di lapisi kemeja itu. Sedangkan jari telunjuk tangan kanannya menyusuri setiap lekuk wajah Rio. Rio memejamkan matanya, darahnya mendesir sungguh sentuhan Ify membuatnya tak bisa berbuat apapun.
Rio membuka mata, kini di hadapannya Ify tengah menggigit bibir bawahnya. Ify mendekatkan wajahnya dengan Rio dan Rio hanya bisa memejamkan matanya tidak pasrah tetapi menikmati.
1 detik
2 detik
3 detik
Tak ada yang menyentuh bibirnya. Ia pun membuka mata. Dilihatnya Ify sudah menjauh darinya dan berjarak 3 meter dari hadapannya dan tertawa sinis. "Gitu aja lo udah menegang, Ck. Pasti lo udah berfikir yang macem-macemkan, dasar cowok mesum." setelah ejekan tersebut Ify berlalu dari hadapan Rio yang terbengong melihat tingkah ajaib Ify yang berhasil mengerjainya.
Vote and Comment guys!!
HalingLove💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Love At First Sight (MOVE TO DREAME)
Roman d'amour[COMPLETE] Cinta pandangan pertama yang Rio rasakan sungguh membuat nya berambisi untuk memiliki adik sahabat kentalnya itu untuk menjadi miliknya. Cinta yang juga merupakan cinta pertamanya itu membuatnya gigih untuk mendapatkan hati Ify yang tak l...