move?

9 1 1
                                    

Happy reading..

"Gak usah nyebut namanya kalau emang gak ada orangnya, mas. Khansa gak suka!" Gerutuan wanita di hadapannya, membuat kedua sudut bibir seorang Salman sedikit terangkat, sangat tipis.

Kedua mata wanita itu melebar, sepertinya Khansa itu termakan dengan pesonanya seorang Salman.

Seketika itu, Salman berpikir bahwa Andy telah salah meninggalkan wanita secantik wanita di hadapannya.

"Andy tolol." Hina Salman tiba-tiba.

"Iya, mas Andy tolol." Ucap Khansa setuju.

Gue ngomong apaan sih? Masa iya gue suka sama ni cewek polos?

"Lo juga." Ucap Salman saat setelah membuang pikiran gilanya.

Dahi Khansa berkerut tak suka.
"Mas ini siapa sih? Ini kali kedua kita ketemu, dan 2 kali juga mas ngehina Khansa." Kesal Khansa.

"Restu." Jawab Salman tanpa berpikir.

Lagi-lagi jawaban yang diberikan Salman ngaco. Karena hanya keluarganya saja yang memanggilnya Restu. Dan sekarang Salman memberikan nama rumahannya pada orang asing. Terlebih wanita.

Apa sih yang sebenarnya dipikirkan Salman?

"Oke, mas Restu. Khansa pamit."  wanita itu berbalik namun suara Salman membuat-

"Tunggu."

Khansa berhenti, dan kembali berbalik.

"Gue ingin lo simpen ini. Dari gue." Ucapnya sambil memberikan sebuah gelang dengan warna coklat dan hitam dan bandul yang berbentuk stoberi.

Sial! Itukan gelang yang Sheeva minta dari gue. Kenapa gue kasih ke nih cewek?

Umpat Salman dalam hati.

"Kalau gak mau sakit, lo jauhin dia."

Baru kali ini seorang Salman tersenyum pada seorang wanita selain keluarganya, memberi barang pada wanita. Dan terlebih memberikan nasihat yang sama sekali belum pernah dia berikan selain keluarga dan juga Yudha.

Secara seorang Salman yang terkenal irit ngomong. Dan memperkenalkan diri sebagai Restu. Panggilan rumahnya.

°°°°°

"Abang, gelang gue!" Todong Sheeva, adik Salman saat Salman baru saja membuka pintu rumahnya.

"Gue capek dek. Ntaran lagi gue kasihinnya." Saat ini yang dilakukan Salman hanyalah menghindari Sheeva.

"Tinggal kasihin aja napa. Alesan banget lo." Sheeva terus mengikuti kakaknya itu sampai ke depan pintu kamar Salman.

"Gue simpen di dalem kantong dek. Dan kantongnya di bagasi mobil, gue males ke bawah lagi." Entah percaya atau tidak Sheeva pada ucapan abangnya. Karena sekarang yang dilakukan Sheeva menatap Salman dengan tatapan curiga.

Jangan-jangan ada yang terjadi sama gelang gue?

Pikir Sheeva saat itu.

"Eits, jangan ditutup dulu, bang!" Sheeva menahan pintu yang akan ditutup kakaknya,lalu membukanya lebar-lebar dan masuk ke dalam kamar.

"Apa yang terjadi sama gelang gue?" Tanya Sheeva tajam.
"Ada." Awab Salman singkat.

"Kalau gitu kasihin ke gue sekarang!" Seru Sheeva.

"Gue bilang-"
"Kasihin sekarang!" Potongnya cepat.
"Cape, Sheeva. Habis dari Lombok gue kan langsung ke kampus buat-"

"Gue gak mau tau! Atau lo gak beliin gelang gue?"

"Gue beliin."

"Tapi.." tanya Sheeva menggantung.

"Gue kasihin orang." Lanjut Salman pelan.

"APAA?" Teriak Sheeva.

"Berisik." Hardik Salman.

"Lo kasihin gelang gue ke orang?" Tanya Sheeva teriak lagi.

"Hm." Gumam Salman.

"Cewek?!" Lagi-lagi Sheeva berteriak.

"Iya, cerewet. Gue beliin lagi gelang yang lebih mahal." Gerutu Salman pada adiknya ini.

"Bukan itu! Gue gak peduli lagi sama gelang itu." Ucap Sheeva sambil cekikikan membuat alis Salman terangkat satu tanda kalau dia tidak mengerti.

"Aaa!! Abang gue udah move on!! Aaa, Bundaa!!" Ia berteriak dan berlari keluar kamar Salman.

"Move on?" Gumam Salman.

Salman hanya geleng-geleng kepala dengan pemikiran adiknya barusan.

Masa iya gue move on?

°°°°°°

"Bang, jemput gue! Bisa?" tanya Sheeva adiknya disaat Salman baru saja menempelkan hp nya ke telinga.

"Waalaikumsalam, adik." Jawab Salman.
"Oiya, lupa. Assalamualaikum. Bisa gak?" tanyanya lagi.

"Dimana?"

"Di caffee amoy. Sekarang." katanya memerintah.

Cih, ini yang lebih tua siapa sih. Gaada sopan santunnya sama abang sendiri.

"Iya,iya. Tunggu. Gue masih di kampus. Palingan sejam gue nyampe sana."

"Eh, kelamaan itu. Gue udah-"
Telepon diputus begitu saja oleh Salman.

"Jadi, sampai mana kita tadi?" tanya Salman ke anggotanya.

"Tadi, gue ngejelasin bahwa tim seksi acara udah nyiapin jadwal susunan acara kita nanti. Udah gue kirimin juga ke email lo, buat lo baca." jelas Banu.

Salman mengangguk, "oke. Udah nentuin siapa yang bakal jadi MC di acara pembukaan?" tanya Salman lagi.

"Udah. Rencananya gue sama Anin. Lo setuju, Sal?"
"Ya, gue setuju. Gue pikir rapat kita kali ini cukup. Kalian semua kalau masih ada yang perlu didiskusiin sama timnya boleh ngumpul disini dulu. Gue cabut duluan ya."pamit Salman.

"Mau kemana lo?" tanya Arman. Teman dekat Salman.

"Jemput adek gue. Dia gabawa motor soalnya." jawab Salman langsung.

"Semuanya, gue duluan ya!" seru Salman sambil keluar dari ruangan tersebut.

Di lorong kampusnya, Salman mendengar 2 orang yang sedang berdebat.
Alisnya terangkat, lalu menghampiri suara yang membuatnya penasaran.

Khansa? Pikirnya.

"Mas Andy, aku mau ke toko buku dulu. Mas kalau mau pulang duluan sama kak Nanda, pulang aja." kata Khansa.

"Yaudah, mas anter ke toko bukunya. Tapi kita anter dulu Nanda pulang ya?" bujuk Andy.

"Yaudah sih, An. Dianya gak mau kita temenin. Mending kita nonton aja yuk? Aku males ah kalau ke toko buku." kata perempuan di sebelah Andy.

Salman melihat Khansa yang memnunduk sesaat, lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Iya, mas. Aku gapapa ga di temenin."

"Tapikan-"

Entah kerasukan setan apa. Tapi yang pasti, kini Salman mendekati Khansa.

"Dia sama gue pulangnya. Lo balik aja."
°°°°°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang