Lo jauhin dia

16 1 0
                                    

"Kamu dari mana aja Khansa? Mas nyariin dari tadi. Mas khawatir kamu gak ada di dalem tenda tadi." Ucap pria di hadapan Khansa dengan wajah yang khawatir.

Namun Khansa hanya terdiam melamun.
"Kamu kenapa Khansa?" Pundak Khansa disentuhnya. Tapi reaksi Khansa tetap diam.

"Apa ada yang berbuat jahat sama kamu? Siapa? Kan mas udah bilang seharusnya kamu gak usah ikut camping di sini kamu malah ngelawan mas. Kalau kamu takut di marahin sama senior lain, biar mas yang bilang kalau-"

"Khansa gak kenapa-napa. Mas bisa pergi sekarang, Khansa ngantuk." Potong Khansa datar.
"Kamu kenapa, Khansa?" Dahinya berkerut bingung.

"Mas Andy mendingan pergi aja sekarang. Khansa cape, mau tidur." Tanpa mendengar jawaban lagi, Khansa masuk ke dalam tenda.

"Terlalu sakit melihat matamu, mas. Di mata itu, bukan Khansa yang mas lihat. Tapi yang mas lihat hanya seorang adik yang butuh perlindungan dari seorang kakak. Dan Khansa gak mau itu." Bisik Khansa dan kembali terisak.

°°°°°

Khansa terbangun dengan kepala yang berdenyut karena semalam ia sama sekali tidak tidur, melainkan menangis. Ya, menangis lagi. Khansa menangisi kebodohannya yang salah mengartikan sikap yang mas Andy tunjukkan pada Khansa selama ini.

Dia bangkit dan membuka tendanya untuk keluar. Tapi saat Khansa sudah keluar dari tendanya, Khansa dikejutkan oleh 2 orang pria yang berdiri di depan tendanya. Pria pertama, Khansa mengenalnya. Bahkan pria itu yang menjadi alasan Khansa menangis semalaman. Ya, dia mas Andy.

Dan satu pria lagi. Khansa mengingatnya, dia yang memberhentikan tangisannya di UKS. Dia juga yang mengejek Khansa tidak bisa bicara. Dan dia yang mengantar Khansa ke tempatnya di ospek. Tapi Khansa lupa tak menanyakan siapa namanya.

"Ngapain lo kesini?" Tanya mas Andy.
"Tugas lo bukan di sini. Lo anak Arsitek dan ini gedung fakultas ekonomi." Lanjut mas Andy.

"Ketemu dia." Tunjuk pria itu pada Khansa.

"Lo kenal dia?" Mas Andy terus bertanya pada pria itu.
"Khansa. Cewek itu namanya Khansa. Dan gue ada urusan yang belum selesai dengan dia. Jadi lo jangan ngehalangin gue." Ucapnya datar.

Mas Andy berbalik menghadap Khansa.

"Kamu kenal dia, Khansa?" Tanya mas Andy lembut.

Khansa terdiam.

"Dia yang bikin kamu nangis semalem, Khansa? Dia jahatin kamu?" Pertanyaan mas Andy membuatku terdiam.

Mas Andy tau?

"Khansa bisa lo ikut gue? Gue mau beresin masalah semalem." Ajak pria itu.

"Jadi lo bikin masalah sama Khansa? Lo bikin Khansa nangis?" Teriak mas Andy marah. Pria yang diteriaki oleh mas Andy hanya menunjukkan wajah datarnya.

Sampai kerah baju pria yang menolong Khansa ditarik kencang oleh mas Andy, pria itu masih menunjukkan wajah datarnya.

Pria itu melepaskan tangan mas Andy yang dikerahnya santai.
"Gue gak buat masalah, lo yang bikin masalah." Ucap pria itu tajam dan dingin.

"Gue? Udah jelas-jelas lo yang bikin Khansa nangis, dan lo-"
"Mas Andy stop. Jangan ikut campur urusan Khansa." Potong Khansa pelan dalam bentakkan mas Andy.

"A..apa?" Khansa tau, bahwa mas Andy sekarang menatap Khansa terkejut. Tapi Khansa tak ingin melihat.

"Khansa bisa ngomong sama mas. Khansa juga mau nyelesaiin masalah semalem." Ucap Khansa pada pria sebelah mas Andy.

Pria itu menatap Khansa datar, alu melirik sinis ke arah Andy.
"Tapi Khansa, dia itu-"
"Khansa yang buat masalah." Potong Khansa lagi.

"Makasih, untuk semalem. Dan makasih lagi, untuk tadi. Khansa gatau harus apa kalau gak ada-"

"Andy gak tau?" Potongnya.
Khansa menatap pria dihadapannya, lalu menggeleng pelan.

Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, dan ternyata itu sebuah gelang.

Gelang Khansa pemberian mas Andy.

"Gelang lo?"
"Buang aja." Jawab Khansa ketus.

"Jadi dari Andy."
"Gak usah nyebut namanya kalau emang gak ada orangnya, mas. Khansa gak suka!" Gerutu Khansa.

Pria dihadapannya itu tersenyum tipis, dan Khansa terpaku melihat senyumannya.

"Andy tolol." Hinanya.

"Iya, mas Andy tolol." Ucapku setuju.
"Lo juga." Balasnya.

Dahi Khansa berkerut tak suka.
"Mas ini siapa sih? Ini kali kedua kita ketemu, dan 2 kali juga mas ngehina Khansa." Kesal Khansa. Khansa kesal karena Khansa tidak mau disamakan dengan mas Andy.

"Restu." Jawabnya singkat.
"Oke, mas Restu. Khansa pamit."  Khansa berbalik namun sebuah suara membuat-

"Tunggu."

Khansa berhenti, dan kembali berbalik.

"Gue ingin lo simpen ini. Dari gue." Ucapnya sambil memberikan sebuah gelang dengan warna coklat dan hitam dan bandul berbentuk stoberi.

"Kalau gak mau sakit, lo jauhin dia." Setelah mengucapkan itu, pria yang sekarang Khansa ketahui bernama Restu itu pergi ke arah keluar dari daerah fakultas Ekonomi.

Dan Khansa tau, bahwa Khansa harus mengikuti perkataan mas Restu.

Kalau gak mau sakit, lo jauhin dia

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang