Howard akhirnya sadarkan diri. Ia telah terbaring di atas tanah berpasir selama beberapa jam. Di sekitarnya terlihat tubuh-tubuh yang mengenakan baju zirah yang mirip dengan yang ia kenakan, mereka semua sudah tidak bernyawa. Pemandangan ini tentunya adalah pemandangan yang sangat umum di sebuah medan perang.
Howard bangkit untuk duduk dan membetulkan posisi helm-nya yang miring. Ia lihat sekitar, hanya ada padang tandus sejauh mata memandang. Ia resapi angin yang berhembus, yang terasa hanya panas bercampur pasir. Telinganya tidak menangkap bunyi-bunyian apapun. Singkatnya, ia sendirian di antah-berantah.
Kenapa aku masih hidup sih...? Howard bergumam sambil berdiri. Dirinya adalah seorang tentara rendahan dari Kerajaan Hitam yang bertempur dengan Kerajaan Putih. Ia bukan seorang komandan yang akan dicari oleh bawahannya apabila menghilang. Tidak akan ada yang peduli padanya dan menjemput dia di tempat itu. Padahal, setahunya kota terdekat dari sini sangatlah jauh.
Ya sudah, asal berjalan saja, Tanpa banyak berpikir Howard mengambil senjata yang tergeletak di tanah. Pedang dan prisai—itu bukan miliknya, entah milik siapa. Howard tetap saja mengambilnya karena ia tidak tahu di mana senjatanya. Bagaimanapun juga ia harus memperlengkapi dirinya kalau-kalau bahaya menghadang.
Howard mulai bergerak meninggalkan tumpukan mayat di belakangnya. Ia berjalan ke arah matahari. Ia berharap bisa menemukan markas tentara atau semacamnya. Ia tidak peduli kalau itu markas tentara Kerajaan Putih, baginya dipenjara lebih baik daripada mati kering di gurun.
Itupun kalau aku dipenjara. Gimana kalau aku langsung dipenggal?
Tetapi tentu saja Howard lebih memilih menemukan markas tentara Kerajaan Hitam. Ia pasti bisa mendapat makanan, minuman, bahkan mungkin bisa mandi dan tidur dengan nyaman. Lalu tak lama kemudian ia bisa pulang ke kampung halamannya dan bertemu kembali dengan keluarganya. Setelah itu ia akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai petani, menikah dengan gadis yang cakep-tidak-tapi-jelek-juga-tidak, punya dua anak—putra dan putri—lalu meninggal karena usia tua.
Fantasiku detil sekali ya... Gumam Howard seraya terus berjalan.
Lama kemudian, pemandangan di sekitar Howard masih sama. Tidak ada tenda-tenda dan wajah-wajah ramah, yang ada hanya angin panas. Tiap langkahnya Howard mulai digerogoti oleh keputus asaan. Ia terus berjalan bukan karena ia ingin, tapi karena ia harus melakukannya. Ia tahu, disaat ketika ia berhenti berjalan, saat itu juga ia akan mati. Karena itu, lelah sekalipun ia akan terus berjalan.
Apa Tuhan mendengar rintihan hatinya?—Setelah sekian lama, akhirnya Howard menemukan sesuatu yang bukan bebatuan. Bayangan-bayangan dikejauhan itu tak salah lagi adalah milik manusia. Setidaknya ada dua orang. Howard pun menjadi girang, hampir sama ketika ia pertama kali mendapatkan bayaran koin emas dalam pekerjaan pertamanya sebagai pengirim barang.
Mengabaikan staminanya yang sudah cukup tipis, Howard berlari menyongsong sosok-sosok itu. Memang ada kemungkinan mereka adalah tentara Kerajaan Putih, tapi sepertinya Howard sudah tidak peduli. Ia terus berlari mendekat hingga pemandangannya lebih jelas—dua orang itu mengenakan baju zirah Kerajaan Hitam! Howard menjadi bertambah girang. Larinya makin cepat hingga ia menyadari ada satu orang lagi di sana---
Baju zirah itu!? Oh Tuhan!!
Howard yang tadinya berlari cepat langsung melompat ke samping, ke belakang bebatuan yang cukup besar untuk menjadi tempat bersembunyi. Lalu perlahan ia mengintip—sepertinya belum ada yang menyadari keberadaannya. Howard menghela nafas lega, meski ia sebenarnya masih diujung tanduk.
Memastikan ia tidak salah lihat, Howard kembali mengamati sosok satu lagi yang berbeda dengan dua lainnya. Baju baja putih keperakan, jubah merah panjang yang berkibar, helm topeng yang menutupi seluruh bagian wajah kecuali mulutnya, dan terakhir tentu saja pedang raksasa yang hanya diangkat dengan sebelah tangan. Sosok yang satu lagi itu adalah Sang Pahlawan Dari Kerajaan Putih. Julukannya adalah The Sacred White Hope.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey To The Beach
FantasiSeorang Prajurit rendahan. Seorang Pahlawan. Seorang Elf. Seorang Ilmuwan muda. Berempat, bersama-sama mereka mencoba mencapai sebuah tempat bernama 'pantai' yang konon katanya cuma mitos... ...