Tamu Spesial

27 3 1
                                    

Sunyi, sepi, dan tenang.

Begitulah suasana disalah satu rumah di pinggiran kota di Indonesia. Suara burung terus berkincau sesat setelah melihat sesosok pria bertubuh tegap dan tinggi membuka jendela rumahnya.

Tak lama dia membuka pintu rumahnya dan membawa sebuah mangkuk kecil berisikan makanan burung. Ditaruhnya di depan rumah. Seketika burung-burung berdatangan kesana. Pria itu masuk kembali ke dalam rumahnya.

Suatu kebiasaan setiap pagi yang selalu ia lakukan. Memberi makan makhluk Tuhan yang lain yang tidak seberuntungnya.

Guk guk guk!
Terdengar suara anjing menggonggong mendekatinya. Anjing itu adalah temannya. Dia hidup bersama anjing kecilnya itu. Pria itu pun melangkahkan kaki menuju dapur dan mengambil sebuah kotak cukup besar, dan mengeluarkan isinya di sebuah tempat makan anjing.

Dia mulai memasak. Perutnya mulai keroncongan sedari tadi. Dia mengambil beberapa bahan untuk membuat sandwich. Di ambilnya sebuah telur, roti, beberapa sayuran dan sosis di dalam kulkas. Dan mulai memasak.

Selang 10 menit, sarapannya telah siap.

Setelah selesai sarapan dia mempersiapkan diri untuk bekerja. Dia bekerja di salah satu resto di tengah kota. Waktu yang ia tempuh kesana tidak cukup lama.

Setelah selesai bersiap-siap, dia mengeluarkan sepeda dari dalam sebuah garasi yang sudah tua. Sepeda itu milik mediam ayahnya yang telah lama meninggal. Sedangkan ibunya entah pergi kemana.

Dikuncinya pintu rumahnya dan mulai berangkat kerja.

Dia mengayuh sepedanya dengan kecepatan sedang. Suara klakson kendaraan yang lalu lalang sedari tadi tidak menggoyahkan fokusnya pada jalan. Karena dia tidak mendengar apa apa. Ada headphone di telinganya.

Melewati begitu banyak gedung gedung bertingkat. Dan dia sampai ditujuanya. Di sebuah resto cukup besar dan terkenal. Dia memarkirkan sepedanya dan menguncinya agar aman dan dia masuk ke dalam melewati pintu belakang.

"Selamat pagi Heru!"
Ucap salah satu pegawai wanita disana.

Heru tidak menghiraukan perkataan wanita itu dan berjalan menuju rak staff untuk menaruh tas dan jaketnya.

"Kau membawakan pesananku?"
Ucap seseorang pria dibelakangnya.

Heru menoleh kebelakang dan mengambilkan secarik kertas yang terlipat rapi.

"Ini. Tapi aku minta maaf atas kekurangannya."
Ucap heru kepada pria didepanya.

Pria itu membuka kertas yang ia terima. Dan membuat ekspresi kaget diwajahnya.

"Astaga ini keren sekali Ru! Kau memang luar biasa. Akan aku kasi bos untuk rancangan resto baru kita untuk bulan depan!"

"Apa itu tidak berlebihan?"
Terdengar suara celetukan wanita yang menyapa heru di awal dia masuk.

"Apa maksudmu? Ini memang keren!"
Jawab pria itu membela Heru

"Sudah, jangan terlalu dipuji, nanti dia besar kepala."

"Kalo iri, bilang saja."

"Tidak! Aku tidak iri!"

"Selalu saja kau mengelak, sudah sudah lanjutkan kerjaanmu. Heru, terima kasih ya, kamu tidak pernah mengecewakanku selama ini"

Pria itu menepuk pundak Heru dan berlalu. Heru hanya diam dan menatap wanita yang sedari tadi bergumam di dekatnya.

Dia tidak menghiraukan wanita itu dan mengambil seragam staffnya.

Setelah ia siap, dia keluar dari ruangan staff dan mulai mengelap meja demi meja dihadapannya.

"Cepatlah! Resto akan aku buka sebentar lagi! Semua harus siap! Kita akan kedatangan tamu luar biasa hari ini. Jadi berikanlah yang terbaik! Jangan kecewakan mereka!"
Ucapan lantang seorang pria berbadan besar. Tidak lain dia adalah pemilik resto tempat Heru bekerja.

"Siap!"
Ucap staff serempak

1 jam berlalu.
Tiba saatnya tamu yang di tunggu-tunggu datang. Heru masih sibuk membersihkan bagian kasir dan mesin kopi. Tamu spesial yang datang adalah seorang model ternama di kota itu. Para staff pria begitu mengagumi kecantikan dan keanggunan sang Model. Dia bersama 3 teman wanitanya, dan seorang manajer.

"Lihat, tamu itu datang. Bukankah dia cantik sekali"
Ucap Gilang salah satu staff disana kepada Heru.

Heru melihat ke arah model itu. Dan kembali membersihkan mesin kopi.

"Tidak."
Jawab Heru singkat.

"Ah kau ini. Matamu itu terbuat dari apa sih, bidadari secantik dia kau bilang tidak cantik? Menyedihkan"

Heru tidak menjawabnya. Dia malah melipat lap yang ada si tangannya itu dan menaruhnya kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

H.E.R.UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang