"Eh, Ra, lo turun dulu, deh," seru Valdo yang langsung dituruti oleh Naura.
Naura menghela napas kasar. "Pasti Putri lupa ngecek motornya, nih."
"Biasanya dia nggak rutin meriksa motor?" tanya Valdo sambil beranjak turun dari motor Putri, dengan Naura yang berdiri tak jauh dari situ.
Naura mengangkat bahu. "Gue juga kurang tau, sih. Tapi, ya, secara kita kan cewek, Val. Nggak tau apa-apa masalah motor. Jadi ya nggak rutin meriksa motor juga."
Valdo mengangguk-angguk paham.
Sudah kurang lebih 5 menit Valdo berusaha melihat kira-kira apa yang membuat motor Putri mendadak mogok di tengah jalan begini. Naura juga tidak tahu-menahu tentang motor, jadi ia tidak bisa membantu Valdo, dan hanya bisa berdiri sambil melihat Valdo saja. Putri sudah berkali-kali dihubungi, tapi tidak diangkat. Maklum juga, karena Putri pasti sedang di perjalanan, jadi ia tidak akan dengar ada atau tidaknya telepon masuk.
"Val, gue udah telepon Putri daritadi tapi nggak diangkat juga. Tapi gue juga udah ngirim pesan ke dia, bilang kalau motor nya mogok jadi kita nggak bisa dateng tepat waktu di tempat tujuan." Naura berkata kepada Valdo yang seperti sudah hampir selesai mengecek keadaan motor Putri.
Valdo menepuk-nepuk tangannya yang sedikit kotor ke celananya, dan bangkit dari posisinya. "Oke, deh. Sori gue nggak bisa kasih tau Reon, handphone gue ketinggalan. Ini motornya udah gue cek, kayaknya mesinnya overheat, mending cari bengkel aja."
Akhirnya, mau tidak mau Naura menuruti Valdo. Valdo kembali berjalan dengan menuntun sepeda motor Putri, dengan Naura di sampingnya.
Sudah sekitar satu setengah kilometer Naura dan Valdo berjalan mencari bengkel, tapi mereka tidak juga menemukan. Naura yang tidak tahu harus melakukan apa hanya bisa diam mengikuti Valdo, walau sebenarnya ia mulai lelah.
Naura sebenarnya bingung ingin membuka topik pembicaraan yang bagaimana dengan Valdo, karena sedari tadi saat di perjalanan pun keadaannya sunyi. Valdo hanya bicara seperlunya. Seperti tadi, saat motor Putri mendadak mogok. Naura pun sebenarnya grogi jika harus bicara panjang seperti itu dengan Valdo.
Tak lama setelah itu, terlihat adanya bengkel tak jauh dari tempat mereka sekarang. Segera Valdo dan Naura membawa motor Putri ke bengkel tersebut.
Valdo sedang berbicara pada sang petugas bengkel, dan Naura duduk di kursi yang disediakan oleh bengkel tersebut. Tiba-tiba Naura mendapat sebuah panggilan masuk dari nomor Putri.
"Halo? Gue udah terlanjur nyampe tempatnya, nih, Ra. Dan gue baru baca chat lo," seru Putri di telepon.
"Ya, terus gimana? Gue nggak usah kesana aja, ya? Lo berdua aja, deh, sama Reon. Gue capek banget habis jalan. Ini aja baru ketemu bengkelnya." Naura menjawab omongan Putri di telepon.
"Ah, yaudah, deh. Serah lo aja. Pokoknya nanti lo bawa dulu ya, Ra, motor gue di rumah lo. Atau mau lo buat keliling-keliling kompleks sama Valdo juga nggak apa-apa. Ntar pulang gue ambil."
Naura tersenyum kecil mendengar ucapan Putri. "Apaan sih lo, yakali dia mau keliling sama gue. Ntar langsung ke rumah gue aja."
"Alah, ngarep aja lo berduaan sama Valdo, modus nih ye. Paling juga lo sekarang udah senyum-senyum sendiri."
"Duh, udah, Put. Lo aja sana yang berduaan sama Reon, nggak usah godain gue. Bye!" seru Naura yang masih tersenyum kecil sebelum akhirnya mengakhiri teleponnya dengan Putri.
Sepertinya Valdo sudah selesai berbicara kepada petugas bengkelnya, dan sekarang motor Putri sedang dikerjakan oleh petugas bengkel. Valdo yang awalnya berdiri, menghampiri Naura di tempat duduk bengkel tersebut.
Naura yang melihat Valdo datang langsung membuka pembicaraan. "Eh, Val, kita nggak jadi kesana. Soalnya Putri udah nyampe, jadi biar dia aja sama Reon yang pergi. Lagian ini motor masih di benerin juga. Lo nggak apa-apa kan, Val, kalau nggak jadi pergi?"
Valdo mengangguk. "Kebetulan, gue sebenernya ada urusan fotografi sekarang, yang tadinya gue batalin gara-gara Reon. Jadi, lo bisa kan bawa motor Putri?"
Lah, lo mau ninggalin gue, Val? Batin Naura dalam hati.
Naura hanya mengangguk. "Bisa, lo tinggal aja deh. Ntar gue yang bawa. Eh tapi lo pergi naik apaan?"
"Masih banyak kendaraan umum. Itu semuanya udah gue bayar, lo tinggal bawa pulang aja. Gue duluan," ucap Valdo sebelum akhirnya ia beranjak pergi meninggalkan Naura sendiri di bengkel.
Naura hanya bisa menghembuskan napasnya kasar.
Ditinggalin sama lo emang udah biasa, Val. Dasar sepeda motor kampret, ngehalangin modus gue aja. Udah senyum-senyum ngebayangin yang seru, ternyata gagal lagi kan!
=====
welcome july!
oya, gimana sama cover barunya?sebenernya aku ngerasa cerita ini nggak punya konflik berat. Tapi tujuan awalnya emang gitu. Konflik ini ya cuma Naura yang mati-matian ngejar Valdo aja sih, nggak ada konflik berat yang hebat gitu, karena cerita ini tergolong ringan juga.
makasih buat 700+ readers dan yang masih setia ngasih cerita ini vote. aku padamu deh wkwkwk.
Bonus banner nauracamera. Yha maklum kalau jelek bru pertama nyoba photoshop hehe
-IGN-
[1/07/16]
KAMU SEDANG MEMBACA
Nauracamera
NouvellesValdo menyukai fotografi. Bisa dibilang, fotografi adalah hidupnya, dunia nya. Kamera tidak pernah terlepas dari genggamannya, saat berada di sekolah sekalipun. Naura menyukai Valdo. Dapat dikatakan bahwa Valdo juga sebagian dari hidupnya, dunia nya...