Pt.7 : Sister?

50 14 2
                                    

Seperti biasa, hari ini sepulang sekolah kami harus latihan sampai petang. Karena satu bulan lagi akan ada pertandingan tennis

"Oke semuanya berkumpul" ujar jisy tegas

Kami semua telah menyelesaikan pemanasan. Sekarang mungkin akan berlari untuk meregangkan otot kaki kami.

"Semuanya lari 8 putaran" teriak jisy

Semua temanku berdecak kesal
"Ya! Kau ini menyuruh kami pemanasan atau menyiksa kami" teriak taerin. Aku tau dia akan protes

"Maja! Kau ini tega sekali" protes yang lain

Aku memutar bola mataku. Aku malas jika semua protes begini. Aku memang tidak suka jika jisy menyuruhnya seperti ini, tapi bukankah ini untuk kebaikan kita juga?

"Tidak apa apa jika disuruh berlari aku akan mengikutinya walaupun 100 putaran sekalipun" ujar seorang gadis yang baris disebelahku dengan senyuman lebarnya

Aku melihat kearahnya dengan mulut yang sedikit melebar

Sepertinya lebih muda dariku. Adik kelas? Mungkin, karena kita melakukan penyeleksian untuk pemain inti dan pemain cadangan. Ini adalah kelas satu dan kelas dua. Kelas tiga sudah tidak boleh mengikuti kegiatan seperti ini karena harus fokus belajar untuk ujian sakral nya beberapa bulan lagi

Tapi, sepertinya aku tidak pernah melihat gadis ini

Semua orang menatap bingung, kesal, ataupun aneh pada gadis itu. Lalu jisy memerintahkannya untuk maju kedepan

"Sepertinya kau anggota baru ya?" Tanya jisy setelah gadis itu berdiri disebelahnya

"Nde eonni. Annyeonghaseo, Min Jae in imnida~. Aku anak baru dan aku kelas 1-1. Mohon bantuannya" ujarnya ceria sambil melambaikan tangannya pada kami semua

Padangan temanku berubah saat mendengar sapaannya. Satu persatu mereka semua tersenyum karena keramahan gadis ini.

"Eoh. Baiklah jae in-ah kau boleh baris lagi" ujar jisy

"Kenapa aku menyuruh kalian berlatih seperti ini? Pelatih kita sedang sakit. Jadi aku diminta untuk memilih siapa yang akan menjadi pemain inti atau pemain cadangan untuk perlombaan nanti. Jadi kumohon tolong ikuti dan jangan protes" ujar jisy menasehati mereka semua

Mereka paham dan mengerti betapa sulitnya jisy melatih kami saat pelatih sedang sakit. Itu artinya kami juga harus menghormatinya sekarang. Aku bangga dengan jisy, dia itu tegas sekali

Kami mulai mengelilingi lapangan yang luas ini 8 kali. Setelah selesai kami segera melakukan kegiatan selanjutnya.

Aku melihat gerak gerik jae in saat memukul bola, menerima bola dan menangkisnya dengan baik. Seperti pemain propesional. Bahkan saat istirahat pun dia tetap tidak istirahat. Gadis itu benar benar lucu

"Ya! Waktunya istirahat. Sebaiknya kau istirahat dulu, jangan menghabiskan tenagamu" teriakku pada jae in

Dia menengok kearahku dan mulai menghampiriku. Aku memberikannya sebotol air tanggung dan dia segera menegaknya. Sifatnya sama sepertiku

"Eonni-ya, gomawo" ujarnya dengan senyum lebarnya

"Eoh. Kau ini aneh sekali" jawabku

"Aku suka tennis dan aku suka berlari, jadi sebanyak apapun aku mengerjakan itu, aku tidak akan kelelahan kecuali aku bosan" ujarnya lagi

"Hahaha, hobi macam apa itu" ujarku sambil tertawa

"Molla. Tapi eonni, dimana kelasmu?" tanyanya

"Di kelas 2-1" jawabku santai sambil meneguk minumanku

"Berarti kau kenal suga?" Tanyanya

"Maksudmu yoongi? Wae?" Jawabku dan bertanya balik

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang