10. Minta Restu

998 58 1
                                    

Mawar terburu-buru turun dari mobilnya. Dia tidak sabar melihat apakah Denish masih menunggunya atau tidak.

Jantung Mawar berdetak sangat cepat saat melihat banyaknya lilin putih yang menyala sepanjang koridor menuju apartemennya. Bahkan ada banyak sekali kelopak mawar merah bertaburan dilantai. Apa ada tetangga sebelah kamarnya yang baru diberikan sureprise sama kekasihnya pikir Mawar. Mawar tetap berjalan menuju unit apartemennya, tepat didepan pintu berdiri seorang pria yang dihindarinya dengan sebuket mawar merah yang sangat besar .

"Jadi kamu yang buat semua ini ?" Mawar menunjuk Denish.

"Iya apa kamu suka ?" Denish berusaha membuat Mawar lupa kalau Mawar sedang marah padanya.

"Aduh, kamu itu apaan sih. Aku udah bilangkan, aku punya pacar dan kita anggap aja gak pernah kenal." Bukannya senang malah Mawar tampak kesal.

"Aku tahu kamu bohong soal pacar kamu itu. Dia itu sahabat kamu kan. Alya sudah bilang kamu tidak punya pacar."

"Alya gak tau apa-apa, karna aku gak pernah cerita sama siapapun masalah pribadiku. Minggir, aku mau tidur." Saat Mawar ingin menekan kode apartment. Tiba-tiba tubuhnya diputar oleh Denish.

Napas Mawar terasa sesak, karna tubuh mereka yang sangat dekat. Mawar dapat mencium aroma tubuh Denish yang begitu dia rindukan.

"Aku tau kamu bohong Mawar, aku tau kamu mencintaiku. Maka kumohon, maafkan aku. Maafkanlah pria bodoh ini yang sudah meninggalkanmu malam itu, tapi aku sadar dari malam itu, bahwa aku sangat mencintaimu. Aku merasakan rindu yang teramat saat jauh darimu kemarin. Aku mencintaimu Mawar. Aku tidak memaksa mu menjawab sekarang, tapi kumohon maafkan kesalahan ku kemarin."

"Baiklah aku sudah memaafkanmu kak. Dan aku gak akan nunggu lama buat jawab perasaanmu. Asal dengan satu syarat."

"Apapun asal kau resmi jadi pacarku," jawab Denish dengan sangat bersemangat.

"Baiklah. Pertama kamu harus minta persetujuan Mama dan Papa ku. Kedua, kamu gak boleh bohong hal kecil apapun sama aku. Ketiga, kamu gak boleh jalan sama cewek tanpa sepengetahuan aku. Intinya jangan dekat-dekat sama cewek lain, dan jangan kegatelan jadi cowok."

"Kalau hanya itu aku sanggup sayang. Jadi apakah sekarang kamu pacarku ?"

"Tidak sampai orang tua ku setuju." Mawar menjawab sambil mendorong tubuh Denish yang menghimpitnya. Dia masuk kedalam apartement yang diikuti Denish dari belakang, Pria tersenyum kegirangan.

...

Seperti yang sudah mereka sepakati semalam, hari ini Denish ingin menemui orang tua Mawar. Sebenarnya Mawar tidak menyuruhnya untuk datang hari ini, karena hari ini Mawar ada janji dengan Albert. Dan janji dengan Albert pun harus dia batalkan, karena lelaki pemaksa bernama Denish.

"Baiklah sayang, kita sudah sampai di istanamu." Denish turun dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Mawar.

"Apa kamu sudah siap bertemu orangtua ku Tuan Denish ?"

"Apapun untuk mendapatkanmu sayang." Denish mengecup tangan Mawar dengan yakin.

"Ma, Mawar pulang." Mawar menyapa mamanya yang ada di dapur.

"Eh anak gadis Mama yang paling cantik pulang. Kamu pulang atau hanya singgah ?"

"Kok mama gitu sih ? Ma, itu ada yang mau ketemu Mama sama Papa. Papa ada dirumahkan ?"

"Ya adalah kalau Papa jam 4 sore gini ya dirumah, mana betah dia dikantor lama-lama. Hari sabtu pula. Memangnya siapa yang datang sih ? kok kayak tamu penting banget."

"Mama liat aja deh sendiri, orangnya ada di ruang tamu."

"Sebentar, Mama ganti baju sekalian panggil Papa dikamar ya."

"Oke Ma, thanks." Mawar mengacungkan jempolnya.

Orangtua Mawar menuruni anak tangga, jantung Denish berdegup saat melihat Papa Mawar. Dia terkejut dan melihat Mawar, ternyata orang tua Mawar adalah pengusaha yang sangat terkenal. Mawar yang melihat Denish menatap kearahnya hanya tersenyum tanpa arti.

"Hallo, jadi Anda ingin bertemu dengan saya anak muda ?"

"Iya Pak Derson. Saya ingin bertemu dengan Anda, lebih tepatnya kedua orangtua Mawar."

"Panggil saya Om saja, jangan Pak Derson atau Nyonya Derson. Karena ini bukan kantor, atau ruang rapat. Jangan formal begitu."

"Oh iya maaf Pak, eh Om. Saya Denish George, saya memang ingin bertemu dengan om dan tante. Karena saya sangat mencintai Putri kalian, Mawar. Jadi maksud saya datang kesini ingin meminta restu Om dan Tante."

"Kamu ingin melamar Putri saya, atau hanya meminta persetujuan kalian untuk pacaran ?" Papa Mawar bertanya dengan senyum ramahnya.

"Kalau Mawar setuju, saya memang ingin melamarnya, tapi itu jika Mawar setuju saya melamarnya sekarang."

"Kalau untuk melamar, lebih baik kalian bicarakan dan kamu bawa orangtuamu datang kesini. Namun, sebelum itu saya ingin bertanya kenapa kamu mencintai anak saya ?"

"Saya juga tidak tahu Om, saat pertama melihat Mawar di pesta adik saya. Saya merasakan hal yang aneh, saya terus menatapnya sambil tersenyum. Saya ingin terus berada didekatnya. Saya coba untuk menjauhinya, tapi itu malah membuat hari-hari saya berantakan. Sejak saat itu saya yakin ini adalah cinta. Saya sudah jatuh cinta dengan putri om dan Tante. Mawar Cantika__," kata Denish berhenti sesaat menatap Mawar yang tersenyum manis kepadanya "Mawar Cantika Derson. Saya ingin terus dekat dengannya, sekarang ataupun nanti."

Mawar yang mendengar langsung perkataan Denish begitu bahagia, semoga dirinya kali ini tidak salah pilih.

"Baiklah kalau begitu, saya dan Tantemu setuju jika kamu ingin berteman lebih dekat dengan anak saya. Namun, jika ingin melamarnya ada pertimbangan yang lebih banyak dari kami dan juga sikap mu kepada Putri saya akan sangat kami jadikan bahan pertimbangan, bawa keluargamu kesini anak muda. Dan itu tentunya jika Mawar mau dilamar oleh kamu. Papa Mawar tersenyum kerahnya."

"Kalau begitu apa saya boleh mengajak Mawar pergi keluar sebentar Om Tante ?"

Mawar yang sedari tadi memegangi tangan Mamanya terkejut dengan ajakan Denish, ia tidak tahu kalau dia dan Denish akan keluar setelah Denish menemui orangtuanya.

"Tentu saja boleh," Mama Mawar mengeluarkan suara. Dia tahu pasti suaminya tidak akan mengijinkan Mawar keluar dari rumah. Karena Mawar belakangan ini jarang menginap dirumah.

"Ya boleh, asal nanti kamu antar dia kembali kerumah ini . bukan apartemennya itu."

"Is...Papa apaan sih!" Mawar kesal dengan Papanya.

Sesampainya di mobil, Mawar menatap kearah Denish. "Jadi kita mau kemana sekarang ?"

"Kamu akan tahu nanti sayang." Denish tersenyum penuh rahasia ke arah Mawar, yang dibalas dengan tatapan tajam dari Mawar.



MAWAR DERSON [ Edisi REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang