Story

215 13 6
                                    

Disebuah rumah sederhana yang terbuat dari bambu terlihat seorang wanita sedang merenung. Dia terus menatap hujan yang membasahi area persawahan miliknya. Disana hanya ada keheningan karena memang hanya ada dia sendirian dirumah itu.

Pikirannya melayang ke satu waktu. Saat dia pertama kali mengenal cinta. Mengenal apa itu kasih sayang dan rasa saling membutuhkan. Vanka. Wanita itu tampak menghapus air mata yang menetes dari mata indahnya yang bening.

"Aku kangen kamu Chel. Kangen banget." Lirih Vanka.

Vanka memeluk boneka beruang yang dihadiahkan Rachel untuknya. Sudah beberapa bulan ini Vanka menyendiri dikamarnya. Orang tuanya sudah berusaha membujuknya untuk keluar rumah. Tapi dia seperti tidak mendengarkannya.

Akhirnya orang tuanya menyerah dan berharap Vanka akan kembali seperti dulu. Sambil menangis, Vanka memeluk bonekanya erat-erat seakan dia memeluk Rachel. Suara tangisnya semakin memecah. Suara hatinya menjerit keras.

"Kenapa Chel? Kamu tega. Kamu tega." Teriak Vanka.

"Kamu tega. Kamu pergi ninggalin aku sendirian. Mana janji kamu untuk selalu disisi aku Chel? Mana?!!"

"Jawab aku Rachel. Jawab!!!?"

Karena lelah, Vanka membenamkan wajahnya ke lututnya. Boneka beruang yang sejak tadi dipeluknya ditaruhnya disebelahnya. Bahunya terus bergetar menandakan kepedihan yang benar-benar dirasakannya selama ini.

Dia melihat fotonya bersama Rachel saat mereka masih bersama dulu. Foto itu tampak berdiri tegak dan menampilkan keceriaan mereka saat itu. Vanka menatap kosong ke arah foto itu. Kenangannya kembali saat mereka bertemu untuk pertama kalinya.

Flashback

Disebuah sekolah terlihat seorang murid sedang berjalan sendirian dikoridor sekolah yang masih sepi. Dia tampak berjalan santai sambil menyelempangkan tasnya. Sekolah sangat sepi karena saat itu masih terlalu pagi untuk semua siswa datang. Kecuali untuk yang dapat tugas piket.

Vanka yang sedang berjalan santai tampak melihat seorang siswi yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Siswi itu tampak sedang membaca bukunya dengan serius. Kacamata baca yang dipakainya tampak pas dikenakannya. Kulitnya yang hitam manis semkain menambah pesonanya.

Tanpa sengaja, siswi itu mengangkat wajahnya dan menangkap pandangan mata Vanka yang berdiri tidak terlalu jauh dari tempatnya duduk. Untuk sesaat pandangan mereka bertemu dan Vanka langsung berpaling dan berjalan menuju kelasnya.

Siswi itu tampak menatap Vanka yang terlihat terburu-buru lalu kembali sibuk dengan bukunya. Vanka yang sudah sampai dikelasnya langsung menaruh tasnya lalu mengambil sapu. Dia mulai menyapu seisi kelas sambil bernyanyi kecil.

Saat sedang menyapu bagian luar, Vanka kembali melihat sisiwi itu yang tampak masih asik membaca bukunya. Dia merasa aneh saat melihat sisiwi itu masih belum beranjak juga dari duduknya. Kalau dilihat dari luar, mungkin saja dia adalah murid teladan dan cerdas.

"Siapa ya dia? Kok aku gak pernah liat dia sih?" Ujar Vanka heran.

Setelah beberapa lama menyapu, siswi lain datang dan langsung menyapu bagian lain kelas. Vanka yang sudah selesai menyapu langsung masuk dan duduk dikursinya yang berada didekat jendela. Tatapannya masih terpaku dengan sisiwi yang tadi.

Beberapa lama melihat murid itu, bunyi bel masuk berbunyi dan membuyarkan lamunan Vanka. Saat melihat ke bangku yang ada didepan setiap kelas, Vanka tidak melihat lagi gadis yang tadi membaca bukunya. Dia menatap seisi lapangan dan tidak mendapati siswi itu.

"Kemana anak itu? Cepet banget hilangnya." Ujar Vanka pelan.

Tak lama kemudian, Bu Melody guru matematika datang membawa setumpuk kertas. Vanka langsung mengalihkan perhatiannya ke depan kelas. Semua murid juga mulai hening karena memang Bu Melody adalah Guru tergalak disekolah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Semua Tentang Kita BerduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang