Laura Pov
Baru beberapa jam aku di kantor, kepala ku rasanya sudah panas dan ingin meledak. Sungguh aku sama sekali tidak mengerti dengan tugas kantor ini. Dan rapat para pemegang saham akan di adakan esok hari, bagaimana cara nya aku meyakinkan mereka bahwa aku lebih baik dari Daniel?. Walau sejujurnya aku menyadari Daniel adalah pembisnis hebat.
"Maaf bu, ini ada berkas lagi yang harus di pelajari, ini adalah proyek baru Pak Wijaya. Pembangunan Resort di Lombok" jelas sekretaris papa. Aku heran kenapa papa memilih wanita genit ini menjadi sekretarisnya. Apa mungkin dia juga pernah menggoda papa. Oh No Laura, fokus kamu harus fokus.
"Maaf bu"Dia menyadarkan aku dari pemikiran aneh ku.
"Taruh disitu. Aku akan membacanya"jawabku malas.
"Maaf sebelumnya bu. Saya ingin memberikan ini"dia memberikan aku flashdisk. "Ini ringkasan dari semua proposal yang ada di meja. Dan mungkin dengan ini ibu bisa memahaminya lebih jelas dan cepat. Karena ini sudah saya ringkas. Biasanya saya melakukan ini kepada Pak Wijaya. Agar memudahkan pekerjaan beliau"jelasnya.
Kenapa dia menjadi baik ini. Apa perasaan aku aja yang telalu sensitive jika ada Daniel.
"Baiklah, pesan kan Jus dingin dan beberapa cookies. Setelah itu kamu kesini. Saya ingin kamu menjelaskan semua ini kepada saya. Juga mengenai sifat beberapa pemegang saham. Buat rapat direksi besok" perintahku.
Dia mengangguk dan pamit keluar.
Aku mengusap wajah ku dengan kasar. Aku berjalan ke toilet di sebelah kiri. Aku membasuh muka, dasar ceroboh. Aku membuat kemeja putih ku basah. Sekarang apa warna bra ku terlihat jelas. Gara-gara kesiangan tadi pagi aku lupa menggunakan tanktop. Untuk saja aku mengenakan blazer tadi. Jika tidak aku akan jadi tontonan.
"Laura...lauraa..." siapa yang menjerit memanggil ku. Aku keluar dengan cepat.
Daniel kenapa dia ada disini. "Handphone kamu mati?"Tanyanya dengan raut wajah pucat.
Aku mengangguk. Dia menarik tangan ku.
Aku menepisnya. "Apa yang sedang kamu lakukan?"bentak ku.
"Om wijaya, dia sedang kritis. Mama kamu menghubungi kamu dari tadi tapi tidak bisa" marahnya.
Papa?Papa kritis?
Dia langsung menarik ku. Aku hanya diam, perasaan ku berubah tidak baik. Aku takut, sangat takut.
Di dalam lift aku terus memikirkan Papaku.
"Pakai ini"Daniel memasangkan jasnya pada tubuhku. Dia menggenggam erat tanganku. Aku melihat tangannya.Aku hanya diam.
"tenang lah. Semua akan baik-baik aja"ucapnya.
Di Rumah Sakit
Aku melihat mama menangis.
"Ma"panggilku.
"Papa Laura"isak mama.
"maaf siapa yang bernama Laura?"Tanya dokter yang baru keluar.
"saya" aku mendekati dokter.
"Pak wijaya sadar, tapi kondisinya belum stabil. Dia ingin berbicara dengan laura"
"Dengan ku?"bingung ku melihat mama. Mama mengangguk.
"Pa.."aku menyapa papa dengan senyum terbaikku.
"Lau.." rintih Papa, Ya Allah pria yang selalu kuat sekarang... Aku menahan tangis ku.
"Kamu datang?"Suara papa sangat pelan, membuatku memajukan diriku.
"iya Pa"jawabku.
Papa menggengam tanganku.
"Jangan Mama dan adik mu, juga perusahaan kita" darah ku berdesir mendengar perkataan papa.
"Tidak Pa, hanya Papa yang mampu menjaganya"aku tidak mampu menahan air mataku untuk tidak keluar.
"Hanya kamu harapan Papa, belajarlah dengan Daniel"
"Tidak Pa, Laura maunya dengan Papa. Papa harus sehat dan mengajari Laura"
"Carilah suami seperti Daniel. Sayang"
"Papa ngomong apa, papa ngacok" aku menahan tangisku.
"Pa.."papa menutup matanya.
"Papa.. Papa "panggil ku. Aku melihat detak jantung papa yang menurun
"DOKTER....DOKTER....."Teriak ku keluar dari ruangan.
"Kenapa Papa Laura?"Tanya mama kepada ku.
Aku hanya diam mengikuti dokter.
"Maaf"ucap dokter itu setelah memeriksa Papa.
"Jangan bilang papa saya.."aku diam, aku menangis.
"Selamatkan papa saya..."aku menahan tangan dokter itu yang ingin keluar dari ruangan.
"Maafkan saya bu" aku melepaskannya.
"Papa.....PAPAAAAAA"Tangisku.....
"Pa..." mama masuk dengan menangis.
"Kenapa Papa tinggalkan Mama?"mama mengajak bicara papa.
"Bangun Mas, sayang" mama mengelus pipi Papa. Aku tidak tahan melihatnya.
Aku berdiri, memeluk mama.
Aku menangis bersama dengan Mama.
---
Jangan Lupa beri Komentar dan Like
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, My BF
RandomDiantara pria dan wanita tidak ada murni yang namanya persahabatan. Aku laura aku mencintai sahabat ku sendiri Daniel, kami sudah bersahabatan selama 8 tahun. aku tidak tau bagaimana dia tidak menyadari aku mencintainya apakah karena hubungan kami...