Bab 9

5K 313 15
                                    

Karena saya Cuma rakjel, nggak bisa ngasih THR berupa uang. Anggap aja bab ini THR dari saya buat kalian. Rencananya bab ini bakalan saya publish setelah lebaran. Tapi nggak jadi. :D

Di bab ini nggak ada lagi drama soal anak. Bab ini full momen manisnya Hans-Noura.

Jadi, mari cari pojokan terdekat, buat baper dipojokan berjama'ah.... :D

Typo? Sorry....

Happy reading and enjoy this part.

Don't be silent reader, please.....

============================

Setelah enam minggu Hans dan Noura tinggal di Tanjung Priok, akhirnya mereka kembali ke rumah mereka yang ada di Menteng. Rasa pusing yang menyerang Noura mulai berkurang. Ia hanya merasakannya pada waktu-waktu tertentu. Rasa mualnya pun juga mulai berkurang. Ia sudah mulai bisa beraktivitas walaupun hanya sekedar menyiapkan pakaian kerja untuk Hans. Untuk pekerjaan lainnya, Hans melarang Noura untuk melakukannya walaupun Noura bersikeras bisa melakukannya. Tetapi akhirnya ia mengalah karena Hans akan menjadikan kesehatan bayi mereka sebagai alasannya.

Setelah sholat Subuh, Hans mendekati Noura yang sedang membereskan sajadah dan mukenanya. Ia duduk didekat Noura lalu membaringkan tubuhnya dan menjadikan kaki Noura yang dalam posisi terlipat sebagai bantalnya. Ia berbaring berbantalkan paha Noura.

Hans yang tiba-tiba berbaring membuat Noura tersentak kaget. Ia sedang sibuk melipat mukenanya saat Hans menjadikan kakinya sebagai bantal. Setelah meletakkan mukenanya, Noura mengelus kepala Hans dengan pelan. Ia membiarkan Hans memejamkan matanya menikmati elusan lembut tangannya dikepala Hans. Noura juga membiarkan Hans mencari posisi ternyamannya, hingga akhirnya Hans berbaring dengan posisi menyamping menghadap perutnya yang mulai sedikit membuncit.

"Bagaimana kabarnya hari ini?" Noura tersenyum saat tangan Hans mulai mengelus perutnya. Sejak tiga minggu yang lalu, setiap harinya Hans selalu menanyakan kabar bayi mereka sembari berbicara seperti sekarang. Noura merasa hatinya menghangat dan bahagia saat Hans begitu memperhatikan bayi mereka. Ia tidak menyangka jika sekarang Hans telah berubah. Hans benar-benar telah bisa menerima kehadiran bayi yang ada dirahimnya. Bahkan Noura yakin Hans akan sangat menyayangi anak mereka nanti.

"Alhamdulillah, Adik bayi sehat, Abi. Abi sendiri bagaimana? Abi sehatkan?" Noura sengaja mengubah suaranya menjadi lebih kecil menirukan suara anak-anak. Ia melihat Hans tertawa pelan sambil terus mengusap perutnya. Tawa Hans merupakan hal yang disukai oleh Noura. Hans adalah tipe orang yang jarang tertawa. Maka jika Hans sedang tertawa, ingin sekali rasanya Noura menghentikan waktu agar Hans selalu dalam perasaan bahagia.

"Abi juga sehat. Kamu jangan rewel, ya. Kasihan Ummi." Hans dan Noura sepakat untuk menggunakan kata 'Abi-Ummi' sebagai panggilan untuk mereka oleh anak mereka nanti. Panggilan tersebut merupakan keinginan dari Noura. Hans yang tidak memiliki panggilan khusus menyetujui dan mulai membiasakan diri menyebutkan dirinya dengan kata Abi saat berbicara dengan bayi mereka.

Tetapi Noura tetap memanggil Hans dengan sebutan 'Mas'. Karena menurut artikel yang ia baca, panggilan 'Abi-Umi', 'Ayah-Ibu', 'Mama-Papa' dan panggilan sejenis lainnya tidak diperbolehkan karena sama saja menganggap istri atau suami sebagai orang tua. Karena panggilan-panggilan tersebut lazimnya digunakan untuk memanggil atau menyebutkan orang tua. Walaupun Noura belum meyakini kebenarannya, tetapi ia tetap menghindari memanggil Hans dengan sebutan tersebut. Lagipula ia merasa sudah terbiasa memanggil Hans dengan sebutan 'Mas'.

Noura merasakan kalau Hans mengecup perutnya. Sekali lagi ia merasa melayang akibat rasa bahagia. Kebahagiaannya terasa sempurna setelah Hans akhirnya menumbuhkan rasa percaya dirinya bahwa ia akan jadi orang tua yang baik untuk anak mereka nanti. Noura tidak bisa menahan rasa harunya saat pertama kali Hans membacakan Al-Qur'an untuk bayi mereka. Entah tahu dari mana, saat itu Hans membacakan surah Yusuf untuk bayi mereka. Saat itu Noura hanya bisa menatap Hans dengan senyuman yang mengembang sambil berlinang air mata. Ia merasa terharu sekaligus bahagia saat dengan merdunya Hans membacakan surah tersebut dihadapannya dan bayi mereka.

Anugerah Terindah Yang Pernah KumilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang