Nina berdiri tegak menatap sebuah rumah yang terlihat lebih besar dari rumahnya di Irlandia.
Matanya menyapu bersih sisi luar dari rumah itu tak lupa menerawang rumah-rumah tetangga barunya.
Setelah menilai sisi luar saatnya dia masuk dan melihat isi dari rumah barunya. Berbeda dengan rumah sebelumnya, rumah barunya ini tidak bertingkat itu artinya tidak ada tangga di dalamnya.
Belum selesai melihat semua ruangan di rumahnya tubuh Nina memohon untuk diistirahatkan. Nina membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk
"akhirnya kita bertemu" katanya sambil mengelus-elus kasurnya.
..........................................................................
Gadis manis berambut hitam pekat itu sedang duduk di halte bus, menunggu sebuah bus berhenti dan membawanya ke tempat tujuan. Mata coklat indah miliknya menatap kosong ke arah depan hingga sebuah suara yang tak asing lagi membuyarkan lamunannya.
"Nina....." terika gadis diseberang.
Nina bangkit dan terdiam sejenak menunggu suara itu menyebutkan namanya lagi
Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
"Nina.. disebelah sini" teriak gadis itu lagi.
Kali ini Nina langsung menemukan sumber suara itu. Dia melambaikan tangannya ke arah gadis diseberang mengisyaratkan gadis berambut blonde itu untuk mendekat ke arahnya.
Mereka berpelukan seperti ibu dan anak yang terpisah selama sepuluh tahun lalu dipertemukan kembali oleh takdir. Laura adalah sepupu Nina yang dilihatnya terakhir kali saat liburan kenaikan tingkat dari junior high school menjadi senior high school.
"Kenapa kau bisa mengenaliku ?" tanya Nina dengan senyuman yang memperlihatkan deretan rapi giginya.
"Hanya insting ku saja" Laura tertawa "Awalnya aku meragukannya tapi saat melihat ekspresimu tadi instingku ter-upgrade menjadi keyakinan nomor satu" sambungnya.
"LOL"
"Mau kemana kau ?" tanya Laura "Bagaimana kalau ku temani keliling London?" sambungnya tanpa mempersilahkan Nina menjawab pertanyaan pertamanya.
"Jika kau bersedia, kenapa tidak nona?"
Tawa mereka memenuhi halte itu yang terlihat hanya beberapa orang disana.
Tulang-tulang Nina terasa remuk semua, bagaimana tidak seharian ini dia habiskan untuk berkeliling London dengan sepupu anehnya. Walau dia merasa Laura adalah orang yang aneh tetapi dia merasa cocok dengannya. Dia membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk yang dibungkus seprai yang monoton berwarna biru muda. Dia memejamkan matanya dan beberapa menit kemudian. Tertidur.
......................................................................
Dear Nina,
Bagaimana kabarmu ? bagaimana juga kabar Mr. and Mrs. Thorbert ? Kemarin aku menunggu emailmu tapi sepertinya kau di sibukkan dengan rumah barumu di sana.
Apa kau sudah menemukan teman baru ?
Aku disini kesepian tanpa kamu, rumahmu juga terlihat menyeramkan sekarang hahaaa
Jaga kesehatan dan jangan suka diet, itu tidak bagus untukmu
From Zayn
SATU EMAIL BARU
Dear Zayn
Sejauh ini kami baik-baik saja,
bagaimana denganmu ? hahaaa maaf karena tidak mengabarimu lebih dulu.
kemarin aku bertemu Laura, kamu ingatkan Laura adalah sepupuku yang tinggal di London. Aku dan dia berkeliling London kemarin.
Disini juga sangat membosankan tanpa dirimu, aku merindukanmu.. oh ya aku memutuskan untuk kuliah di London School of Economics. Tes masuk universitas akan diadakan minggu depan. Doakan aku ya agar lulus masuk kesana. Bagaimana denganmu ? Kapan kau tes masuk universitas ? aku tunggu kabarmu
From Nina
KAMU SEDANG MEMBACA
I Would
FanfictionZayn dan Nina adalah dua sahabat aneh asal Irlandia. Sebagai sahabat Nina selalu berbagi cerita kepada Zayn, begitupun dengan Zayn. Namun, ada rahasia kecil Zayn yang tak diketauhi Nina. Sampai pada saat Nina pindah ke London Zayn tak pernah memberi...