Malam ini gue hanya sibuk dengan ponsel yang selalu gue genggam di tangan kanan gue. Sesekali gue mencoba untuk membuka tutup suatu aplikasi yang berada di ponsel gue. Berkali kali pula gue selalu mencoba untuk mengetik namanya di suatu aplikasi tersebut dan melihat sebuah foto yang terpanjang di akunnya.
Sebuah foto yang memperlihatkan dirinya yang sedang tersenyum dengan indah. Sebuah foto yang memaksa saraf saraf di otak gue untuk mengingat kenang kenangan gue dulu bersamanya. Sebuah senyuman yang dulu selalu menjadi motivasi gue untuk terus berjalan menghadapi roda kehidupan.Namun lagi lagi gue hanyalah sebuah kepingan memori masa lalu unntuknya. Gue hanya seseorang yang hanya bisa memandangi senyuman miliknya melalui ponsel ini.
*****
Hari hari berikutnya pun gue jalani seperti biasa. Selalu datang kuliah tepat waktu, makan dengan rutin dan rajin berolahraga. Semua gue lakukan karena gue hanya ingin membuat dirinya tersadar bahwa gue baik baik saja meskipun gue dan dia tidak lagi bersama.
*****
Sore hari ini gue mencoba untuk pulang lebih awal. Nampaknya hari ini gue masih bisa bernafas lega ketika gue mendapatkan kabar dari teman himpunan gue bahwa rapat di hari ini terpaksa harus dibatalkan.
Gue mencoba untuk merogoh kunci motor gue di saku celana dan langsung berjalan menuju parkiran kampus. Sesaat kemudian, gue sudah berada di jalanan untuk lekas menuju suatu toko buku di dekat kampus gue.
Setengah jam kemudian,gue sudah berada di dalam rak rak buku, melihat satu per satu buku yang dipajang,dan menemukan suatu buku yang dari dulu sudah gue cari. Sebuah buku berjudul Gone Girl karangan Gillian Flynn.
Gue mencoba untuk memutari rak rak buku yang berada di tempat ini untuk mencari buku lain. Setelah tidak menemukan buku yang menarik lagi,gue akhirnya memutuskan untuk kembali menuju rak dimana gue menemukan buku gone girl.
Gue mengulurkan tangan hendak mengambil buku tersebut namun didahului oleh tangan orang lain. Seorang wanita yang sedang sibuk dengan earphone miliknya dan sama sekali tidak memperhatikan gue yang hendak mengambil buku tersebut.
Dia melepas earphonenya,mencoba untuk melihat barisan tulisan yang berada di belakang buku tersebut dan sama sekali tidak memperhatikan gue. Gue melirik perempuan tersebut,nampaknya ia mahasiswa juga. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai. Hidungnya mancung dan ia emmakai kacamata dengan frame yang sangat pas dengan wajahnya."eh maaf! Buku itu... gue mau baca juga!" gue menahan lengan perempuan itu sambil menunjuk sebuah buku yang ia pegang. Dia melihat gue sebentar lalu berpaling kepada buku yang ia bawa.
"yang ini?"
"iyaa...."
"gue juga mau baca" ucapnya dengan pelan. Kemudian kami hanya saling bertatapan dan diam kebingungan.
"gimana kalo gue yang beli terus kita baca gantian?"
"berarti itu jadi buku lo?" tanyanya yang masih tak puas dengan keputusannya. gue mengangguk.
"kalo gue yang beli dan lo gue pinjemin gimana?" tawarnya untuk memenangkan hak milik atas buku ini.
gue tampak ragu dengan keputusan dia, namun akhirnya ue mengangguk tanda menyetujui. Dia pun tersenyum girang dan membawa buku tersebut menuju kasir.
"kenalin, gue arvellino baskara" ucap gue sambil mengulurkan tangan gue setelah kami keluar dari toko buku.
"gue karina"
"mata lo.. cantik" puji gue spontan sambil menatapnya takjub.
"thanks" jawabnya singkat sambil menundukkan kepala nya melihat buku yang baru saja ia beli.
"gue boleh minta nomor hape lo? Biar nanti gampang hubungin lo kalo lo udah seleai baca bukunya" gue mengeluarkan ponsel gue, karina pun mulai mendiktekan urutan nomor miliknya. Tak lama kemudian ponselnya pun berbunyi tanda ada telefon masuk dari nomor gue.*****
Hari demi hari gue lewati semenjak kejadian pertemuan pertama dengan karina. Sejujurnya gue memiliki perasaan yang mendalam untuk memiliki buku tersebut,namun setelah gue melihat raut wajahnya, gue mencoba untuk mengalah demi karina.
Setelah kelas di mata kuliah ini berakhir, gue memutuskan untuk pergi menuju sebuah tempat favorit gue bersama kalia,mantan gue. Suatu café yang berada di sudut kota ini. Gue mulai melangkah perlahan menuju suatu spot favorit kami untuk membunuh waktu waktu gue bersamanya dulu.
Gue pun masih hafal dengan pesanannya. Gue masih ingat bahwa kalia sangat suka dengan satu gelas kopi bernama caramel macchiato. Semenjak gue bertemu dengan kalia, gue pun mulai menyukai kopi favoritnya untuk sekedar memberi tahu kalia bahwa gue akan menyukai apa saja yang dia sukai.
Gue mulai termenung mengamati pemandangan pemandangan yang disajikan oleh kafe ini sambil menikmati kopi favoritnya dan sebatang rokok. Rasa kopi ini pun seakan akan terasa lebih hambar jika gue terus menerus mengingat kalia yang mungkin sudah bahagia dengan kehidupan barunya.
Tetapi,jka gue harus jujur terhadap perasaan gue, gue masih merindukan sosok kalia yang dulu selalu mewarnai kehidupan gue.
Lama gue terlamun,tanpa tersadar gue melihat ada seseorang wanita yang nampaknya sama seperti gue di tempat ini. Dia hanya menghabiskan bergelas gelas kopi dan terpaku kepada pemandangan di café ni dengan tatapannya yang kosong.
Gue mulai memperhatikan sosok tersebut. Setelah cukup lama gue mengamati,gue baru tersadar bahwa gue sangat mengenali sosok perempuan ini.
Hati kecil gue mulai memberontak untuk ingin menyapanya. Setelah menimbang menimbang perasaan ini, gue mulai mencoba untuk melangkahkan kaki ku perlahan demi mendekatinya.
"karina?"
Dia menoleh kearah kanan dan melihat gue yang sudah berdiri di dekatnya.
"a-arr-arvel?"
Gue mengangguk dan langsung mencoba untuk menarik kursi di depannya. Bola mata kami pun kembali mulai bertemu sesaat sebelum karina yang langsung menundukkan kepalanya.
"lo ngapain disini, rin?"
"Nah, kebetulan banget! Lo udah selesai bacanya kan?" gue mengambil buku itu dan membuka buku itu perlahan, ada pembatas milik karina yang baru berhenti di halaman ke sepuluh.
"lo baru baca sampe sini?"
Karina memalingkan tatapan gue. Beberapa saat kemudian dia hanya menggigit bibir bawahnya dengan pelan.
"iya.."
"yaudah gue yang baca dulu ya?"
Karina menggeleng pelan,sesaat kemudian dia sudah menarik buku itu dan memasukkan bukunnya ke dalam tas ransel kecilnya.
"lo ngapain disini vel?"
"lagi nyari suasana baru aja.. gue lagi pusing sama tugas tugas gue rin, loo?"
"gue nunggu cowok gue"
Gue memanyunkan bibir sambil manggut manggut.
"lo kuliah di deket sini juga , vel?"
"iya,jurusan arsitektur. Lo kuliah dimana?"
"sama kayak lo kok,beda jurusan aja"
"cowok lo juga?"
"iyaaa"
Gue kembali mengangguk terhadap ucapan karina barusan. Sekilas yang bisa gue oerhatikan dari karina adalah dia seseorang perempuan yang cukup pendiam dibanding perempuan lain.
"lo jurusan apa emangnya, rin?"
"gue hukum vel. Oh iya gue cabut dulua ya vel, cowok gue udah nungguin" Karina pun pergi membawa buku tersebut menjauh dari gue.*****
Tugas tugas kuliah yang mulai berdatangan pun cukup membuat gue frustasi. Apalagi gue adalah seorang mahasiswa yang berada di dalam fakultas teknik yang sangat terkenal dengan tugas tugasnya dan memaksakan gue harus lebih lama berada di kampus ini.
Perlahan lahan gue pun berjalan menuju parkiran motor. Setelah hampir sepuluh menit memutari parkiran motor ini, gue akhrinya menemukan letak motor gue berada. Kemudian gue mencoba merogoh rokok milik gue yang berada di saku dan membakarnya perlahan sambil memperhatikan sekitar.
Lagi lagi gue melihat sosok karina yang sedang berjalan menuju parkiran mobil di kampus ini. Perasaan heran pun mulai timbul di pikiran gue ketika melihat karina yang masih berada di kampus walupun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
"karinaa!"
"arveeel?" pekiknya heran.
"lo ngapain disini vel?"
"gue mau pulang, lo?"
"sama kok.Lo pucet amat, kecapekan ya?" Dia hanya mengangguk.
"gue anter balik yuk?"
"Ga usah gue bawa mobil kok" ucap karina sambil menunjukkan kunci mobilnya di tangannya.
"Kalo gitu lo anter gue balik gimana? Gue ga bawa motor nih!" gue nyengir. Karina melongo.
"Kosan gue di bakti , lo dimana?" tanyanya sambil membuka pintu mobilnya.
"Tuhkan deket! Sini kuncinyaa! Gue yang nyetirin sampe kosan gue!"
Kami pun melaju di jalanan kampus ini, lalu menembus daerah bakti yang sudah mulai sepi dan hanya diisi oleh beberapa kendaraaan.
"Kosan lo dimana rin?" tanya gue setelah kami terdiam sepanjang perjalanan. Karina pun menunjukkan jalan ke kosannya dan gue mengikuti arahan darinya.
"Nih kuncinya!" gue keluar dari mobil.
"Loh, lo ga pulang ke kosan lo?" tanya karina masih diliputi keheranan.
"Gue mau balik lagi ke kampus " gue meringis lebar.
"Maksud lo?"
"Gue bawa motor rin, gue tinggal disana buat nganterin lo balik, abisnya lo pucet banget!" ucap gue sambil menjitak kepalanya dengan pelan lalu meninggalkan karina yang masih mematung di depan pagar kosannya.Mohon komentarnya ya. Jika banyak yang suka dan tertarik dengan cerita ini, saya akan sangat senang dan bersemangat untuk melanjutkan tulisan ini lagi,terimakasih!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rain Man
RomanceIni adalah sebuah kisah yang berasal dari cerita nyata namun sedikit dibumbui agar terlihat lebih menarik. Sebuah kisah tentang seseorang laki-laki bernama Arvel yang harus memperjuangkan perasaannya terhadap seorang wanita bernama Karina,yaitu ses...