Miracle Love of Piano

12 1 1
                                    

# Michele Asha pov

Namaku Michele Asha , gadis tunanetra yang kerap dibully oleh banyak orang. Selalu mendapatkan cacian dan ejekan dari orang- orang sekitarku yang melihat kondisiku. Petualangan ku hanya didunia musik , denting piano ini menjadi saksi hidup perjuangan hidupku dari usiaku 5 tahun hingga sekarang.

Penyakit kanker yang kuderita selama 12 tahun ini membuat organ tubuhku berhenti berfungsi. Ya , mata ini yang kerap menangis meminta permen, melihat indahnya bintang dilangit ? memandang wajah orang- orang yang kusayangi kini tak dapat lagi berfungsi.

Terkadang aku bertanya-tanya dalam hati, apa itu cinta.?
Cinta itu memang ada , tapi ku pikir hanya dapat ku rasakan untuk keluargaku saja.

Tuhan seadainya cinta yang kau hadirkan untuk kembalikan fungsi mataku, mungkin aku akan bahagia bersama cinta-cinta yang lain.

Author pov

Derap langkah kaki seseorang memenuhi pendengaran Asha yang sedang duduk dibalkon kamarnya, yaa sebut saja itu nama panggilannya. Semakin lama langkah itu semakin dekat. Sentuhan jemari seseorang menyentuh bahunya yang rapuh.

" Asha... " sapa hangat seorang wanita paruh baya.

" Mama? Ada apa ma? " balas Asha sambil menyentuh telapak tangan ibunya dibahunya.

" Sedang apa kamu disini.? melamun hm? apa kamu sudah siapkan lagu untuk les piano nanti?" tanya ibunya sambil memeluk Asha dari belakang.

" Aku hanya mencari udara segar saja ma, iya nnti ku persiapkan " ujar Asha setengah menghela napas.

" Harusnya kamu langsung masuk saja tanpa harus audisi, toh papamu yang mengajarnya juga? " ujar ibunya dengan nada manja.

" Maa, Aku tidak mau menggunakan kekuasan papa untuk impianku, emm ma.. boleh tidak Asha tanya sesuatu?" jelas Asha pada ibunya.

"Apa sayang? " tanya ibunya.

" emm.. kenapa Asha tidak masuk ditempat les biasa saja ma, tidak ditempat papa ?" tanyanya sambil menautkan jari2nya.

" Asha, mama tahu sayang tapi bukankah ini jauh lebih aman? kesehatan dan kefokusan mu lebih terjaga."ujar ibunya sambil mengelus kepala Asha.

"Aku sehat maa,! oke ! iya aku tahu ma aku penyakitan kan? aku harus diawasi gitukan? ma aku sudah besar, apa karna aku buta ? iyakan ma! " ujar Asha setengah berteriak.

" Kita bicarakan hal ini besok saja , sekarang kamu masuk udara diluar dingin, jangan lupa kunci jendela dan pintu balkonnya sayang" ujar ibunya mengecup kepalaku lalu.bergegas meninggalkan Asha dikamarnya.

" Kalian egois!, kalian tidak memikirkan perasaanku! Aku hanya benda rapuh bagi kalian ! " gumam Asha menitikan airmata

Asha pov

Jam menunjukkan pukul 07.00pm, seperti biasa rutinitas keluargaku untuk makan malam bersama.

" Asha.... makan malam sudah siap nak! ayo turun! " teriak Mama dari lantai bawah.

" Asha mana ma? Marcel mana? " tanya papa yang baru datang kemeja makan.

" Marcel in hereee paa, eh mana si tuan putri? " kata marcel si kakak tengilku duduk di meja makan.

" apaan sih kmu cel! " ujar papa menatap kak Marcel tajam. yang ditatap malah cengengesan.

Yang ditunggu tak kunjung datang, ya pasti mereka menunggu kehadiranku. Sedangkan aku dikamar sedang duduk ditepi ranjang menahan sakit kepala yang luar biasa.

Tetesan darah mulai timbul dari kedua hidungnku. Akupun berlari menuju kamar mandi walaupun sedikit tertatih mengingat lemahnya kaki ku untuk berjalan.

" Ma, apa marcel coba kekamar nya dulu? mungkin Asha tidur? " ujar Marcel bangkit dari duduknya menuju kamar Asha.

" iyaa cel, cepat sana'" ujar mama

Entah kenapa kepala ini tambah sakit , badanku pun mulai lemah, ya Tuhaan aku mohon kali ini saja jangan kau beri sakit ini sekarang, aku mohon, ujarku dalam hati .

Tokk Tokkk.....

" Asha? dek makan malam dulu yok, ntar lanjutin lagi tidurnya" ujar marcel dari luar kamar.
Karena tak ada jawaban , Kak Marcel pun masuk kekamarku. Dilihat nya ranjang kosong seketika ia menengok kearah kamar mandi, bunyi gemercik air pun membuatnya mendekati kamar mandi.

"Shaa, kamu didalem dek? " tanya Marcel.sambil mengetuk pintu.

" eh kak marcel diluar? kenapa ka?" tanyaku dari dalam.

" makan malam yuk, udah ditungguin papa sama mama dibawah" jelas Marcel.

" kakak duluan aja sebentar lg aku turun" ujarku pada nya.

" okee kaka turun dlu ya? " ujar kak Marcel.

" iya kaa" ujarku sambil memandangi wajah pucatku di cermin walaupun aku tak yakin bisa melihat pantulan diriku disana, mirisnya.

Aku pun keluar menuju meja rias memoles sedikit lipglos dibibirku agar sedikit tidak terlihat pucat. Kemudian keluar menuju meja makan.

" Maaa, paaaa , kak marcel!" teriakku dari atas tangga.

" Astaga Ashaaa!!! " teriak ketiganya.





to be continueeeeee......

#.Awasss typo bertebrangaaann

Makasi yang udah mau baca cerita abal-abalku . maklum baru pertama kali nulis diwattpad.

Voteee yaa kalo votee banyak aku lanjut ke chapter berikutnya.
Kritik saran juga boleh,
No copas & Plagiat!

sedikit bocoran untuk chapter selanjutnya dimana Asha akan bertemu dengan seseorang yang mampu menggetarkan hatinya? hayooo penasaran ga??? Voteeeeeeeee !!!!!!!

Miracle Love of Piano Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang