Mobil milik Jungkook baru saja terparkir rapi, di depan halaman rumah kedua orangtua-ku.
Dia mengenggam sebelah tanganku dan tersenyum. Akupun membalas senyuman miliknya, dengan senyuman milikku.
Senyum kesedihan. Tak sadarkah dia aku sangat tersiksa akan keputusannya ini? Lebih tersiksa akan keputusannya, untuk berdiam diri di appartement.
Aku sangat tersiksa, Kook. Rasanya inginku datang sebuah keajaiban, yang bisa membuat pikiran Jungkook berubah. Tak bisakah datang sebuah keajaiban kali ini saja? Aku sangat membutuhkannya sekarang.
Aku melangkahkan kakiku keluar dari mobilnya, di susul dia dibelakangku yang sedang membawa sebuah koper milikku.
Ting!!!
Nong!!!
Ting!!!
Nong!!!
Bel rumah baru saja berbunyi karena tindakanku, dan tak membutuhkan waktu lama, pintu rumah sudah terbuka.
"Agassi? Silahkan masuk. Nari biarkan ahjumma saja yang membawa koper tersebut." Tawar Ahn ahjumma kepada Jungkook yang sedang membawa koper.
Jungkook tersenyum, "Tidak ahjumma, aku masih bisa membawa koper ini." Tolak Jungkook lembut.
Ahn ahjumma membuat ruang untuk mempersilahkan kami masuk, "Silahkan masuk. Agassi. Nari."
Aku dan Jungkook segera memasuki rumah eomma dan menuju kamarku. Jungkook membawa koper milikku menaiki setiap anak tangga dengan wajah tertunduk, tanpa senyum yang terukir di wajahnya.
Kook jangan lakukan itu, aku sangat tersiksa akan sikapmu yang seperti itu.
Cklek!!!
Pintu kamarku baru saja kubuka, dan kupersilahkan Jungkook untuk masuk lebih dulu.
Saat melihatku, sebuah senyuman terukir diwajahnya. Tapi tatapan matanya, tatapannya menyiratkan sebuah kesedihan.
Kook? Kumohon ... Ubah lah keputusanmu, dan ajak aku kembali hidup bersamamu.
Dia duduk dipinggir tempat tidurku, meraba tempat tidurku dan tersenyum. "Aku tak akan khawatir nanti ... tempat tidur yang kau milikki sungguh sangat nyaman," Ucapnya.
Ttokk!!!
Ttokk!!!
Ttokk!!!
Kami berdua menoleh ke ambang pintu, "Agassi. Nari. Makan siang sudah siap di meja makan." Ucap Ahn ahjumma kepada kami.
Aku berjalan mendekati Ahn ahjumma, "Kami akan segera turun dan makan, terimakasih ahjumma." Jawabku seraya tersenyum.
Dan tak lama, Ahn ahjumma berjalan menjauh dari kamar, setelah itu aku menutup pintu kamarku.
Jungkook berjalan kearah jendela dan membuka tirainya, "Aku ... aku juga tak perlu khawatir lagi ... pola makanmu akan teratur nantinya." Ucapnya lagi.
Jangan katakan apapun.
Aku tertunduk didepan pintu, "Aku ... aku tak salah kan, mengirimu kesini? Semua yang akan kau butuhkan nanti, semuanya telah tersedia dengan rapi disini." Ucapnya lagi dan lagi.
Jangan katakan apapun lagi.
Aku melihatnya, dia sedang berada didepan jendela. Dia menundukkan kepalanya, lalu melihatku. Dia tersenyum "Cahaya yang masuk tak akan membuatmu terganggu. Kamar ini, sungguh sangat strategis. Istriku pintar memilih letak sebuah kamar."
"Jangan katakan apapun lagi!" Ucapku padanya.
Dia tersenyum dan mendekatiku, "Aku tak akan mengatakan apapun lagi, jika itu keinginanmu maka aku akan menurutinya."
Dia berjalan melewatiku lalu memegang knop pintu, "A-"
Grebb!!!
Aku memeluknya dari belakang. Dia menghadapku dan memelukku.
Dia memelukku. Sangat erat. Pelukannya seperti orang takut kehilangan. Dia ... mungkin sikapnya seperti mudah melepasku, tapi hatinya? Hatinya tak akan mudah untuk melepasku.
Sama sepertinya. Begitupun denganku. Semua yang kutunjukkan, berbanding terbalik dengan apa yang aku rasakan. Aku sama sepertinya, dia sama sepertiku. Kami memiliki beberapa sifat yang sama. Kami mudah dipahami oleh satu sama lain. Kami memiliki kehidupan yang tak dimiliki oleh pasangan suami istri yang lain. Kami terikat satu sama lain.
"Aku harus pergi." Ucapnya mencoba melepas pelukannya, tapi tidak denganku.
Aku memperat pelukan ini. Menghirup aroma tubuh yang sudah menjadi candu bagiku. Merasakan kehadiran seorang yang telah menjadi oksigen untuku.
Akankah aku bisa hidup tanpanya?
Saat dia tak ada disampingku, apakah tidurnya akan teratur?
Apakah makannya akan teratur?
Apakah dia akan melirik perempuan lain?
Apakah dia akan menyukai perempuan lain?
Lalu ... Apakah dia akan menceraikanku?
"Aku harus pergi. Tae hyung telah menungguku, aku tak mungkin membuat orang lain menunggu."
Lalu, kemana kau kemarin malam? Kau membuatku menunggu!
Aku melepas pelukannya, dan menatap wajahnya. "Jangan buat orang lain menunggu,"
Cukup aku saja yang menunggumu untuk kemarin malam
Cups!!!
Dia mencium puncak kepalaku dan mengacaknya lembut, "Aku akan pergi. Jaga dirimu baik-baik. Jika ada waktu luang, aku akan mengunjungimu." Ucapnya.
Lagi-lagi aku tersenyum. "Aku akan menunggumu."
Dia berbalik dan memutar knop pintu, lalu berjalan keluar dari kamar. Aku berjalan mengikutinya sampai depan rumah. Mengantar kepergiannya.
Melepasnya sesaat apakah akan berdampak baik, untuk hubungan kami?
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] My Twins Is My Husband | J.J.K
Fanfiction[Completed+Sequel] Kalian pernah membayangkan jika kalian akan bertemu seorang yang mempunyai wajah mirip dengan kalian, dan dia bukanlah anggota keluarga kalian? Bayangkan jika seorang itu adalah lawan jenis kalian? Apa yang akan kalian lakukkan? A...