Grinder

346 6 2
                                    

Ben tertegun sejenak. Memahami arti tulisan Perancis yang terselip diantara meja.

"Surat apalagi ini ? kalau ada orang yang seneng liat gua baik-baik aja, berarti ada yang dari jauh ngawasin gua"

Ben memahami bahasa Perancis. Karena sejak SMA dia mendapatkan pelajaran lebih mengenai bahasa asing selain Bahasa inggris.

"Tapi siapa ? dan mau ngapain juga ngurusin hidup gua"

Pikiran nya ambigu memandangi Surat. Ingatan memaksa Ben bekerja dua kali lebih mengingat seluruh orang.

"Ini pasti Jody"

Ben tersenyum memandangi Surat. Rindu nya menutupi seluruh amarah yang dia bendung sejak lama. Ada ribuan kata yang ingin Ben ungkapkan kepada lelaki bernama Jody..

Hari berlalu berganti minggu. Ben masih di selimuti pertanyaan penuh kenapa, dengan surat misterius yang dia terima.

Ini hanyalah sebuah Skema yang Tuhan salahkan, agar menemukan kebenaran yang pasti. Lalu bagaimana Tuhan menunjukan jalan yang tepat ? Tuhan menutup nya melalui aturan waktu. Siapa yang lebih sabar diantara nya dia yang keluar sebagai pemenang.

Ben masih menunggu diantara Mesin Kopi, menanti sesuatu yang tidak pasti akan kemana akhirnya.

"Tunggu sebentar, Majalah ini ada di bawah meja No 8 berarti gua harus pantau terus meja itu, gua engga mau kaya gini."

Ben memasang badan. Mencoba mengalihkan pandangan agar lebih Fokus kepada orang yang memberikan Surat ini.

Menit berganti jam. Ben masih tetap pada pandangan fokus kepada target yang dia cari. Kemudian seorang Wanita duduk diantara meja No 8. Tinggi semampai, lengkap dengan Kacamata dan perlengkapan Foto.

Ben memperhatikan dengan teliti, setiap gerakan yang dilakukan Wanita ini. Di pandangi dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sampai akhirnya Wanita ini kembali menyimpan Surat tepat di meja No 8 ternyata, wanita ini yang membuat Ben penasaran sampai menunggu sejauh ini.

Ben menghampiri Wanita itu, dengan langkah hati-hati seperti sedang ingin menerkam Mangsa.

"je suis heureux il est apparu que la lettre de votre"

Wanita ini terkejut bukan kepalang. Melihat Ben sedang mengawasi gerak-gerik nya.

"Kenalin nama saya Ben, Barista di Cafe ini"

Ben menyapa dengan ramah Wanita ini. Padahal hati nya masih belum bisa terima bahwa yang menulis Surat ini ternyata bukan Jody.

"Nama saya Dee, pecinta Machiato buatan kamu"

Ben sedikit tertawa. karena Machiato buatan nya biasa saja, sama seperti kedai Kopi lain nya.

"Biasa aja Mba kalo Machiato, mungkin Mba Dee mau coba Cafe Latte buat kebutuhan Foto-foto"

Ben sadar tidak ada yang indah dari Machiato buatan nya. tidak seperti Caffe Latte yang memilki banyak Seni yang indah, bila di ambil menggunakan Kamera.

"Saya butuh kamu. Temani saya ngobrol disini, itu udah cukup ko Ben"

Ben terlalu paham dengan apa yang di inginkan Dee. Wanita sedang sendiri. Di temani segelas Machiato. Ben terlalu sederhana untuk memahami hal ini.

"Dengan senang hati Mba. Saya siap menemani Mba menghabiskan Machiato,

bagaimana kalau saya bercerita tentang Kopi yang Mba minum ?"

Ini adalah salah satu kelebihan Ben, Paham dengan apa yang dia tuangkan dalam setiap gelas Kopi yang dia buat.

"Saya lebih tertarik membahas tentang kesempatan kedua. Saya tidak terlalu suka dengan Filosofi Kopi"

Ben adalah Lelaki dengan seribu emosi. Dia selalu tidak sabar ingin membagikan apapun yang orang lain sendiri tidak ingin tahu. Ini adalah salah satu dampak dari Broken Home yang dia alami semasa hidupnya. Butuh perhatian yang lebih dari setiap orang yang dia kenal.

"Setiap orang punya kesalahan, jadi setiap orang pantas mendapatkan nya"

"Saya tidak sedang membicarakan perasaan seseorang. Bagaimana dalam konteks ini kita berbicara waktu. setiap orang tidak bisa memutar waktu nya kembali bukan ?"

"Bagaimana saya bisa tahu. Dosa apa yang telah di perbuat si pelaku sampai dia tidak bisa kembali pada waktu memulai ?"

Dee menunjukan halaman dari buku Sapardi Djoko Darmono yang sedang dia baca. Agar Ben lebih paham apa yang sedang melanda hatinya.

Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri.

Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang.

Bagaimana mungkin.

Ben mengerutkan dahi nya. Menafsirkan bahwa Wanita ini sedang di landa Perhara Cinta dengan tingkat kesedihan yang teramat sangat.

Ben masih terdiam, menunggu pernyataan selanjutnya dari Dee.

Ak=","vv

Filosofi Kopi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang