Sriwijaya
Kadatuan Sriwijaya
←←
600-an-1100-an →→
Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8 Masehi.
Ibu kota Palembang, Jawa, Kadaram, Dharmasraya
Bahasa Melayu Kuna, Sanskerta
Agama Buddha Vajrayana, Buddha Mahayana, Buddha Hinayana, Hindu
Bentuk Pemerintahan Monarki
Maharaja
- 683 Sri Jayanasa
- 702 Sri Indrawarman
- 775 Dharanindra
- 792 Samaratungga
- 835 Balaputradewa
- 988 Sri Cudamani Warmadewa
- 1008 Sri Mara-Vijayottunggawarman
- 1025 Sangrama-Vijayottunggawarman
Sejarah
- Didirikan 600-an
- Invasi Dharmasraya 1100-an
Mata uang Koin emas dan perakArtikel ini bagian dari seri
Sejarah IndonesiaLihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Salakanagara (130-362)
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358-669)
Kendan (536-612)
Galuh (612-1528)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752-1006)
Kerajaan Kahuripan (1006-1045)
Kerajaan Sunda (932-1579)
Kediri (1045-1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222-1292)
Majapahit (1293-1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)
Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257-sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400-1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475-1548)
Kesultanan Kalinyamat (1527-1599)
Kesultanan Aceh (1496-1903)
Kesultanan Banjar (1520-1860)
Kesultanan Banten (1527-1813)
Kesultanan Cirebon (1430 - 1666)
Kerajaan Tayan (Abad Ke-15-sekarang)
Kesultanan Mataram (1588-1681)
Kesultanan Palembang (1659-1823)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kesultanan Pelalawan (1725-1946)
Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)
Kolonialisme bangsa Eropa
Portugis (1512-1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800-1942)
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942-1945)
Revolusi nasional (1945-1950)
Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950-1959)
Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Masa Transisi (1965-1966)
Orde Baru (1966-1998)
Era Reformasi (1998-sekarang)Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Jawa: ꦯꦿꦶꦮꦶꦗꦪ; Thai: ศรีวิชัย atau "Ṣ̄rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah.[1][2] Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan",[2] maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.[5] Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2] di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.[6]
Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.[7]
Sumber : Wikipedia