Ch. 28. Name

561 50 15
                                    

Margharitha, I'm happy to see your message C: Thanks so much

Yep, still me. I'm back, again. MWAHAHAHAHAHA I DID IT, DIDN'T I?! Oke, cusss...

(Vomment sounds good tho)


"Sebenarnya ada berapa banyak teman Jimmy, sih?" tanya Wendy. Ia dan kawan- kawannya, termasuk Jimmy dan James tentunya, telah berada di sebuah truk yang dibawa oleh mereka yang disebut sebagai Kenalan Jimmy. Mereka semua terdiri dari beberapa orang berseragam yang membawa senjata. Ada pula beberapa orang lelaki bertubuh jangkung dan berpakaian seperti Cliff; jaket kulit, celana, dan sepatu bot chelsea hitam.

Bagaimana pun juga, Wendy yakin yang sebenarnya merupakan teman Jimmy adalah seorang wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Lefler. Wendy menyadari ada beberapa helai dari rambut pendek rapinya yang telah berwarna abu- abu, serta pakaian mewah yang ia kenakan. Diantara orang- orang yang lain, pastilah penampilannya benar- benar mencolok. Dengan gelang dan kalung emas yang terpasang, serta sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Satu kata yang pas untuk menggambarkan Lefler adalah glamor.

Jimmy, yang duduk di ujung dalam truk, mengedikkan bahunya dan membalas, "Well, aku tidak akan menyebutnya teman..."

"Ouch," gumam Cliff pelan. "Kuharap kau tidak sakit hati mendengarnya, Mrs.Lefler."

Lefler tetap tersenyum ramah."Mungkin kita lebih ke arah rekan bisnis. Tetapi, Wendy sayang, kali ini aku sadar bahwa aku harus membantu Jimmy bukan hanya karena alasan bisnis. Negara kita sedang terancam. Jangan sampai semuanya berlanjut hingga kata negara yang kusebutkan tadi berubah menjadi dunia, bukan begitu?"

Wendy mengangguk kemudian menoleh serta mengamati teman- temannya. Beberapa duduk di deretan bangku yang sama dengannya, dan beberapa yang lain duduk di seberangnya. Kebanyakan dari orang bersenjata dan yang mengenakan pakaian serba hitam berada di truk lain, dua truk lebih tepatnya. Kedua- duanya mengapit truk yang sedang Wendy tumpangi, di depan dan belakang. Dari tempat Wendy duduk, ia melihat dua orang pria berseragam yang membawa senjata besar duduk saling berseberangan di ujung truk, tepat di sebelah pintu.

"Lagipula," lanjut Lefler. "Jimmy telah membantuku dan jasanya itu bisa dibilang sangat besar. Aku menghargainya. Ia memperingatkanku akan bencana ini sebelum sempat terjadi. Hebat, bukan?"

Jujur saja, suara Lefler sangatlah menenangkan, namun hal itu bisa mempunyai arti baik dan buruk. Baiknya, ia terdengar ramah. Buruknya, Wendy bisa langsung tertidur hanya dengan mendengarkan ucapan- ucapannya.

"Jadi, begitu Jimmy memberitahu rencananya dan tentang kedatangannya ke New York, yang bisa kupikirkan hanyalah, Ayo kita serbu!"

Entah hanya perasaan Wendy saja, atau memang seisi truk tiba- tiba menjadi lebih hening. Wendy dan teman- temannya saling bertatapan satu sama lain, berbagi pandangan yang aneh. Bibir Cliff terkatup rapat, seolah- olah ia sedang menahan tawa. Yang wajahnya terlihat biasa saja hanyalah James serta kedua penjaga berseragam, yang sebenarnya entah reaksinya seperti apa. Wajah mereka berdua tertutup kaca helm yang gelap.

Nash berdeham agar tidak mengeluarkan suara tawa. "Jika boleh tahu, apa tujuan kita selanjutnya?"

"Oh, Sayang. Ternyata selain tampan, kau juga pintar. Aku suka itu. Sebenarnya, aku suka pemuda- pemuda tampan sepertimu. Lihatlah Cliff contohnya. Aku..."

"Apakah kita akan langsung pergi ke lab Falcon seperti yang Jimmy rencanakan?" tanya Melody, memotong perkataan Lefler.

Lefler lagi- lagi tersenyum. Ia menggeleng dan menjawab, "Tidak, tidak. Kalian baru saja dalam perjalanan, tidak boleh langsung saja seperti itu,"

Empty StreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang