Sabtu (18Juli2016)
"Emn....Aku dimana?"
"Elo di UKS Ril, Gimana keadaan Loe udh baikan?"
"Gue mau balik?"
"Tapi Ril.... Kondisimu mas..." "Gue mau balik Cha? Gue gabetah disini? Tolong ngertiin gue cha? Gue mau plg!"(Ceplas Rily cepat kilat memotong pembicaraan Acha)
"Oke kalau gitu, gue gatega. Dan lo harus nginep dirumah gue, gapakai nolak"
Rily menghela napas dalam jika Acha sudah menekan kata _GapakaiNolak_ ia hanya bisa pasrah. Itung-itung ia ga merepotkan keluarga dirumah."Whatever!!!!"
******
Tingnong....? Tingnong....?.
Deringan Bell membuyarkan lamunan Halik tentang seseorang.
"What!..."
"Eh, elu bg tumben dirumah. Gue bawa temen. Ups Ralat....Ralat Sahabat maksudnya,, dan loe gadak hak ngelarang gue."
"Ah serahloe dah, Gue capek, Mau Tidur!!" Halikpun berlalu meninggalkan Acha adeknya menuju kamar tempatnya menghilangkan penat. Acha tersenyum Manis.
"Rily ayo masuk" Setelah sampai dirumah. "Siapa dirumah?"Katanya membuka suara. "Abang gue.,"Mendengar itu,, Mata Rilly terbelalak seketika. "*_Eh ralat gue pikir elo sendirian, loe tega banget sih Ca. Gue sebel sama loe*_"
"Dia gak gigit kali Ril? Loe santai aja. Yoes lo masuk kamar gih!"
(Rily angkat tangan pasrah)"*_hah...Serah deh, gue capek.?*_"******
Jam 00:00 tepat tengah malam
Rilly terbangun saat tenggorokannya terasa kering. Dia merasa kehausan, dan sialnya dia lupa membawa minuman sebelum beranjak pergi ketempat tidur.
"yaelah, ini minum kenapa coba. Saat gak diambil bawaanya pingin neguk. Tp coba kalau udah disiapkan sebelum tidur aman aja tuh tenggorokan sampai lebaran monyet" Rilly yang saat itu lagi sebal pun perlahan membuka pintu kamar.
Suasana gelap dan hening membuat Rilly ketakutan.
"Ca... Acha..." Tapi gaada sahutan dari Acha. "Iisss Acha bangun. Gue mau minum ca. Kawani Cha" Rilly yang berusaha mengoncang tubuh Acha pun akhirnya nyerah. Karna percuma tidak ada sahutan.
"Iya sayang, aku mau. Aku mau hidup bersamamu selamanya"
Dan yaelah dia malah ngigau.
Melihat hal itu Rilly pun semakin ketakutan. Tapi rasa haus itu mengalahkan ketakutannya.
"Ayo Ril, berjuang. Minum adalah hal terpenting saat ini."
Rilly berjalan menyusuri dapur yang tepat disebelah kamar Halik.
Halik yang saat itu belum tidur
Dan masih terhanyut dalam PSPnya.
Suara PSP yang seram membuat Rilly semakin ketakutan.
Dia merasakan keningnya yang sudah basah akibat ketakutannya.
Dia mengambil gelas dan meneguk air mineral dengan cepat.
Setelah selesai Rilly melihat bayangan di kusen pintu.
Maklum Lampu dapur mati jadi wajah tampan Halik tak terlihat pada saat itu.
Rilly yang sedang memegang gelas terlihat sangat ketakutan, sangking takutnya dia sampek memecahkan gelas yang ada dirumah.
"Aaaa.... Tolong aku. Aku belum mau mati pada saat jomblo . Masih ingin merasakan Rasanya berpacaran."
Dan ceklek Halik pun menghidupkan lampu kamarnya.
Prilly yang melihatnya pun melongo
"abang yang tadi"
"Apaan abang yang tadi. Abang Bakso atau apa. ."
"bukan , abang yang tadi itu kan"
"Maksudmu siapa sih Ril?"
"Iiiih yang tadi dtg kerumah aku , itu kakak kan?"
"Bukan, salah orang kali" Halik terkekeh melihat wajah Rilly penuh kebingungan.
Dan Astaga Rilly salting saat Halik menebarkan senyum padanya.
"Eh iya kali. Eh bukan. Tapi wajahnya mirip. Gak mungkin kali ya. Eh tapi .... Au ah gelap. " Rilly menggerutu membuat Halik yang melihatnya menjadi terkekeh.
Didalam kamar terlihat Acha masih terlelap dalam mimpinya, hingga membuat dia mengigau.
(~♥~Dimimpi Acha~♥)
"Hiikss... Hiikss. Jangan pisahkan aku dari dia. Sebentar lagi kami mau nikah. Jangan pisahkan aku dari dia.
Kumohon jangan"
"Tidak. Kali ini aku akan mengambil hak milik kamu.
Kamu sudah terlalu bahagia Acha. Sekarang saatnya kamu menderita." kata wanita berjubah itu.
"Aku sayang sama dia. Jangan buat aku kehilangan untuk kedua kalinya.
Kita udah beda alam. bukan salahku anakmu diculik"
Terlihat sosok berjubah hitam itu menatap tajam kearah Acha.
"Tidak Cha. Kau bertanggung jawab juga atas ini semua.
Andai kau bisa menahan dokter itu agar tidak pergi membawa anakku. Andai kau tidak keluar pada saat itu. Dan andai kau selalu disisiku. Bukan bersama lelaki ini. Anakku pasti gaakan diculik Cha. Kamu puaskan Cha.
Kmu sahabatku Cha. Kenapa kmu lebih memilih Pacar kmu daripada aku Cha..
Dan sekarang apa aku direhab . Sakit Cha. Sangat sakit disini."
"Hiikss. Aku sayang samamu. Kamu tetaplah sahabatku. Sampai kapanpun. Aku menunggumu sadar dari masa Rehabmu. Setelah itu aku akan menemanimu mencari anak kamu. Hiikks jangan seperti ini lagi. Aku sedih melihatmu seperti ini."
"Terlambat Cha. Aku benci kamu yang dulu.
Andai saja kamu gak egois. Dan gak Ah sudahlah. Akan ku ambil nyawa pria ini . Kmu harus merasakannya Cha."
"Tiidaaaak hiikss .... Aku mohon jangan sakiti dia Hiikks. Bunuh aja aku. Tolong jangan buat aku kehilangan untuk kedua kalinya.
To...long.... Hiikks.... To...long hiikss...hiikss...hiikss."
Rilly sangat panik melihat keadaan Acha. Rilly menangis sejadi-jadinya didalam dekapan Halik.
Dia kenapa kak. Kenapa dia seperti orang ketakutan gitu.
Halik yang sangat terpuruk melihat Adeknya dibayang-bayangi mimpi buruk seperti itu.
Dia mencoba menenangkan Rilly. Dan memanggil dokter.
Hingga gak berapa lama dokterpun datang.
Terlihat Acha masih menangis dalam igauannya itu.
"Dok. Adek saya kenapa.?"
"Saya sudah menyuntikkan obat penenang didalam tubuhnya.
Sepertinya adek anda dibayangi rasa bersalah dimasa lalunya. Hingga terbawa kedalam mimpinya.
Sehingga mimpi itu menjadi mimpi buruk buatnya."
"Apakah tidak terlalu berbahaya bagi Acha dok."
"Tentu tidak. Jika anda bisa membuat dirinya bukan penyebab dimasa lalunya.
Tapi saya sarankan agar Mbak Acha selalu ditemani disaat tidur. Agar Acha tidak terlalu terlarut didalam mimpi buruknya."●︿●╭∩╮●︿●╭∩╮●︿●╭∩╮●︿●
Kira-kira siapa ya sahabat Acha dimasa lalu.
"Sedih ngak sih."
"Iya Min sedih banget"~♥~TBC~♥~
19Juli2016Minggu