Seperti biasa malam ini aku menghibur para pengunjung kafe dengan alunan pianoku, tak seperti biasanya malam ini banyak sekali pengunjung yang datang dan ini artinya aku akan lembur sampai malam, kau tau? Aku sangat senang dengan lembur karena dengan begitu aku tak perlu cepat-cepat bertemu pengecut itu.
Mengapa ini terasa cepat sekali? Pengunjung telah berhamburan keluar kafe, itu artinya permainan telah selesai dan mau tidak mau aku harus pulang ke rumah dan tentu saja bertemu lagi dengan pengecut satu itu. Oh tuhan aku selalu berharap lindunganmu.
Sesampainya di rumah, perlahan tapi pasti aku menginjakan kaki kedalam rumah anehnya keadaan rumah kali ini tidak seperti kapal pecah, keadaannya masih sama seperti tadi sebelum aku keluar rumah syukurlah mungkin pengecut itu masih sibuk di dalam kamar nerakanya.
Aku tak mau kehilangan kesempatan kali ini, aku langsung berlari menaiki anak tangga dan segera menuju kamarku, itu adalah satu-satunya tempat paling aman di rumah. Dengan segera kubuka pintu kamarku dan betapa terkejutnya aku setelah melihat pengecut itu duduk di sisi kasur membelakangiku. Selangkah mundur dari tempatku berdiri saat ini, ingin sekali aku turun dan keluar dari rumah, tapi terlambat tangan besar itu meraih pundak kananku dengan kasar, dengan otomatis aku berbalik dan seperti biasa sampai saat ini aku masih tak berani menatap matanya. Tanpa basa-basi atau apapun dia mendorongku oh tidak mungkin lebih tepatnya membantingku ke arah dinding dengan sangat keras, kau tau? Itu benar-benar membuat punggungku panas, mungkin saat ini salah satu tulang punggungku sudah retak, dia mulai mendekatiku "Apakah benar seorang gadis perempuan pulang pukul 10 malam!!!" teriaknya tepat di depan wajahku, dan seperti malam-malam biasanya selalu tercium bau alkohol dari mulutnya dan baunya itu sukses membuatku ingin muntah di depan wajahnya.
Sampai saat ini aku tetap diam, ku tolehkan wajahku ke arah kiri agar terhindar dari sorotan matanya tapi apa yang terjadi? Dia menggoreskan pisau kesayangannya ke pipi kananku, aku hanya bisa meringis memejamkan mata tetapi di luar dugaan dia menggoreskan pisaunya lagi di tempat yang sama sampai membentuk bentuk segitiga di pipi kananku, hei! Apa-apaan ini? Kau kira pipiku ini apa hah? Apa kau pikir ini tidak sakit? Tanpa ku komando air mataku tiba-tiba saja jatuh, dan ini benar-benar perih.
"Ayo! Jelaskan mengapa kau pulang selarut ini?" kali ini dia memang tidak berteriak, tapi tetap saja bau alkoholnya masih sangat menyengat.
"Lembur" saat ini hanya itu yang sanggup ku katakan.
"Oh! Jadi kau pulang larut hanya demi PERMAINAN PIANO BODOHMU itu?" memang untuk yang kali ini ia tidak menggoreskan pisau kesayangannya, tetapi dia membenturkan kepalaku di tembok sebanyak dua kali! Bayangkan saja itu sangat membuatku sakit kepala, kali ini dia sudah sangat kelewatan apa dia sadar yang di perlakukannya saat ini adalah seorang gadis perempuan! Kuulangi lagi gadis perempuan! Sepertinya psikologisnya sudah sangat rusak.
"Hei! KAU JANGAN ASAL BICARA! AKU BERMAIN PIANO AGAR AKU JAUH-JAUH DARIMU! KAU TIDAK SADAR HAH? SELAMA INI YANG KAU LAKUKAN ITU APA? MENGAPA KAU TAK LANGSUNG SAJA MEMBUNUHKU DARIPADA KAU PERLAKUKANKU SEPERTI INI TERUS? APA KAU TIDAK BERPIKIR BAHWA AKU INI PEREMPUAN? AKU INI ANAKMU! DARAH DAGINGMU! APAKAH KAU INI PANTAS DISEBUT SEBAGAI SEORANG AYAH DENGAN MEMPERLAKUKAN ANAK GADISNYA SEPERTI INI SETIAP MALAM? SADARLAH! IBU SAJA SUDAH TAK MAU DEKAT-DEKAT DENGANMU!!" tak kusangka aku dapat meneriakkan kalimat sepanjang itu dalam satu kali nafas, akhirnya aku bisa melawannya dengan menatap matanya! Aku berhasil menatap matanya yang sangat mengerikan itu! Kulihat dia menundukkan kepala dan terdiam, mungkin dia sedang memikirkan apa yang tadi kukatakan? Tetap kuperhatikan dengan detail gerak-gerik nya, kemudian kulihat punggungnya bergetar, hei apakah dia menangis? Yeaayy seorang Nadia Wiratmaja bisa membuatnya menangis, ini benar-benar hebat!
Semenit kemudian aku tersentak kaget dengan apa yang ia lakukan, dia memelukku! Pelukan hangat seorang ayah yang sudah lama aku dambakan, pelukan hangat ini aku tak tau kapan aku terakhir merasakannya.
"Sudah ayah jangan menyesali apa yang telah terjadi, mulai saat ini kita perbaiki semuanya bagaimana? Kita cari ibu, kemudian kita memulai kehidupan bahagia seperti dulu lagi, seindah dulu, secerah dulu, dan sesempurna dulu. Kau merindukan saat-saat itu bukan?" ku usap punggung belakangnya, dia tetap diam tak mengatakan sepatah katapun. "Ayah?" kurasakan cairan hangat jatuh diatas kakiku, betapa terkejutnya aku saat melepas pelukannya ternyata cairan berwarna merah sudah berceceran di atas lantai dan lebih terkejut lagi saat aku melihat pisau kesayangannya tertancap di perutku. Kini perih menjalar ke seluruh tubuhku, aku masih tak tau mengapa ia melakukannya, jujur saja.. ugh... ini benar-benar... menyakitkan.. Lemas sudah kurasakan dan akhirnya aku jatuh terkapar dengan pisau yang masih tertancap di perutku, aku tak tau dengan semuanya, aku pun juga tak tau alasan mengapa ia melakukan ini semua? Mungkin tuhan memang telah merencanakan semua ini untukku, dan mungkin kesempurnaan itu memang akan selamanya jauh dariku. Mendadak semuanya gelap, mungkin ini saatnya aku kembali ke pelukan tuhan.
Semua orang pasti mendambakan sebuah kesempurnaan, tapi sayangnya itu takkan mungkin terjadi kan?-Nadia Wiratmaja
hai hai, ini pertama kali aku nge post di wattpad maaf banget kalau jelek,typo,bad, dan ceritanya gajelas. Boleh dong bantu ngevote kalau menurut kalian bagus sih._., kalau ada keganjalan atau apa comment aja ya? makasi banyak yang udah mau baca cerita ini :)
@ayu_wpratiwi
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Is Impossible
Krótkie OpowiadaniaSeorang Nadia Wiratmaja, gadis remaja yang memperjuangkan hidupnya agar dekat dengan "kesempurnaan'', ya hanya itu saja yang di inginkan tetapi tuhan telah menentukan takdirnya entah sampai kapan takdirnya akan berubah menjadi lebih baik, hal itu ha...